Jerman Berikan Kompensasi Rp159 Juta kepada Korban Sekte Pedofil Nazi
A
A
A
BERLIN - Jerman mengatakan akan memberikan kompensasi hingga Rp159 juta kepada para korban dari sekte pedofil Nazi, Colonia Dignidad, di Chili.
Kabar itu datang seminggu setelah jaksa penuntut Jerman menggugurkan kasus mereka terhadap mantan dokter dari sekte itu, Hartmut Hopp (74) karena kurangnya bukti bahwa ia terlibat dalam pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Sekte ini didirikan pada tahun 1961 oleh Paul Schaefer, mantan tentara Wehrmacht, pengkhotbah awam dan terpidana pedofil, yang menyalahgunakan, membius, dan mengindoktrinasi penduduk serta menjadikan mereka sebagai budak virtual.
Kelompoknya memiliki hubungan dekat dengan kediktatoran Augusto Pinochet pada 1973-1990 dan akan menyiksa serta menghilangkan mereka yang mengkritik rezim. Skala kekejaman yang dilakukan di komune gunung berpagar di 350 kilometer selatan Ibu Kota Chili, Santiago, terungkap setelah berakhirnya rezim Pinochet.
Schaefer, yang awalnya melarikan diri dari pengadilan, ditangkap di Argentina pada 2005 dan kemudian dipenjara di Chili karena pelecehan seksual anak dan lainnya. Dia meninggal di balik jeruji besi pada 2010 pada usia 88.
Tangan kanannya, Hopp, yang menjalankan klinik kompleks itu, dihukum di Chili atas keterlibatannya dalam kejahatan seksual Schaefer tetapi melarikan diri ke Jerman pada 2011 sebelum putusan pengadilan dapat dijatuhkan.
Pengadilan Jerman awalnya menguatkan hukuman penjara tetapi pengadilan yang lebih tinggi, dan jaksa penuntut negara, sejak itu menemukan bahwa bukti yang diberikan oleh pengadilan Chili kurang dari yang dibutuhkan oleh pengadilan Jerman.
Pemerintah Jerman dan komite parlementer dalam laporannya mengatakan bahwa Schaefer mencabik-cabik keluarga, melecehkan anak-anak yang tak terhitung jumlahnya dan secara aktif bekerja sama dengan kaki tangan diktator Pinochet dalam penyiksaan, pembunuhan dan penghilangan paksa.
"Para penyintas masih menderita secara besar-besaran dari konsekuensi psikologis dan fisik yang parah setelah bertahun-tahun cedera yang disebabkan oleh kekerasan, pelecehan, eksploitasi, dan kerja paksa," bunyi laporan itu seperti dikutip dari AFP, Sabtu (18/5/2019).
Namun, laporan itu juga mengatakan bahwa pemerintah Jerman berpendapat bahwa tidak ada klaim hukum terhadap Republik Federal Jerman dari pelanggaran di Colonia Dignidad.
"Langkah-langkah dukungan untuk para korban akan dibayar secara eksklusif karena tanggung jawab moral dan tanpa pengakuan kewajiban hukum", kata laporan itu.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier telah mengakui pada tahun 2016, ketika ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, bahwa selama bertahun-tahun diplomat Jerman berpaling ke arah lain dan jelas tidak melakukan hal yang cukup untuk melindungi rekan senegaranya.
Mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi itu adalah sekitar 240 orang Jerman dan Chili yang selamat, termasuk sekitar 80 orang yang sekarang tinggal di Jerman, dari dana awal senilai Rp56 miliar hingga 2024.
Beberapa juga akan menerima pembayaran seperti uang pensiun.
Seorang juru kampanye untuk para korban, anggota parlemen dari Partai Hijau Jerman, Renate Kuenast, menyebut pembayaran itu sebagian besar simbolis tetapi dapat diterima.
Namun, Pusat Konstitusi dan Hak Asasi Manusia Eropa menuduh bahwa Kementerian Luar Negeri Jerman menghindari tanggung jawab hukumnya untuk memberikan kompensasi kepada para korban lebih utuh. Mereka menambahkan bahwa banyak korban di Chili yang ditinggalkan.
