Foto Rudal Iran di Teluk Persia Pemicu Kekhawatiran AS
A
A
A
WASHINGTON - Sejumlah foto yang menunjukkan rudal Iran di atas kapal-kapal kecil di Teluk Persia dilaporkan menjadi penyebab meningkatnya peringatan di kalangan pejabat Gedung Putih baru-baru ini.
Foto-foto tersebut memicu kekhawatiran bahwa Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) akan menembaki kapal angkatan laut AS. Demikian laporan New York Times mengutip pejabat yang mengetahui permasalahan tersebut.
Tiga pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah ini di depan umum, mengatakan bahwa intelijen menghadirkan jenis ancaman yang berbeda yang sebelumnya terlihat dari Iran.
Kemunculan foto-foto ini memicu perbedaan pendapat. Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo melihat foto-foto ini sebagai pembenaran memandang Iran sebagai ancaman. Namun pihak lain seperti Eropa, Irak dan anggota Kongres dari kedua belah pihak dan beberapa pejabat senior dalam pemerintahan Trump memandangnya sebagai tindakan defensif terhadap apa yang Teheran yakini sebagai tindakan provokatif oleh Washington.
Pejabat intelijen mendeklasifikasi foto yang menunjukkan salah satu kapal kecil, yang disebut dhows, membawa apa yang disebut sebagai rudal fungsional Iran setelah Bolton mengumumkan bahwa kapal induk Abraham Lincoln akan berlayar ke Teluk lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pentagon sendiri belum merilis foto-foto tersebut. Menurut dua pejabat Amerika, foto-foto itu tidak cukup meyakinkan publik dan anggota parlemen atau sekutu AS atas ancaman Iran terbaru. Foto-foto lain, yang tetap dirahasiakan, menunjukkan IRGC memuat rudal ke kapal di beberapa pelabuhan Iran, klaim dua pejabat AS.
Foto-foto itu setidaknya adalah tiga berkas intelijen yang memicu kewaspadaan para pejabat keamanan nasional dan meyakinkan banyak orang akan munculnya ancaman lebih serius dari Iran. Berkas ini termasuk percakapan antara IRGC dengan milisi asing yang membahas serangan terhadap pasukan AS dan diplomat di Irak serta data intelijen tentang Iran menargetkan pengiriman komersial.
Data intelijen yang disebut terakhir membuat para pejabat AS percaya bahwa Iran berada di belakang sabotase empat kapal tanker di lepas pantai Uni Emirat Arab. Namun, para pejabat masih belum memiliki analisi forensik konklusif yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam segala bentuk sabotase.
Senator Marco Rubio, anggota Komite Hubungan Luar Negeri dan Intelijen yang diberi pengarahan pekan lalu tentang intelijen, mengatakan bahwa sementara ia tidak ingin perang dengan Iran, Amerika Serikat harus menanggapi jika diserang.
"Aku sudah di sini delapan tahun. Sejauh ini, ini adalah satu-satunya potensi konflik yang paling dekat dari signifikansi yang telah saya alami. Ini nyata. Ini bukan hal yang palsu. Itu tidak dibuat-buat oleh seseorang. Presiden ini bahkan tidak ingin memiliki pasukan di Timur Tengah,” kata Rubio, seperti dikutip Sputnik dari New York Times, Kamis (16/5/2019).
Ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat baru-baru ini, ketika AS memperkuat kehadiran militernya di Teluk Persia dengan kapal induk Abraham Lincoln dan satu gugus tugas pembom untuk mengirim "pesan yang jelas dan tidak salah" ke Teheran.
Washington juga menyetujui penyebaran tambahan sistem pertahanan rudal Patriot dan kapal perang amfibi USS Arlington ke wilayah tersebut. Iran pun telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membalas jika terjadi konflik militer.
Foto-foto tersebut memicu kekhawatiran bahwa Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) akan menembaki kapal angkatan laut AS. Demikian laporan New York Times mengutip pejabat yang mengetahui permasalahan tersebut.
Tiga pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah ini di depan umum, mengatakan bahwa intelijen menghadirkan jenis ancaman yang berbeda yang sebelumnya terlihat dari Iran.
Kemunculan foto-foto ini memicu perbedaan pendapat. Penasihat Keamanan Nasional John Bolton dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo melihat foto-foto ini sebagai pembenaran memandang Iran sebagai ancaman. Namun pihak lain seperti Eropa, Irak dan anggota Kongres dari kedua belah pihak dan beberapa pejabat senior dalam pemerintahan Trump memandangnya sebagai tindakan defensif terhadap apa yang Teheran yakini sebagai tindakan provokatif oleh Washington.
Pejabat intelijen mendeklasifikasi foto yang menunjukkan salah satu kapal kecil, yang disebut dhows, membawa apa yang disebut sebagai rudal fungsional Iran setelah Bolton mengumumkan bahwa kapal induk Abraham Lincoln akan berlayar ke Teluk lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pentagon sendiri belum merilis foto-foto tersebut. Menurut dua pejabat Amerika, foto-foto itu tidak cukup meyakinkan publik dan anggota parlemen atau sekutu AS atas ancaman Iran terbaru. Foto-foto lain, yang tetap dirahasiakan, menunjukkan IRGC memuat rudal ke kapal di beberapa pelabuhan Iran, klaim dua pejabat AS.
Foto-foto itu setidaknya adalah tiga berkas intelijen yang memicu kewaspadaan para pejabat keamanan nasional dan meyakinkan banyak orang akan munculnya ancaman lebih serius dari Iran. Berkas ini termasuk percakapan antara IRGC dengan milisi asing yang membahas serangan terhadap pasukan AS dan diplomat di Irak serta data intelijen tentang Iran menargetkan pengiriman komersial.
Data intelijen yang disebut terakhir membuat para pejabat AS percaya bahwa Iran berada di belakang sabotase empat kapal tanker di lepas pantai Uni Emirat Arab. Namun, para pejabat masih belum memiliki analisi forensik konklusif yang menunjukkan keterlibatan Iran dalam segala bentuk sabotase.
Senator Marco Rubio, anggota Komite Hubungan Luar Negeri dan Intelijen yang diberi pengarahan pekan lalu tentang intelijen, mengatakan bahwa sementara ia tidak ingin perang dengan Iran, Amerika Serikat harus menanggapi jika diserang.
"Aku sudah di sini delapan tahun. Sejauh ini, ini adalah satu-satunya potensi konflik yang paling dekat dari signifikansi yang telah saya alami. Ini nyata. Ini bukan hal yang palsu. Itu tidak dibuat-buat oleh seseorang. Presiden ini bahkan tidak ingin memiliki pasukan di Timur Tengah,” kata Rubio, seperti dikutip Sputnik dari New York Times, Kamis (16/5/2019).
Ketegangan di kawasan Timur Tengah meningkat baru-baru ini, ketika AS memperkuat kehadiran militernya di Teluk Persia dengan kapal induk Abraham Lincoln dan satu gugus tugas pembom untuk mengirim "pesan yang jelas dan tidak salah" ke Teheran.
Washington juga menyetujui penyebaran tambahan sistem pertahanan rudal Patriot dan kapal perang amfibi USS Arlington ke wilayah tersebut. Iran pun telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membalas jika terjadi konflik militer.
(ian)