Iran Kepada Milisi Timur Tengah: Bersiap untuk Perang Proksi
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin pasukan Quds Iran, Qassem Suleimani, dilaporkan telah melakukan pertemuan dengan milisi Irak di Baghdad. Ia mengatakan kepada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi perang proksi.
Dua sumber intelijen senior mengatakan bahwa Suleimani mengadakan pertemuan dengan milisi Syiah Iran tiga minggu lalu, di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut. Suleimani diketahui telah bertemu secara teratur dengan para pemimpin berbagai kelompok Syiah Irak selama lima tahun terakhir, sifat dan nada pertemuan ini berbeda.
"Itu bukan panggilan untuk mempersenjatai, tapi itu tidak jauh," kata salah satu sumber seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/5/2019).
Sumber-sumber intelijen itu mengklaim para pemimpin semua kelompok milisi yang berada di bawah payung Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak hadir.
Sebagai kepala pasukan elit Quds, Suleimani memainkan peran penting dalam memberikan arahan strategis dan operasi besar milisi. Selama 15 tahun terakhir, ia telah menjadi powerbroker paling berpengaruh di Irak dan Suriah, memimpin upaya Teheran untuk mengkonsolidasikan kehadirannya di kedua negara dan mencoba untuk membentuk kembali wilayah tersebut sesuai keinginannya.
Yang menambah kekhawatiran adalah keyakinan bahwa konvoi rudal yang dipasok Iran pekan lalu berhasil diangkut melintasi provinsi Anbar Irak ke Suriah
"Rudal-rudal itu dipindahkan dengan aman ke Damaskus," kata diplomat regional kepada Guardian.
Pemindahan itu berhasil menghindari intelijen AS dan Israel, kendati ada larangan pengiriman rudal dalam tiga tahun terakhir yang telah diterbangkan ke berbagai pangkalan udara Suriah melalui sebuah jembatan udara.
Pertemuan-pertemuan ini menjadi bagian informasi bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengevakuasi staf diplomatiknya di Baghdad dan Erbil serta meningkatkan status ancaman di pangkalan-pangkalan AS di Iran.
Ketegangan ini Timur Tengah meningkat setelah AS memerintahkan kelompok tempuran laut dan satu skuadron pembom B-52 ke kawasan itu, sebagai tanggapan atas ancaman yang dirasakan meningkat.
Washington juga menyetujui penyebaran tambahan sistem pertahanan rudal Patriot dan kapal perang amfibi USS Arlington ke wilayah tersebut. Iran pun telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membalas jika terjadi konflik militer.
Duta Besar Teheran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi, mengatakan bahwa Iran tidak tertarik untuk meningkatkan ketegangan regional tetapi memiliki hak untuk mempertahankan diri.
Dua sumber intelijen senior mengatakan bahwa Suleimani mengadakan pertemuan dengan milisi Syiah Iran tiga minggu lalu, di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut. Suleimani diketahui telah bertemu secara teratur dengan para pemimpin berbagai kelompok Syiah Irak selama lima tahun terakhir, sifat dan nada pertemuan ini berbeda.
"Itu bukan panggilan untuk mempersenjatai, tapi itu tidak jauh," kata salah satu sumber seperti dikutip dari The Guardian, Jumat (17/5/2019).
Sumber-sumber intelijen itu mengklaim para pemimpin semua kelompok milisi yang berada di bawah payung Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak hadir.
Sebagai kepala pasukan elit Quds, Suleimani memainkan peran penting dalam memberikan arahan strategis dan operasi besar milisi. Selama 15 tahun terakhir, ia telah menjadi powerbroker paling berpengaruh di Irak dan Suriah, memimpin upaya Teheran untuk mengkonsolidasikan kehadirannya di kedua negara dan mencoba untuk membentuk kembali wilayah tersebut sesuai keinginannya.
Yang menambah kekhawatiran adalah keyakinan bahwa konvoi rudal yang dipasok Iran pekan lalu berhasil diangkut melintasi provinsi Anbar Irak ke Suriah
"Rudal-rudal itu dipindahkan dengan aman ke Damaskus," kata diplomat regional kepada Guardian.
Pemindahan itu berhasil menghindari intelijen AS dan Israel, kendati ada larangan pengiriman rudal dalam tiga tahun terakhir yang telah diterbangkan ke berbagai pangkalan udara Suriah melalui sebuah jembatan udara.
Pertemuan-pertemuan ini menjadi bagian informasi bagi Amerika Serikat (AS) untuk mengevakuasi staf diplomatiknya di Baghdad dan Erbil serta meningkatkan status ancaman di pangkalan-pangkalan AS di Iran.
Ketegangan ini Timur Tengah meningkat setelah AS memerintahkan kelompok tempuran laut dan satu skuadron pembom B-52 ke kawasan itu, sebagai tanggapan atas ancaman yang dirasakan meningkat.
Washington juga menyetujui penyebaran tambahan sistem pertahanan rudal Patriot dan kapal perang amfibi USS Arlington ke wilayah tersebut. Iran pun telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membalas jika terjadi konflik militer.
Duta Besar Teheran untuk PBB, Majid Takht-e Ravanchi, mengatakan bahwa Iran tidak tertarik untuk meningkatkan ketegangan regional tetapi memiliki hak untuk mempertahankan diri.
(ian)