Terungkap, Israel Andalkan Intelijen NSA untuk Targetkan Hizbullah
A
A
A
WASHINGTON - Dokumen-dokumen yang baru dirilis dari arsip Edward Snowden mengungkapkan bahwa Israel sangat bergantung pada intelijen dari Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat (AS) ketika mengincar Hizbullah dalam perang 2006 di Lebanon.
Bocoran dokumen dari mantan kontraktor NSA yang melarikan diri ke Moskow, Rusia, itu menjadi "puncak gunung es" terkait pembagian informasi intelijen antara AS dan sekutunya. Hal itu disampaikan mantan direktur teknis NSA, Bill Binney, kepada Sputnik, Selasa (4/6/2019).
"Saya akan terkejut jika tidak banyak yang terjadi," ujar Binney.
"Dari sudut pandang saya, ketika saya berada di sana...Kami sedang mengembangkan perangkat lunak tertentu di dalam NSA, dan itu untuk menangani lingkungan digital baru. Mulai tahun 1997, mungkin 1996, seseorang di NSA diam-diam, di bawah meja, berbagi perangkat lunak pengembangan kami dengan Unit 8200 (Unit Korps Intelijen Israel yang juga dikenal sebagai Unit Nasional SIGINT Israel atau ISNU); itu setara dengan NSA Israel. Mereka melakukannya di bawah meja," kata Binney, yang tak kaget dengan bocoran dokumen Snowden.
Binney, yang pernah menjadi direktur teknis World Geopolitical & Military Analysis di Signals Intelligence Automation Research Center (SARC) di markas NSA, mengundurkan diri pada tahun 2001. Dia mengundurkan diri setelah menemukan bahwa program pengumpulan intelijen yang ia bantu bangun dan dijuluki "ThinThread", sedang digunakan untuk memata-matai warga AS.
Menurut bocoran dokumen NSA yang dimiliki Snowden, ISNU membuat permintaan berulang kali kepada NSA untuk informasi lokasi tentang operasi Hizbullah dengan tujuan untuk pembunuhan yang ditargetkan.
Satu dokumen yang bocor, ditulis oleh seorang pejabat NSA yang tidak dikenal yang berbasis di Tel Aviv, Israel, menyatakan; "Ketergantungan ISNU pada NSA sama-sama menuntut dan berpusat pada permintaan untuk penugasan yang sensitif terhadap waktu, peringatan ancaman, termasuk taktis ELINT (intelijen elektronik) dan penerimaan informasi geolokasi tentang elemen-elemen Hizbullah."
"Permintaan terakhir ini sangat bermasalah, dan saya memiliki beberapa diskusi larut malam, kadang-kadang tegang, dengan ISNU yang merinci larangan hukum NSA untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pembunuhan yang ditargetkan," lanjut dokumen tersebut.
"Bahkan dengan pemahaman penuh tentang undang-undang AS, (Komandan ISNU) BG Harari meminta bantuan dari NSA untuk pembebasan kebijakan hukum ini...Pada akhirnya, kerangka kerja diputuskan oleh ODNI (Kantor Direktur Intelijen Nasional) yang menentukan parameter dan metode apa yang bisa dan tidak bisa dibagi dengan orang Israel...Saya berharap ISNU berada di puncaknya dan lebih agresif dari biasanya. Itulah yang terjadi dan dalam semua diskusi saya—tidak peduli apa nada atau subjek—ISNU menekankan rasa terima kasih mereka yang dalam atas kerja sama dan dukungan yang mereka terima dari NSA," imbuh dokumen yang ditulis pejabat tak dikenal itu.
Dokumen itu menyiratkan bahwa NSA akhirnya mencapai kesepakatan dengan ODNI, yang mengawasi upaya intelijen AS, mengenai berbagi data intelijen dengan Unit 8200. Namun, dokumen itu tidak menguraikan rincian perjanjiannya.
