Stabilitas Politik Australia Makin Terjaga
A
A
A
SYDNEY - Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Australia Scott Morrison akan menambah periode kekuasaan hingga lebih dari tiga tahun untuk koalisi konservatif. Koalisi Konservatif yang dipimpin Partai Liberal pimpinan Morrison mampu meraih 76 kursi parlemen sehingga menjadi mayoritas.
Kemenangan itu tidak diprediksi sebelumnya karena Morrison merupakan pemimpin yang tidak bisa diekspektasi untuk memperkuat kepemimpinan di Partai Liberal. Namun, dia justru mampu menunjukkan kemampuannya untuk mengakhiri satu dekade ketidakstabilan politik di mana PM selalu berganti-ganti.
Pemilu kali ini menjadi kemenangan personal bagi Morrison. Itu disebabkan banyak menteri senior pada pemeirntahannya memilih berkampanye di negara bagian untuk mempertahankan kursi yang cukup rawan dan berisiko diambil kubu oposisi.
“Pemilu kali ini adalah pertunjukkan tunggal satu orang,” kata Haydon Manning, profesor ilmu politik dari Universitas Flinders, kepada Reuters. “Ada banyak hal yang ditulis mengenai hal ini dalam beberapa tahun kedepan,” paparnya.
Morrison sebenarnya menjadi PM sebagai kandidat kompromi setelah faksi sayap kanan menggulingkan Malcolm Turnbull sebagai pemimpin Partai Liberal pada Agustus silam. Dengan kemenangan pemilu kali, posisi Morrison juga semakin kuat.
Sebenarnya, koalisi Liberal-Nasional selalu tertinggal dalam jajak pendapat karena kekecewaan publik terhadap kebijakan perubahan iklim dan berbagai kebijakan lainnya. Namun, Morrison mampu melawan segala bentuk pandangan miring terhadapnya. Dia mengamankan kemenangan pemilu yang digambarkannya sebagai keajaiban. Tentunya, dia melanjutkan koalisi dengan mendapatkan dukungan dari independen.
Apa yang menyebabkan kemenangan Morrison? Dia berhasil mendapatkan kemenangan dengan menarget wilayah khusus, seperti kawasan urban di Negara Bagian Queensland. Dia juga berhasil mendapatkan banyak kursi dengan fokus mengejar kota dan daerah yang masih labil dalam memberikan pilihan.
Morrison juga mampu meletakkan dalam kerangka pemungutan suara dengan berkontestasi antara dirinya dengan pemimpin Partai Buruh Bill Shorten. Partai Buruh mengajukan agenda reformasi yang menggambarkan pemerintahan saat ini tidak membawa aspirasi rakyat.
“Aset terbesar Morrison adalah Bill Shorten. Dia membuat pemilu menjadi pertarungan personal dan pada akhirnya, orang tidak menyukai dan tidak percaya dengan Shorten,” kata John Hewson, mantan pemimpin Partai Liberal.
Pada pemilu yang digelar akhir pekan lalu, Partai Buruh mengajukan penghapusan dua konsensi pajak yang dinimati oleh orang kaya di Australia. Partai Buruh mendapatkan dukungan dari para pemilih muda. Tidak mau kalah, Morrison menunjukkan kemampuannya dalam menangani ekonomi. Dia menggunakan proposal pajak Partai Buruh sebagai bukti bahwa oposisi justru berkuasa karena masalah uang.
Pakar strategi pemilu Partai Buruh mengungkapkan, pemerintah sukses membendung oposisi karena fokus pada urban dan kota pinggiran. “Mereka mendapatkan dukungan dari warga Australia berusaia lanjut karena serangan terhadap reformasi pajak. Kita kehilangan suara dari pemilih muda yang tidak kita pikirkan,” ujar pakar strategi yang enggan disebutkan namanya. Dia mengakui kesalahan Partai Buruh karena tidak berbicara mengenai peluang lapangan pekerjaan bagi anak muda di kawasan pinggiran.
