Koran Arab Saudi Serukan AS Lakukan Serangan Bedah terhadap Iran
A
A
A
RIYADH - Arab News, koran Arab Saudi yang memiliki hubungan dekat dengan istana, menyerukan Amerika Serikat (AS) melakukan "surgical strikes" atau "serangan bedah" terhadap Iran. Riyadh sendiri menyalahkan Teheran atas serangan sejumlah pesawat nirawak pemberontak Houthi Yaman terhadap fasilitas minyak Saudi.
Seruan Arab News melalui editorialnya ini muncul pada Kamis (16/5/2019) ketika ketegangan antara Teheran dan Washington sedang memanas.
Ketegangan memanas dalam beberapa pekan terakhir setelah Pentagon mengirim Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan sejumlah pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah untuk menangkal ancaman yang kemungkinan diluncurkan Iran. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo mengklaim intelijen AS sudah menginformasikan bahwa militer Teheran bersiap menyerang pasukan Washington di Timur Tengah. Teheran membantah klaim itu dan menganggapnya sebagai informasi intelijen palsu.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, melalui Twitter mengutuk serangan sejumlah pesawat tak berawak bersenjata terhadap dua stasiun pompa Aramco. "(Serangan) membuktikan bahwa milisi ini hanyalah alat yang digunakan rezim Iran untuk mengimplementasikan agenda ekspansionisnya di wilayah ini," tulis putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tersebut.
Dalam seruannya, koran Saudi menyatakan serangan AS terhadap Iran diperlukan sebagai pembalasan atas serbuan terhadap fasilitas minyak Aramco.
Iran selama ini dituduh oleh AS dan PBB memasok teknologi dan senjata rudal balistik kepada Houthi Yaman. Namun, tuduhan itu selalu dibantah Teheran.
"Jelas bahwa sanksi (AS) tidak mengirim pesan yang benar," bunyi editorial Arab News, yang dikutip Jumat (17/5/2019)."Mereka harus dipukuli dengan keras," lanjut editorial itu tanpa merinci target spesifik apa yang harus diserang AS.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam kunjungannya ke Tokyo pada hari Kamis menegaskan bahwa Teheran memiliki hak untuk menanggapi sanksi Washington yang "tidak dapat diterima".
Iran baru-baru ini menyatakan siap melanjutkan pengayaan uranium pada tingkat yang lebih tinggi jika kesepakatan nuklir baru tidak tercapai pada 7 Juli mendatang. Pengayaan uranium itu berpotensi membawa rezim Teheran lebih dekat untuk bisa mengembangkan senjata nuklir.
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, menolak untuk secara langsung menyalahkan Iran atas serangan kapal-kapal tanker minyak, termasuk milik Saudi, di lepas pantai negaranya beberapa hari lalu. Namun, diplomat itu telah berulang kali mengkritik Teheran. Para pejabat Uni Emirat Arab belum mengatakan siapa yang berada di balik serangan terhadap sejumlah kapal tanker minyak.
Seruan Arab News melalui editorialnya ini muncul pada Kamis (16/5/2019) ketika ketegangan antara Teheran dan Washington sedang memanas.
Ketegangan memanas dalam beberapa pekan terakhir setelah Pentagon mengirim Kelompok Tempur Kapal Induk USS Abraham Lincoln dan sejumlah pesawat pengebom B-52 ke Timur Tengah untuk menangkal ancaman yang kemungkinan diluncurkan Iran. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Michael Pompeo mengklaim intelijen AS sudah menginformasikan bahwa militer Teheran bersiap menyerang pasukan Washington di Timur Tengah. Teheran membantah klaim itu dan menganggapnya sebagai informasi intelijen palsu.
Wakil Menteri Pertahanan Arab Saudi, Pangeran Khalid bin Salman, melalui Twitter mengutuk serangan sejumlah pesawat tak berawak bersenjata terhadap dua stasiun pompa Aramco. "(Serangan) membuktikan bahwa milisi ini hanyalah alat yang digunakan rezim Iran untuk mengimplementasikan agenda ekspansionisnya di wilayah ini," tulis putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tersebut.
Dalam seruannya, koran Saudi menyatakan serangan AS terhadap Iran diperlukan sebagai pembalasan atas serbuan terhadap fasilitas minyak Aramco.
Iran selama ini dituduh oleh AS dan PBB memasok teknologi dan senjata rudal balistik kepada Houthi Yaman. Namun, tuduhan itu selalu dibantah Teheran.
"Jelas bahwa sanksi (AS) tidak mengirim pesan yang benar," bunyi editorial Arab News, yang dikutip Jumat (17/5/2019)."Mereka harus dipukuli dengan keras," lanjut editorial itu tanpa merinci target spesifik apa yang harus diserang AS.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dalam kunjungannya ke Tokyo pada hari Kamis menegaskan bahwa Teheran memiliki hak untuk menanggapi sanksi Washington yang "tidak dapat diterima".
Iran baru-baru ini menyatakan siap melanjutkan pengayaan uranium pada tingkat yang lebih tinggi jika kesepakatan nuklir baru tidak tercapai pada 7 Juli mendatang. Pengayaan uranium itu berpotensi membawa rezim Teheran lebih dekat untuk bisa mengembangkan senjata nuklir.
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Anwar Gargash, menolak untuk secara langsung menyalahkan Iran atas serangan kapal-kapal tanker minyak, termasuk milik Saudi, di lepas pantai negaranya beberapa hari lalu. Namun, diplomat itu telah berulang kali mengkritik Teheran. Para pejabat Uni Emirat Arab belum mengatakan siapa yang berada di balik serangan terhadap sejumlah kapal tanker minyak.
(mas)