Jelang Eurovision, Israel Sebar Iron Dome di Seluruh Negeri
A
A
A
TEL AVIV - Militer Israel menyebarkan sistem pertahanan rudal Iron Dome di seluruh negeri menjelang Kontes Lagu Eurovision yang akan dimulai akhir pekan ini. Senjata pertahanan itu jadi andalan ketika negara mayoritas Yahudi tersebut dihujani hampir 700 roket dari Gaza, Palestina.
Menurut surat kabar Haaretz, Selasa (14/5/2019), baterai rudal yang dirancang untuk mencegat proyektil yang masuk, telah dikerahkan di seluruh negeri di tengah kekhawatiran keamanan.
Senin pekan lalu, Israel dan Palestina menyetujui gencatan senjata menyusul pertempuran singkat yang menewaskan empat warga Israel dan 25 warga Palestina.
Meski gencatan senjata disetujui, Kedutaan Besar AS di Israel memperingatkan potensi serangan roket selama Kontes Lagu Eurovision berlangsung.
"Kelompok-kelompok teroris dapat memilih hari jadi, yang bertepatan dengan Kontes Lagu Eurovision di Tel Aviv untuk melakukan protes kekerasan atau serangan," kata Kedutaan Besar AS dalam peringatan keamanan yang dikirim awal pekan ini.
"Insiden keamanan dapat terjadi lebih jauh di luar Gaza dan pinggirannya dan kapan saja," lanjut peringatan kedutaan tersebut.
Pekan lalu, kelompok militan di Gaza mengklaim sistem Iron Dome dikalahkan oleh rentetan roket mereka dan menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas sistem pertahanan multi-juta dolar tersebut.
Serbuan ratusan roket selama dua hari, 4-5 Mei, juga menyebabkan hampir 200 orang warga Israel terluka. Menurut Haaretz, Iron Dome hanya berhasil mencegat atau mengintersepsi 240 dari sekitar 690 roket asal Gaza yang masuk.
Laporan itu memicu kekhawatiran akan kegagalan Iro Dome jika terjadi serangan selama Eurovision.
Israel mendapat hak untuk menjadi tuan rumah kontes tersebut setelah penyanyi Israel Netta Barzilai memboyong hadiah pada tahun lalu dengan lagu pop-nya "Toy".
Sebagai langkah antisipasi masalah keamanan, panitia memutuskan untuk mengadakan kontes di Tel Aviv, bukan Yerusalem yang telah dinyatakan sebagai ibu kota negara tersebut. Tel Aviv dikenal karena pantai dan gaya hidup komunitas gay-nya.
Namun, gerakan BDS (Boikot, Divestasi dan Sanksi) terhadap Israel yang dipimpin Palestina, mulai meminta para kontestan untuk keluar dari Kontes Lagu Eurovision atas perlakuan Israel terhadap Palestina.
Lusinan seniman Eropa, yang dipimpin oleh mantan pentolan Pink Floyd Roger Waters, menandatangani surat yang menyerukan agar kontes dipindahkan ke tempat lain.
Situasi semakin tegang karena kontes bertepatan dengan hari ketika orang Palestina memperingati sebagai "Hari Nakba", yakni hari ketika ratusan ribu orang Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka dalam perang 1948 yang mengarah pada pendirian negara Israel.
Sejumlah demonstrasi untuk menandai hari berkabung dan memprotes Eurovision direncanakan di seluruh negeri dan di wilayah Palestina.
Kemarin sebuah papan iklan Eurovision yang memprotes pendudukan Israel atas Tepi Barat didirikan di dekat Bandara Internasional Ben Gurion.
Menurut surat kabar Haaretz, Selasa (14/5/2019), baterai rudal yang dirancang untuk mencegat proyektil yang masuk, telah dikerahkan di seluruh negeri di tengah kekhawatiran keamanan.
Senin pekan lalu, Israel dan Palestina menyetujui gencatan senjata menyusul pertempuran singkat yang menewaskan empat warga Israel dan 25 warga Palestina.
Meski gencatan senjata disetujui, Kedutaan Besar AS di Israel memperingatkan potensi serangan roket selama Kontes Lagu Eurovision berlangsung.
"Kelompok-kelompok teroris dapat memilih hari jadi, yang bertepatan dengan Kontes Lagu Eurovision di Tel Aviv untuk melakukan protes kekerasan atau serangan," kata Kedutaan Besar AS dalam peringatan keamanan yang dikirim awal pekan ini.
"Insiden keamanan dapat terjadi lebih jauh di luar Gaza dan pinggirannya dan kapan saja," lanjut peringatan kedutaan tersebut.
Pekan lalu, kelompok militan di Gaza mengklaim sistem Iron Dome dikalahkan oleh rentetan roket mereka dan menimbulkan pertanyaan publik tentang efektivitas sistem pertahanan multi-juta dolar tersebut.
Serbuan ratusan roket selama dua hari, 4-5 Mei, juga menyebabkan hampir 200 orang warga Israel terluka. Menurut Haaretz, Iron Dome hanya berhasil mencegat atau mengintersepsi 240 dari sekitar 690 roket asal Gaza yang masuk.
Laporan itu memicu kekhawatiran akan kegagalan Iro Dome jika terjadi serangan selama Eurovision.
Israel mendapat hak untuk menjadi tuan rumah kontes tersebut setelah penyanyi Israel Netta Barzilai memboyong hadiah pada tahun lalu dengan lagu pop-nya "Toy".
Sebagai langkah antisipasi masalah keamanan, panitia memutuskan untuk mengadakan kontes di Tel Aviv, bukan Yerusalem yang telah dinyatakan sebagai ibu kota negara tersebut. Tel Aviv dikenal karena pantai dan gaya hidup komunitas gay-nya.
Namun, gerakan BDS (Boikot, Divestasi dan Sanksi) terhadap Israel yang dipimpin Palestina, mulai meminta para kontestan untuk keluar dari Kontes Lagu Eurovision atas perlakuan Israel terhadap Palestina.
Lusinan seniman Eropa, yang dipimpin oleh mantan pentolan Pink Floyd Roger Waters, menandatangani surat yang menyerukan agar kontes dipindahkan ke tempat lain.
Situasi semakin tegang karena kontes bertepatan dengan hari ketika orang Palestina memperingati sebagai "Hari Nakba", yakni hari ketika ratusan ribu orang Palestina melarikan diri atau diusir dari rumah mereka dalam perang 1948 yang mengarah pada pendirian negara Israel.
Sejumlah demonstrasi untuk menandai hari berkabung dan memprotes Eurovision direncanakan di seluruh negeri dan di wilayah Palestina.
Kemarin sebuah papan iklan Eurovision yang memprotes pendudukan Israel atas Tepi Barat didirikan di dekat Bandara Internasional Ben Gurion.
(mas)