Parade Hari Kemenangan PD II, Putin Janji Perkuat Militer Rusia
A
A
A
MOSKOW - Peluncur rudal nuklir antarbenua bergemuruh melintasi Red Square (Lapangan Merah) pada parade Hari Kemenangan Perang Dunia II di Moskow, Kamis. Parade yang sarat dengan peralatan perang canggih itu digelar di tengah meningkatnya kekhawatiran akan pecahnya perlombaan senjata baru antara Rusia dan Amerika Serikat (AS).
Itu adalah tahun pertama di mana tidak ada pemimpin asing menghadiri parade Hari Kemenangan. Banyak yang menjauh sejak Moskow menganeksasi Crimea dari Ukraina tahun 2014, sehingga Kremlin berhenti mengundang mereka.
Namun, Presiden Vladimir Putin memanfaatkan acara itu sebagai perayaan patriotisme Rusia.
Setelah menyambut pengorbanan yang dilakukan pasukan Soviet dan warga sipil untuk mengalahkan rezim Nazi Jerman selama Perang Dunia II—lebih dikenal di Rusia sebagai Perang Patriotik Besar—, Putin berjanji bahwa negaranya akan terus memperkuat kemampuan militer.
“Pelajaran dari perang masa lalu relevan sekali lagi. Kami telah melakukan dan akan melakukan segala yang diperlukan untuk memastikan tingkat kesiapan tinggi angkatan bersenjata kami," katanya. "Kami meminta semua negara untuk mewujudkan tanggung jawab bersama kami guna menciptakan sistem keamanan yang efektif dan seimbang."
Dia membuat komentar tersebut tiga bulan setelah Presiden AS Donald John Trump mengumumkan bahwa AS akan mulai menarik Washington keluar dari perjanjian kontrol senjata era Perang Dingin yang bernama resmi Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty 1987. Perjanjian ini melarang penyebaran rudal nuklir yang diluncurkan di darat dengan jangkauan hingga 3.500 mil.
Perjanjian INF ditandatangani pada tahun 1987 oleh Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev. Perjanjian ini mengakhiri penumpukan rudal nuklir di Eropa.
Putin, yang Washington tuduh telah melanggar Perjanjian INF dalam beberapa tahun terakhir, telah mengancam akan menargetkan Amerika Serikat dengan rudal nuklir jika Washington bergerak untuk mengerahkan hulu ledak yang dilarang oleh perjanjian penting tersebut.
Hari Kemenangan rutin diperingati Rusia dengan beberapa parade militer di Moskow. Hari untuk parade militer itu tidak menjadi hari libur umum sampai tahun 1965. Di bawah Putin, Rusia telah menggunakan peringatan berakhirnya perang untuk menunjukkan kekuatan militernya dan untuk mempromosikan apa yang dikatakan oleh para oposisi Moskow sebagai bentuk nasionalisme yang agresif.
Unit peluncur rudal balistik Yars, sistem pertahanan rudal udara S-400 yang canggih, tank dan 13.000 tentara dipajang selama parade di Lapangan Merah. Ada juga Youth Army yang baru dibentuk, yakni sebuah organisasi militer yang didukung Kremlin dengan hampir setengah juta anggota yang berusia 4 hingga 18 tahun.
Kerumunan yang bersorak-sorai, termasuk anak-anak kecil yang mengenakan topi Tentara Merah, mengibarkan bendera Rusia dan Soviet ketika persenjataan berat diangkut melalui Moskow tengah. Puluhan jet tempur sedianya melintas di atas flyover, namun dibatalkan karena awan tebal.
"Saya membawa cucu-cucu saya ke sini untuk mengajar mereka bahwa kita tidak boleh melupakan mereka yang menyelamatkan dunia dari fasisme," kata Tamara Borisova, 65. "Di Barat, orang-orang tidak menyadari betapa banyak penderitaan rakyat Soviet kami untuk mengalahkan Nazi," ujarnya, seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (10/5/2019).
Setidaknya 24 juta warga dan tentara Soviet—sekitar 14 persen dari populasi negara komunis— diperkirakan tewas selama Perang Dunia II. Jumlah korban tewas total untuk Amerika Serikat selama konflik 1939-1945 adalah sekitar 420.000 jiwa.
Setelah parade militer hari Kamis, ratusan ribu orang berbaris di sepanjang Jalan Tverskaya, jalan raya utama Moskow, yang mengarah langsung ke Kremlin, membawa potret kerabat yang bertempur dalam Perang Dunia II. Putin, yang ayahnya terluka selama perang, ada di antara mereka.
Media pemerintah mengatakan sekitar 10 juta orang berpartisipasi dalam apa yang disebut pawai Resimen Abadi di seluruh negeri.