Setelah hasil pemilu dihitung pada Sabtu malam (18/5), kemenangan mengejutkan memang terjadi. Morrison mendapatkan dukungan dari industri pertambahan yang menyebabkan kemenangannya di Queensland, negara di mana batu bara menjadi industri utama. Dia juga berkampanye di Negara Bagian Tasmania dengan merebut dua kursi dari Partai Buruh sehingga Partai Liberal menjadi mayoritas di parlemen.
Melalui kampanye, Morrison terus menekan bahwa kemenangan sebenarnya adalah hal yang mungkin terjadi. “Morrison menekankan secara pribadi tentang kemenangan,” kata Menteri Keuangan Josh Frydenberg. Meskipun, dia kerap bergerak sendirian. “Saya bisa katakana hingga pemilu itu terjadi, saya tidak berpikir bahwa kemenangan itu akan terwujud,” kata Senator Liberal Arthur Sinodinos kepada stasiun televisi ABC.
Sebuah Keajaiban
“Saya selalu percaya dengan keajaiban,” kata Morrison kepada pendukungnya pada pidato kemenangan pada Sabtu malam. Itu tentunya bertentangan dengan exit poll yang memprediksi Partai Buruh akan memenangkan pemilu dalam enam tahun terakhir.
Dia mengucapkan terima kasih kepada warga Australia yang diam dan memilih koalisi Konservatif. “Kepada warga Australia yang bekerja keras setiap hari, mereka memiliki mimpi, mereka memiliki aspirasi, untuk mendapatkan pekerjaan, memulai bisnis, dan bertemu dengan orang yang menakjubkan,” ujar Morrison. Dia mengungkapkan, rakyat AS yang mulai membentuk keluarga, mereka yang ingin membeli rumah dan memberikan fasilitas terbaik bagi anak-anak. “Mereka adalah warga Australia yang diam yang memenangkan kemenangan besar,” tuturnya.
Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten mengundurkan diri atas kekalahan mengejutkan partainya. “Tentunya Partai Buruh tidak akan mampu membentuk pemerintahan mendatang,” ujar Shorten.
Sebagaimana dilansir BBC, setelah 76% suara dihitung, koalisi Partai Liberal dan Nasional atau biasa disebut Koalisi Konservatif memimpin dengan perolehan 75 kursi, sedangkan Partai Buruh hanya 67 kursi. Koalisi Konservatif juga mendapatkan dukungan dari anggota parlemen independen untuk berkuasa. Pemilu parlemen Australia diikuti oleh 16,4 juta suara. Pemilu itu memilih Dewan Perwakilan Rakyat dan separuh kursi Senat.
Kemarin pagi, Morrison bergabung dengan misa di Geraja Pentecostal Horizon di Sydney, di mana dia mengucapkan terima kasih atas dukungan kepadanya. “Kamu tidak akan menjadi PM dan melayani dalam kapasitas hingga kamu menjadi anggota lokal elektroralmu,” tuturnya. Kemudian, dia menonton tim rugby kesayangannya, Cronulla Sharks.
Australia menggelar pemilu setiap tiga tahun. Tapi, tidak ada PM yang bisa sukses berkuasa secara penuh sejak 2007. Namun, Morrison mengungkapkan dia memiliki pemerintahan persatuan yang kuat setelah sembilan bulan menggantikan Malcolm Turnbull menjadi PM.
Survei menunjukkan ekonomi, biaya hidup, lingkungan dan kesehatan menjadi isu sentral bagi pemilih Australia. Sedangkan anak muda lebih peduli dengan isu perubahan iklim dan sulitnya membeli rumah di Australia. Debat lain yang ramai adalah pengakuan formal penduduk asli Australia dan perlakuan terhadap anggota parlemen perempuan di Australia.
“Saya pikir banyak orang khawatir dengan kampanye yang sangat negative,” kata pendukung Partai Buruh Julie Nelson kepada Reuters. “Mereka (Partai Liberal) menyakinkan masyarakat agar mereka takut dengan perubahan,” jelasnya.
Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan selamat kepada Morrison. “Selamat kepada Scott atas kemenangan hebat,” ungkap Trump. PM Selandia Baru Jacinda Ardern juga mengucapkan selamat kepada Morrison. “Morrison sangat memahami kita,” tutur Ardern.
Sementara itu, isu maskulinitas dan feminisme masih menjadi isu pada pemilu Australia. Itu menyebabkan banyak perempuan Australia enggan masuk ke dunia poilitik. Adanya isu seksisme menyebabkan tidak banyak perempuan Australia masih ke parlemen.
Sarah Hanson-Young pernah menjadi anggota Senat Australia saat berusia 25 dan dia adalah wanit termuda yang mampu menembus parlemen. Dia berbicara terus terang mengenai hak-hak perempuan. Dia juga mengabaikan celaan dan hinaan dari anggota parlemen lalu.
"Saat itu saya memutuskan tidak dapat menoleransi laki-laki di lembaga itu, di mana menggunakan seksisme dan cercaan serta sindiran seksis, sebagai siasat mengintimidasi," kata Hanson-Young.
Melansir BBC, perpolitikan Australia dikenal riuh rendah dan gaduh. Itu dikarenakan mereka kerap berbicara apa adanya untuk menunjukkan identitas keterwakilan penduduknya.
Pada 2018 lalu, Julia Banks, secara sensasional keluar dari Partai Liberal yang tengah berkuasa tahun 2018. Dia menggelorakan perlawanan. Banks mengungkapkan hal yang dianggapnya bencana kultural, bias gender, perundungan, dan intimidasi. “Perempuan telah begitu lama menderita dalam diam,” katanya.
Sementara itu, Menteri Urusan Perempuan, Kelly O'Dwyer, membenarkan tuduhan perundungan dan intimidasi.Bahkan Menteri Luar Negeri Julie Bishop yang disebut sebagai anggota parlemen perempuan terkuat dikritik melakukan perbuatan yang memalukan. (Andika Hendra M)
Kemenangan itu tidak diprediksi sebelumnya karena Morrison merupakan pemimpin yang tidak bisa diekspektasi untuk memperkuat kepemimpinan di Partai Liberal. Namun, dia justru mampu menunjukkan kemampuannya untuk mengakhiri satu dekade ketidakstabilan politik di mana PM selalu berganti-ganti.
Pemilu kali ini menjadi kemenangan personal bagi Morrison. Itu disebabkan banyak menteri senior pada pemeirntahannya memilih berkampanye di negara bagian untuk mempertahankan kursi yang cukup rawan dan berisiko diambil kubu oposisi.
“Pemilu kali ini adalah pertunjukkan tunggal satu orang,” kata Haydon Manning, profesor ilmu politik dari Universitas Flinders, kepada Reuters. “Ada banyak hal yang ditulis mengenai hal ini dalam beberapa tahun kedepan,” paparnya.
Morrison sebenarnya menjadi PM sebagai kandidat kompromi setelah faksi sayap kanan menggulingkan Malcolm Turnbull sebagai pemimpin Partai Liberal pada Agustus silam. Dengan kemenangan pemilu kali, posisi Morrison juga semakin kuat.
Sebenarnya, koalisi Liberal-Nasional selalu tertinggal dalam jajak pendapat karena kekecewaan publik terhadap kebijakan perubahan iklim dan berbagai kebijakan lainnya. Namun, Morrison mampu melawan segala bentuk pandangan miring terhadapnya. Dia mengamankan kemenangan pemilu yang digambarkannya sebagai keajaiban. Tentunya, dia melanjutkan koalisi dengan mendapatkan dukungan dari independen.