Dokumen yang bocor lainnya adalah presentasi internal NSA yang menggambarkan pembagian data intelijen antara NSA dan ISNU. Salah satu slide pada presentasi berjudul, "Apa yang diinginkan ISNU?"
Bocoran dokumen dari mantan kontraktor NSA yang melarikan diri ke Moskow, Rusia, itu menjadi "puncak gunung es" terkait pembagian informasi intelijen antara AS dan sekutunya. Hal itu disampaikan mantan direktur teknis NSA, Bill Binney, kepada Sputnik, Selasa (4/6/2019).
"Saya akan terkejut jika tidak banyak yang terjadi," ujar Binney.
"Dari sudut pandang saya, ketika saya berada di sana...Kami sedang mengembangkan perangkat lunak tertentu di dalam NSA, dan itu untuk menangani lingkungan digital baru. Mulai tahun 1997, mungkin 1996, seseorang di NSA diam-diam, di bawah meja, berbagi perangkat lunak pengembangan kami dengan Unit 8200 (Unit Korps Intelijen Israel yang juga dikenal sebagai Unit Nasional SIGINT Israel atau ISNU); itu setara dengan NSA Israel. Mereka melakukannya di bawah meja," kata Binney, yang tak kaget dengan bocoran dokumen Snowden.
Binney, yang pernah menjadi direktur teknis World Geopolitical & Military Analysis di Signals Intelligence Automation Research Center (SARC) di markas NSA, mengundurkan diri pada tahun 2001. Dia mengundurkan diri setelah menemukan bahwa program pengumpulan intelijen yang ia bantu bangun dan dijuluki "ThinThread", sedang digunakan untuk memata-matai warga AS.
Menurut bocoran dokumen NSA yang dimiliki Snowden, ISNU membuat permintaan berulang kali kepada NSA untuk informasi lokasi tentang operasi Hizbullah dengan tujuan untuk pembunuhan yang ditargetkan.
Satu dokumen yang bocor, ditulis oleh seorang pejabat NSA yang tidak dikenal yang berbasis di Tel Aviv, Israel, menyatakan; "Ketergantungan ISNU pada NSA sama-sama menuntut dan berpusat pada permintaan untuk penugasan yang sensitif terhadap waktu, peringatan ancaman, termasuk taktis ELINT (intelijen elektronik) dan penerimaan informasi geolokasi tentang elemen-elemen Hizbullah."
"Permintaan terakhir ini sangat bermasalah, dan saya memiliki beberapa diskusi larut malam, kadang-kadang tegang, dengan ISNU yang merinci larangan hukum NSA untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam pembunuhan yang ditargetkan," lanjut dokumen tersebut.
"Bahkan dengan pemahaman penuh tentang undang-undang AS, (Komandan ISNU) BG Harari meminta bantuan dari NSA untuk pembebasan kebijakan hukum ini...Pada akhirnya, kerangka kerja diputuskan oleh ODNI (Kantor Direktur Intelijen Nasional) yang menentukan parameter dan metode apa yang bisa dan tidak bisa dibagi dengan orang Israel...Saya berharap ISNU berada di puncaknya dan lebih agresif dari biasanya. Itulah yang terjadi dan dalam semua diskusi saya—tidak peduli apa nada atau subjek—ISNU menekankan rasa terima kasih mereka yang dalam atas kerja sama dan dukungan yang mereka terima dari NSA," imbuh dokumen yang ditulis pejabat tak dikenal itu.
Dokumen itu menyiratkan bahwa NSA akhirnya mencapai kesepakatan dengan ODNI, yang mengawasi upaya intelijen AS, mengenai berbagi data intelijen dengan Unit 8200. Namun, dokumen itu tidak menguraikan rincian perjanjiannya.
Dokumen yang bocor lainnya adalah presentasi internal NSA yang menggambarkan pembagian data intelijen antara NSA dan ISNU. Salah satu slide pada presentasi berjudul, "Apa yang diinginkan ISNU?"
(mas)