Eks Sandera: Algojo ISIS Paksa Tahanan Saling Bertarung Ala WWE
A
A
A
LONDON - Algojo ISIS, Jihadi John, pernah memaksa para sandera asal Barat untuk saling bertarung ala WWE Royal Rumble. Hal itu diungkap seorang mantan sandera yang berhasil selamat, Federico Motka, 35.
Motka adalah pekerja bantuan sosial asal Italia yang ditangkap kelompok Islamic State atau ISIS tahun 2013 di Suriah. Menurutnya, algojo ISIS yang bernama asli Mohammed Emwazi tersebut memaksa para tawanan bertarung satu sama lain atau disiksa oleh pasukan eksekusi "Beatles" yang sadis.
"Mereka menempatkan kami di sel untuk melakukan (perkelahian seperti acara) Royal Rumble," katanya kepada Sunday Times.
"Kami jelas tidak akan bertarung satu sama lain, tetapi Anda tidak bisa tidak harus saling bertarung karena ada potensi hukuman," ujarnya.
"Anda harus mengerti bahwa kita seperti kerangka pada saat itu, dan kita masing-masing pingsan pada tahap lain hanya karena kelelahan," paparnya.
Menurutnya, para sandera dipaksa untuk menanggung siksaan, pemukulan, dan kurang tidur di tangan regu kematian asal Inggris yang dikenal sebagai "Beatles".
Federico ditangkap bersama pekerja bantuan sosial lainnya asal Inggris, David Haines, pada Maret 2013. Keduanya kala itu ditarik dari mobil mereka dengan todongan senjata.
Mereka menjalin ikatan yang kuat selama masa penahanan oleh ISIS. Namun, David dipenggal di depan kamera oleh Emwazi sebagai bagian dari video propaganda yang memuakkan pada September 2014.
Tubuh David tidak pernah ditemukan, yang akhirnya mendorong putri Bethany Haines, 22, terbang ke Suriah untuk berupaya menemukan tubuh ayahnya.
"Saya memutuskan bahwa pada musim panas saya akan meluncurkan kampanye dan memohon kepada siapa saja yang mungkin memiliki informasi tentang jasad ayah saya," kata Bethany.
"Bahkan jika itu berarti pergi ke Suriah untuk mencarinya sendiri," ujarnya.
Federico dan Bethany menjadi teman dekat setelah bertemu di upacara peringatan untuk David pada tahun 2014.
Jihadi John berhasil dilacak dan terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS pada November 2015 di Raqqa, Suriah.
Meski mengenakan penutup wajah, algojo ISIS itu teridentifikasi dari sudut janggut dan caranya berjalan. Proses identifikasi itu terungkap dalam sebuah dokumentar yang ditayangkan Channel 4.
Pesawat nirawak AS yang diperenjatai rudal menyerang Jihadi John ketika dia berjalan sendirian di jalan dan saat sedang menelepon.
Dalam video dokumentar, kolonel Steve Warren yang menjadi juru bicara Pentagon pada saat itu mengonfirmasi pelacakan algojo ISIS Jihadi John."Karena kondisi—saat itu malam—kami menggunakan infra-merah," katanya, yang dilansir news.com.au, Senin (20/5/2019).
Motka adalah pekerja bantuan sosial asal Italia yang ditangkap kelompok Islamic State atau ISIS tahun 2013 di Suriah. Menurutnya, algojo ISIS yang bernama asli Mohammed Emwazi tersebut memaksa para tawanan bertarung satu sama lain atau disiksa oleh pasukan eksekusi "Beatles" yang sadis.
"Mereka menempatkan kami di sel untuk melakukan (perkelahian seperti acara) Royal Rumble," katanya kepada Sunday Times.
"Kami jelas tidak akan bertarung satu sama lain, tetapi Anda tidak bisa tidak harus saling bertarung karena ada potensi hukuman," ujarnya.
"Anda harus mengerti bahwa kita seperti kerangka pada saat itu, dan kita masing-masing pingsan pada tahap lain hanya karena kelelahan," paparnya.
Menurutnya, para sandera dipaksa untuk menanggung siksaan, pemukulan, dan kurang tidur di tangan regu kematian asal Inggris yang dikenal sebagai "Beatles".
Federico ditangkap bersama pekerja bantuan sosial lainnya asal Inggris, David Haines, pada Maret 2013. Keduanya kala itu ditarik dari mobil mereka dengan todongan senjata.
Mereka menjalin ikatan yang kuat selama masa penahanan oleh ISIS. Namun, David dipenggal di depan kamera oleh Emwazi sebagai bagian dari video propaganda yang memuakkan pada September 2014.
Tubuh David tidak pernah ditemukan, yang akhirnya mendorong putri Bethany Haines, 22, terbang ke Suriah untuk berupaya menemukan tubuh ayahnya.
"Saya memutuskan bahwa pada musim panas saya akan meluncurkan kampanye dan memohon kepada siapa saja yang mungkin memiliki informasi tentang jasad ayah saya," kata Bethany.
"Bahkan jika itu berarti pergi ke Suriah untuk mencarinya sendiri," ujarnya.
Federico dan Bethany menjadi teman dekat setelah bertemu di upacara peringatan untuk David pada tahun 2014.
Jihadi John berhasil dilacak dan terbunuh oleh serangan pesawat tak berawak AS pada November 2015 di Raqqa, Suriah.
Meski mengenakan penutup wajah, algojo ISIS itu teridentifikasi dari sudut janggut dan caranya berjalan. Proses identifikasi itu terungkap dalam sebuah dokumentar yang ditayangkan Channel 4.
Pesawat nirawak AS yang diperenjatai rudal menyerang Jihadi John ketika dia berjalan sendirian di jalan dan saat sedang menelepon.
Dalam video dokumentar, kolonel Steve Warren yang menjadi juru bicara Pentagon pada saat itu mengonfirmasi pelacakan algojo ISIS Jihadi John."Karena kondisi—saat itu malam—kami menggunakan infra-merah," katanya, yang dilansir news.com.au, Senin (20/5/2019).
(mas)