Apa yang menyebabkan kemenangan Morrison? Dia berhasil mendapatkan kemenangan dengan menarget wilayah khusus, seperti kawasan urban di Negara Bagian Queensland. Dia juga berhasil mendapatkan banyak kursi dengan fokus mengejar kota dan daerah yang masih labil dalam memberikan pilihan.
Morrison juga mampu meletakkan dalam kerangka pemungutan suara dengan berkontestasi antara dirinya dengan pemimpin Partai Buruh Bill Shorten. Partai Buruh mengajukan agenda reformasi yang menggambarkan pemerintahan saat ini tidak membawa aspirasi rakyat.
“Aset terbesar Morrison adalah Bill Shorten. Dia membuat pemilu menjadi pertarungan personal dan pada akhirnya, orang tidak menyukai dan tidak percaya dengan Shorten,” kata John Hewson, mantan pemimpin Partai Liberal.
Pada pemilu yang digelar akhir pekan lalu, Partai Buruh mengajukan penghapusan dua konsensi pajak yang dinimati oleh orang kaya di Australia. Partai Buruh mendapatkan dukungan dari para pemilih muda. Tidak mau kalah, Morrison menunjukkan kemampuannya dalam menangani ekonomi. Dia menggunakan proposal pajak Partai Buruh sebagai bukti bahwa oposisi justru berkuasa karena masalah uang.
Pakar strategi pemilu Partai Buruh mengungkapkan, pemerintah sukses membendung oposisi karena fokus pada urban dan kota pinggiran. “Mereka mendapatkan dukungan dari warga Australia berusaia lanjut karena serangan terhadap reformasi pajak. Kita kehilangan suara dari pemilih muda yang tidak kita pikirkan,” ujar pakar strategi yang enggan disebutkan namanya. Dia mengakui kesalahan Partai Buruh karena tidak berbicara mengenai peluang lapangan pekerjaan bagi anak muda di kawasan pinggiran.
Setelah hasil pemilu dihitung pada Sabtu malam (18/5), kemenangan mengejutkan memang terjadi. Morrison mendapatkan dukungan dari industri pertambahan yang menyebabkan kemenangannya di Queensland, negara di mana batu bara menjadi industri utama. Dia juga berkampanye di Negara Bagian Tasmania dengan merebut dua kursi dari Partai Buruh sehingga Partai Liberal menjadi mayoritas di parlemen.
Melalui kampanye, Morrison terus menekan bahwa kemenangan sebenarnya adalah hal yang mungkin terjadi. “Morrison menekankan secara pribadi tentang kemenangan,” kata Menteri Keuangan Josh Frydenberg. Meskipun, dia kerap bergerak sendirian. “Saya bisa katakana hingga pemilu itu terjadi, saya tidak berpikir bahwa kemenangan itu akan terwujud,” kata Senator Liberal Arthur Sinodinos kepada stasiun televisi ABC.
Sebuah Keajaiban
“Saya selalu percaya dengan keajaiban,” kata Morrison kepada pendukungnya pada pidato kemenangan pada Sabtu malam. Itu tentunya bertentangan dengan exit poll yang memprediksi Partai Buruh akan memenangkan pemilu dalam enam tahun terakhir.
Dia mengucapkan terima kasih kepada warga Australia yang diam dan memilih koalisi Konservatif. “Kepada warga Australia yang bekerja keras setiap hari, mereka memiliki mimpi, mereka memiliki aspirasi, untuk mendapatkan pekerjaan, memulai bisnis, dan bertemu dengan orang yang menakjubkan,” ujar Morrison. Dia mengungkapkan, rakyat AS yang mulai membentuk keluarga, mereka yang ingin membeli rumah dan memberikan fasilitas terbaik bagi anak-anak. “Mereka adalah warga Australia yang diam yang memenangkan kemenangan besar,” tuturnya.
Pemimpin Partai Buruh Bill Shorten mengundurkan diri atas kekalahan mengejutkan partainya. “Tentunya Partai Buruh tidak akan mampu membentuk pemerintahan mendatang,” ujar Shorten.
