Dampak Perang Dagang Amerika Serikat-China Semakin Meluas
A
A
A
BEJING - Dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang selama ini dikhawatirkan para pelaku usaha menjadi kenyataan. Sejumlah sektor industri terkena imbasnya, mulai dari manufaktur, teknologi, jasa hingga ritel.
Salah satu yang paling terasa adalah sektor manufaktur seperti produsen telekomunikasi dan produk konsumer. Yang terbaru, perusahaan telekomunikasi China, Huawei, kian terancam setelah beberapa perusahaan di sejumlah negara di Asia dan Eropa menyatakan akan menunda peluncuran produk terbaru berbasis 5G.
“Kami telah menghentikan pemesanan dan akan mengamati dari dekat dampak sanksi AS terhadap Huawei,” ujar Juru Bicara (Jubir) NTT Docomo Yoshikumi Kuroda seperti dikutip cnn.com kemarin. Perusahaan Jepang lainnya yang juga menunda tanggal rilis smartphone terbaru Huawei ialah SoftBank Corp dan KDDI Corp.
Sebelumnya, berdasarkan laporan Reuters, perang dagang telah menyebabkan Huawei tidak akan diberi akses terhadap android versi umum yang dikeluarkan Google karena lisensinya akan dicabut. Kondisi ini membuat Huawei tidak akan semenarik para pesaingnya di hadapan para konsumen internasional. Para pengguna tidak akan mampu mengakses Gmail, Youtube hingga Google Maps.
Aplikasi pihak ketiga yang bergantung pada Google Maps juga tidak akan dapat berfungsi baik. Di AS, para produsen sepatu juga memprotes kebijakan Presiden Donald Trump karena dianggap akan membuat produk mereka kalah bersaing. Produsen sepatu seperti Nike dan Adidas menilai perang tarif impor hanya akan mematikan industri.
Para produsen alas kaki itu memperingatkan Trump melalui surat bahwa dampak “bencana” perang dagang akan berpengaruh besar terhadap konsumen. Surat yang ditandatangani 173 perusahaan, termasuk Nike dan Adidas, itu mengungkapkan keputusan Presiden AS untuk meningkatkan tarif impor juga berdampak pada kelas pekerja. Produsen sepatu itu menilai kenaikan tarif tersebut bisa mengancam masa depan bisnis mereka.
Selain Adidas dan Nike, perusahaan sepatu lainnya seperti Clarks, Dr Martens, dan Converse juga mengungkapkan bahwa rata-rata tarif AS untuk sepatu mencapai 11,3% dan dalam beberapa kasus mencapai 67,5%. “Penambahan pajak sebesar 25% berarti keluarga pekerja AS akan membayar kenaikan harga sepatu mencapai 100%,” demikian keterangan perusahaan sepatu seperti dilansir BBC.
Mereka menyatakan bahwa perang dagang itu tidak terduga. “Saat ini waktunya untuk mengakhiri perang dagang,” demikian seruan perusahaan-perusahaan sepatu. Sebelumnya Trump mengungkapkan defisit perdagangan dengan China merusak ekonomi AS. Presiden AS meningkatkan tarif impor terhadap produk China senilai USD200 miliar dari 10% menjadi 25% sekitar sepekan lalu.
Itu dilakukan setelah Washington dan Beijing gagal mencapai kesepakatan perdagangan. China tidak tinggal diam. Beijing membalas dengan berencana meningkatkan tarif dagang terhadap USD60 miliar terhadap impor produk AS sejak 1 Juni.
Trump mengungkapkan, kenaikan tarif sejak awal bulan ini seharusnya bisa menjadikan perusahaan tersebut mengurangi biaya dengan mengalihkan produksinya ke AS. Perusahaan sepatu dan ritel mengungkapkan mereka juga sedang merencanakan mengalihkan produksinya dari China.
“Sepatu merupakan industri yang padat modal dengan perencanaan tahunan dan perusahaan tidak bisa memindahkan pabrik dengan berbagai penyesuaian yang terjadi,” demikian ungkap perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada Selasa lalu (21/5) sebuah survei yang dilakukan American Chambers of Commerce (AmCham) di China dan Shanghai di China menyatakan sekitar 40% perusahaan akan merelokasi bisnis mereka keluar dari China karena perang dagang tersebut. Kemudian survei AmCham mengungkapkan sepertiga responden menunda dan membatalkan investasinya karena perang dagang tersebut.
Kelompok itu merepresentasikan lebih dari 900 perusahaan AS yang beroperasi di China. Peningkatan eskalasi pada konflik perdagangan, termasuk pembatasan terhadap perusahaan raksasa China Huawei, menciptakan ketegangan dengan banyak perusahaan di China. Hal itu setelah pemerintahan Trump memasukkan Huawei ke dalam perusahaan terlarang, yaitu melarang perusahaan AS untuk membeli teknologi mereka tanpa persetujuan pemerintah.