Kabar itu datang seminggu setelah jaksa penuntut Jerman menggugurkan kasus mereka terhadap mantan dokter dari sekte itu, Hartmut Hopp (74) karena kurangnya bukti bahwa ia terlibat dalam pelecehan seksual terhadap anak-anak.
Sekte ini didirikan pada tahun 1961 oleh Paul Schaefer, mantan tentara Wehrmacht, pengkhotbah awam dan terpidana pedofil, yang menyalahgunakan, membius, dan mengindoktrinasi penduduk serta menjadikan mereka sebagai budak virtual.
Kelompoknya memiliki hubungan dekat dengan kediktatoran Augusto Pinochet pada 1973-1990 dan akan menyiksa serta menghilangkan mereka yang mengkritik rezim. Skala kekejaman yang dilakukan di komune gunung berpagar di 350 kilometer selatan Ibu Kota Chili, Santiago, terungkap setelah berakhirnya rezim Pinochet.
Schaefer, yang awalnya melarikan diri dari pengadilan, ditangkap di Argentina pada 2005 dan kemudian dipenjara di Chili karena pelecehan seksual anak dan lainnya. Dia meninggal di balik jeruji besi pada 2010 pada usia 88.
Tangan kanannya, Hopp, yang menjalankan klinik kompleks itu, dihukum di Chili atas keterlibatannya dalam kejahatan seksual Schaefer tetapi melarikan diri ke Jerman pada 2011 sebelum putusan pengadilan dapat dijatuhkan.
Pengadilan Jerman awalnya menguatkan hukuman penjara tetapi pengadilan yang lebih tinggi, dan jaksa penuntut negara, sejak itu menemukan bahwa bukti yang diberikan oleh pengadilan Chili kurang dari yang dibutuhkan oleh pengadilan Jerman.
Pemerintah Jerman dan komite parlementer dalam laporannya mengatakan bahwa Schaefer mencabik-cabik keluarga, melecehkan anak-anak yang tak terhitung jumlahnya dan secara aktif bekerja sama dengan kaki tangan diktator Pinochet dalam penyiksaan, pembunuhan dan penghilangan paksa.
"Para penyintas masih menderita secara besar-besaran dari konsekuensi psikologis dan fisik yang parah setelah bertahun-tahun cedera yang disebabkan oleh kekerasan, pelecehan, eksploitasi, dan kerja paksa," bunyi laporan itu seperti dikutip dari AFP, Sabtu (18/5/2019).
Namun, laporan itu juga mengatakan bahwa pemerintah Jerman berpendapat bahwa tidak ada klaim hukum terhadap Republik Federal Jerman dari pelanggaran di Colonia Dignidad.
"Langkah-langkah dukungan untuk para korban akan dibayar secara eksklusif karena tanggung jawab moral dan tanpa pengakuan kewajiban hukum", kata laporan itu.
Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier telah mengakui pada tahun 2016, ketika ia menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, bahwa selama bertahun-tahun diplomat Jerman berpaling ke arah lain dan jelas tidak melakukan hal yang cukup untuk melindungi rekan senegaranya.
Mereka yang memenuhi syarat untuk mendapatkan kompensasi itu adalah sekitar 240 orang Jerman dan Chili yang selamat, termasuk sekitar 80 orang yang sekarang tinggal di Jerman, dari dana awal senilai Rp56 miliar hingga 2024.
Beberapa juga akan menerima pembayaran seperti uang pensiun.
Seorang juru kampanye untuk para korban, anggota parlemen dari Partai Hijau Jerman, Renate Kuenast, menyebut pembayaran itu sebagian besar simbolis tetapi dapat diterima.
Namun, Pusat Konstitusi dan Hak Asasi Manusia Eropa menuduh bahwa Kementerian Luar Negeri Jerman menghindari tanggung jawab hukumnya untuk memberikan kompensasi kepada para korban lebih utuh. Mereka menambahkan bahwa banyak korban di Chili yang ditinggalkan.
(ian)