Sebagaimana dilansir BBC, setelah 76% suara dihitung, koalisi Partai Liberal dan Nasional atau biasa disebut Koalisi Konservatif memimpin dengan perolehan 75 kursi, sedangkan Partai Buruh hanya 67 kursi. Koalisi Konservatif juga mendapatkan dukungan dari anggota parlemen independen untuk berkuasa. Pemilu parlemen Australia diikuti oleh 16,4 juta suara. Pemilu itu memilih Dewan Perwakilan Rakyat dan separuh kursi Senat.
Kemarin pagi, Morrison bergabung dengan misa di Geraja Pentecostal Horizon di Sydney, di mana dia mengucapkan terima kasih atas dukungan kepadanya. “Kamu tidak akan menjadi PM dan melayani dalam kapasitas hingga kamu menjadi anggota lokal elektroralmu,” tuturnya. Kemudian, dia menonton tim rugby kesayangannya, Cronulla Sharks.
Australia menggelar pemilu setiap tiga tahun. Tapi, tidak ada PM yang bisa sukses berkuasa secara penuh sejak 2007. Namun, Morrison mengungkapkan dia memiliki pemerintahan persatuan yang kuat setelah sembilan bulan menggantikan Malcolm Turnbull menjadi PM.
Survei menunjukkan ekonomi, biaya hidup, lingkungan dan kesehatan menjadi isu sentral bagi pemilih Australia. Sedangkan anak muda lebih peduli dengan isu perubahan iklim dan sulitnya membeli rumah di Australia. Debat lain yang ramai adalah pengakuan formal penduduk asli Australia dan perlakuan terhadap anggota parlemen perempuan di Australia.
“Saya pikir banyak orang khawatir dengan kampanye yang sangat negative,” kata pendukung Partai Buruh Julie Nelson kepada Reuters. “Mereka (Partai Liberal) menyakinkan masyarakat agar mereka takut dengan perubahan,” jelasnya.
Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu mengucapkan selamat kepada Morrison. “Selamat kepada Scott atas kemenangan hebat,” ungkap Trump. PM Selandia Baru Jacinda Ardern juga mengucapkan selamat kepada Morrison. “Morrison sangat memahami kita,” tutur Ardern.
Sementara itu, isu maskulinitas dan feminisme masih menjadi isu pada pemilu Australia. Itu menyebabkan banyak perempuan Australia enggan masuk ke dunia poilitik. Adanya isu seksisme menyebabkan tidak banyak perempuan Australia masih ke parlemen.
Sarah Hanson-Young pernah menjadi anggota Senat Australia saat berusia 25 dan dia adalah wanit termuda yang mampu menembus parlemen. Dia berbicara terus terang mengenai hak-hak perempuan. Dia juga mengabaikan celaan dan hinaan dari anggota parlemen lalu.
"Saat itu saya memutuskan tidak dapat menoleransi laki-laki di lembaga itu, di mana menggunakan seksisme dan cercaan serta sindiran seksis, sebagai siasat mengintimidasi," kata Hanson-Young.
Melansir BBC, perpolitikan Australia dikenal riuh rendah dan gaduh. Itu dikarenakan mereka kerap berbicara apa adanya untuk menunjukkan identitas keterwakilan penduduknya.
Pada 2018 lalu, Julia Banks, secara sensasional keluar dari Partai Liberal yang tengah berkuasa tahun 2018. Dia menggelorakan perlawanan. Banks mengungkapkan hal yang dianggapnya bencana kultural, bias gender, perundungan, dan intimidasi. “Perempuan telah begitu lama menderita dalam diam,” katanya.
Sementara itu, Menteri Urusan Perempuan, Kelly O'Dwyer, membenarkan tuduhan perundungan dan intimidasi.Bahkan Menteri Luar Negeri Julie Bishop yang disebut sebagai anggota parlemen perempuan terkuat dikritik melakukan perbuatan yang memalukan. (Andika Hendra M)
(nfl)