Kepada BBC, Ketua AmCham di China Tim Stratford mengatakan, anggotanya memberikan perhatian penuh terhadap sanksi AS terhadap Huawei. “Secara khusus tentang keputusan Huawei dalam daftar itu, ada perhatian Pemerintah China yang akan membalas aksi tersebut dengan menarget perusahaan AS,” ujarnya.
Boeing dan perusahaan farmasi Pfizer dan perusahaan raksasa Coca-Cola juga tergabung dalam AmCham. Tahun lalu Boeing telah membuka pabrik untuk memproduksi pesawat penumpang 737 di China timur. Presiden Boeing di China John Bruns mengungkapkan, dia sangat terkejut dengan kondisi lingkungan yang di yang disebabkan perang tarif dagang.
Bagaimana langkah Pemerintah China? Beijing masih memberikan sinyal untuk bekerja sama dengan Washington untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan. Tidak ada diskusi yang dijadwalkan pada perundingan terakhir yang berakhir pada 10 Mei. “China tetap ingin melanjutkan perundingan dengan kolega kita AS untuk mencapai kesimpulan,” kata Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai kepada Fox News.
Para pemimpin AS dan China pun dijadwalkan akan bertemu dalam KTT G-20 di Jepang pada bulan depan. Sebenarnya China dan AS terlibat friksi dalam isu perdagangan sejak awal Trump berkuasa. Pada kampanye pemilu presiden pada 2016, Trump berulang kali menuding China melakukan perdagangan tidak adil dan melakukan pencurian hak kekayaan intelektual.
Selain produk sepatu dan software, sektor lain yang terkena dampak adalah perdagangan produk kacang-kacangan, mainan anak, kimia, dan permesinan. Produk-produk tersebut mengalami kenaikan tarif impor China dari semula antara 5–10% menjadi 25%.
"Tarif baru tampaknya akan berdampak pada produk almon panggang yang diproduksi di AS. Kami sedang bekerja untuk memverifikasi dampaknya," kata Wakil Presiden Perdagangan Global dan Urusan Pengaturan di Almond Board of California, Julia Adams.
Dia menambahkan, sebagian besar ekspor kacang almon dari AS ke China sebelumnya sudah terkena tarif dan akan dikenai tarif yang lebih tinggi. Namun asosiasi dagang di AS mengatakan mereka belum mendapatkan panduan yang jelas mengenai penerapan tarif baru.
Salah satu yang paling terasa adalah sektor manufaktur seperti produsen telekomunikasi dan produk konsumer. Yang terbaru, perusahaan telekomunikasi China, Huawei, kian terancam setelah beberapa perusahaan di sejumlah negara di Asia dan Eropa menyatakan akan menunda peluncuran produk terbaru berbasis 5G.
“Kami telah menghentikan pemesanan dan akan mengamati dari dekat dampak sanksi AS terhadap Huawei,” ujar Juru Bicara (Jubir) NTT Docomo Yoshikumi Kuroda seperti dikutip cnn.com kemarin. Perusahaan Jepang lainnya yang juga menunda tanggal rilis smartphone terbaru Huawei ialah SoftBank Corp dan KDDI Corp.
Sebelumnya, berdasarkan laporan Reuters, perang dagang telah menyebabkan Huawei tidak akan diberi akses terhadap android versi umum yang dikeluarkan Google karena lisensinya akan dicabut. Kondisi ini membuat Huawei tidak akan semenarik para pesaingnya di hadapan para konsumen internasional. Para pengguna tidak akan mampu mengakses Gmail, Youtube hingga Google Maps.
Aplikasi pihak ketiga yang bergantung pada Google Maps juga tidak akan dapat berfungsi baik. Di AS, para produsen sepatu juga memprotes kebijakan Presiden Donald Trump karena dianggap akan membuat produk mereka kalah bersaing. Produsen sepatu seperti Nike dan Adidas menilai perang tarif impor hanya akan mematikan industri.
Para produsen alas kaki itu memperingatkan Trump melalui surat bahwa dampak “bencana” perang dagang akan berpengaruh besar terhadap konsumen. Surat yang ditandatangani 173 perusahaan, termasuk Nike dan Adidas, itu mengungkapkan keputusan Presiden AS untuk meningkatkan tarif impor juga berdampak pada kelas pekerja. Produsen sepatu itu menilai kenaikan tarif tersebut bisa mengancam masa depan bisnis mereka.
Selain Adidas dan Nike, perusahaan sepatu lainnya seperti Clarks, Dr Martens, dan Converse juga mengungkapkan bahwa rata-rata tarif AS untuk sepatu mencapai 11,3% dan dalam beberapa kasus mencapai 67,5%. “Penambahan pajak sebesar 25% berarti keluarga pekerja AS akan membayar kenaikan harga sepatu mencapai 100%,” demikian keterangan perusahaan sepatu seperti dilansir BBC.
Mereka menyatakan bahwa perang dagang itu tidak terduga. “Saat ini waktunya untuk mengakhiri perang dagang,” demikian seruan perusahaan-perusahaan sepatu. Sebelumnya Trump mengungkapkan defisit perdagangan dengan China merusak ekonomi AS. Presiden AS meningkatkan tarif impor terhadap produk China senilai USD200 miliar dari 10% menjadi 25% sekitar sepekan lalu.
Itu dilakukan setelah Washington dan Beijing gagal mencapai kesepakatan perdagangan. China tidak tinggal diam. Beijing membalas dengan berencana meningkatkan tarif dagang terhadap USD60 miliar terhadap impor produk AS sejak 1 Juni.
Trump mengungkapkan, kenaikan tarif sejak awal bulan ini seharusnya bisa menjadikan perusahaan tersebut mengurangi biaya dengan mengalihkan produksinya ke AS. Perusahaan sepatu dan ritel mengungkapkan mereka juga sedang merencanakan mengalihkan produksinya dari China.
“Sepatu merupakan industri yang padat modal dengan perencanaan tahunan dan perusahaan tidak bisa memindahkan pabrik dengan berbagai penyesuaian yang terjadi,” demikian ungkap perusahaan-perusahaan tersebut.
Pada Selasa lalu (21/5) sebuah survei yang dilakukan American Chambers of Commerce (AmCham) di China dan Shanghai di China menyatakan sekitar 40% perusahaan akan merelokasi bisnis mereka keluar dari China karena perang dagang tersebut. Kemudian survei AmCham mengungkapkan sepertiga responden menunda dan membatalkan investasinya karena perang dagang tersebut.
Kelompok itu merepresentasikan lebih dari 900 perusahaan AS yang beroperasi di China. Peningkatan eskalasi pada konflik perdagangan, termasuk pembatasan terhadap perusahaan raksasa China Huawei, menciptakan ketegangan dengan banyak perusahaan di China. Hal itu setelah pemerintahan Trump memasukkan Huawei ke dalam perusahaan terlarang, yaitu melarang perusahaan AS untuk membeli teknologi mereka tanpa persetujuan pemerintah.
Kepada BBC, Ketua AmCham di China Tim Stratford mengatakan, anggotanya memberikan perhatian penuh terhadap sanksi AS terhadap Huawei. “Secara khusus tentang keputusan Huawei dalam daftar itu, ada perhatian Pemerintah China yang akan membalas aksi tersebut dengan menarget perusahaan AS,” ujarnya.
Boeing dan perusahaan farmasi Pfizer dan perusahaan raksasa Coca-Cola juga tergabung dalam AmCham. Tahun lalu Boeing telah membuka pabrik untuk memproduksi pesawat penumpang 737 di China timur. Presiden Boeing di China John Bruns mengungkapkan, dia sangat terkejut dengan kondisi lingkungan yang di yang disebabkan perang tarif dagang.
Bagaimana langkah Pemerintah China? Beijing masih memberikan sinyal untuk bekerja sama dengan Washington untuk menyelesaikan ketegangan perdagangan. Tidak ada diskusi yang dijadwalkan pada perundingan terakhir yang berakhir pada 10 Mei. “China tetap ingin melanjutkan perundingan dengan kolega kita AS untuk mencapai kesimpulan,” kata Duta Besar China untuk AS Cui Tiankai kepada Fox News.
Para pemimpin AS dan China pun dijadwalkan akan bertemu dalam KTT G-20 di Jepang pada bulan depan. Sebenarnya China dan AS terlibat friksi dalam isu perdagangan sejak awal Trump berkuasa. Pada kampanye pemilu presiden pada 2016, Trump berulang kali menuding China melakukan perdagangan tidak adil dan melakukan pencurian hak kekayaan intelektual.
Selain produk sepatu dan software, sektor lain yang terkena dampak adalah perdagangan produk kacang-kacangan, mainan anak, kimia, dan permesinan. Produk-produk tersebut mengalami kenaikan tarif impor China dari semula antara 5–10% menjadi 25%.
"Tarif baru tampaknya akan berdampak pada produk almon panggang yang diproduksi di AS. Kami sedang bekerja untuk memverifikasi dampaknya," kata Wakil Presiden Perdagangan Global dan Urusan Pengaturan di Almond Board of California, Julia Adams.
Dia menambahkan, sebagian besar ekspor kacang almon dari AS ke China sebelumnya sudah terkena tarif dan akan dikenai tarif yang lebih tinggi. Namun asosiasi dagang di AS mengatakan mereka belum mendapatkan panduan yang jelas mengenai penerapan tarif baru.
(don)