Parade militer diadakan di hampir 30 kota besar dan kecil di seluruh Rusia, dari perbatasannya dengan Eropa Timur hingga Pulau Sakhalin, dekat Jepang. Di Pyatigorsk, sebuah kota di selatan Rusia, lebih dari 500 anak dari taman kanak-kanak yang mengenakan seragam militer lengkap ikut serta dalam acara yang digambarkan sebagai "parade pasukan prasekolah" yang dikatakan oleh kritikus Kremlin adalah ilustrasi sempurna tentang militerisasi masyarakat Rusia di bawah rezim Putin.
Meskipun Putin berjanji untuk lebih meningkatkan angkatan bersenjata Rusia, anggaran pertahanan Moskow telah menurun selama dua tahun terakhir. Meskipun militer Rusia terlibat dalam kampanye militer di Ukraina dan Suriah, anggaran pertahanannya menyusut 3,5 persen pada 2018 menjadi USD 61,4 miliar. Data ini berasal dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Kemerosotan dalam pengeluaran militer mengikuti penurunan 20% pada 2017 karena ekonomi Rusia terkena sanksi Barat dan harga minyak dunia yang anjlok. Analis lembaga riset mengatakan tren itu kemungkinan akan berlanjut.
Putin tidak menyebutkan secara langsung negara mana pun selama pidato Hari Kemenangan-nya.
"Menilai dari pidato presiden, Rusia tidak lagi membutuhkan sekutu," kata Gleb Pavlovsky, seorang mantan penasihat Kremlin, yang menuliskan komentarnya secara online.
Steven Seagal, mantan bintang laga Hollywood yang tahun lalu disebut Putin sebagai utusan khusus Rusia untuk hubungan kemanusiaan dengan Amerika Serikat, termasuk di antara beberapa tamu asing di parade Lapangan Merah. Presiden George W. Bush pernah hadir pada acara serupa tahun 2005.
Meskipun tentara Soviet tewas karena membela negara yang secara resmi ateis, Hari Kemenangan mengambil unsur yang semakin religius. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu secara terbuka membuat tanda salib ketika dia memberi sinyal untuk dimulainya parade di Lapangan Merah.
Tahun depan, Rusia akan meresmikan katedral Kristen Ortodoks besar-besaran di dekat Moskow untuk menghormati kemenangan militernya dalam Perang Dunia II. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Putin—mantan perwira KGB—membiayai ikon keagamaan utama katedral dari sakunya sendiri.
Peskov menolak untuk mengungkapkan berapa banyak uang yang dikeluarkan Putin.
Itu adalah tahun pertama di mana tidak ada pemimpin asing menghadiri parade Hari Kemenangan. Banyak yang menjauh sejak Moskow menganeksasi Crimea dari Ukraina tahun 2014, sehingga Kremlin berhenti mengundang mereka.
Namun, Presiden Vladimir Putin memanfaatkan acara itu sebagai perayaan patriotisme Rusia.
Setelah menyambut pengorbanan yang dilakukan pasukan Soviet dan warga sipil untuk mengalahkan rezim Nazi Jerman selama Perang Dunia II—lebih dikenal di Rusia sebagai Perang Patriotik Besar—, Putin berjanji bahwa negaranya akan terus memperkuat kemampuan militer.
“Pelajaran dari perang masa lalu relevan sekali lagi. Kami telah melakukan dan akan melakukan segala yang diperlukan untuk memastikan tingkat kesiapan tinggi angkatan bersenjata kami," katanya. "Kami meminta semua negara untuk mewujudkan tanggung jawab bersama kami guna menciptakan sistem keamanan yang efektif dan seimbang."
Dia membuat komentar tersebut tiga bulan setelah Presiden AS Donald John Trump mengumumkan bahwa AS akan mulai menarik Washington keluar dari perjanjian kontrol senjata era Perang Dingin yang bernama resmi Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty 1987. Perjanjian ini melarang penyebaran rudal nuklir yang diluncurkan di darat dengan jangkauan hingga 3.500 mil.
Perjanjian INF ditandatangani pada tahun 1987 oleh Presiden AS Ronald Reagan dan pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev. Perjanjian ini mengakhiri penumpukan rudal nuklir di Eropa.
Putin, yang Washington tuduh telah melanggar Perjanjian INF dalam beberapa tahun terakhir, telah mengancam akan menargetkan Amerika Serikat dengan rudal nuklir jika Washington bergerak untuk mengerahkan hulu ledak yang dilarang oleh perjanjian penting tersebut.
Hari Kemenangan rutin diperingati Rusia dengan beberapa parade militer di Moskow. Hari untuk parade militer itu tidak menjadi hari libur umum sampai tahun 1965. Di bawah Putin, Rusia telah menggunakan peringatan berakhirnya perang untuk menunjukkan kekuatan militernya dan untuk mempromosikan apa yang dikatakan oleh para oposisi Moskow sebagai bentuk nasionalisme yang agresif.
Unit peluncur rudal balistik Yars, sistem pertahanan rudal udara S-400 yang canggih, tank dan 13.000 tentara dipajang selama parade di Lapangan Merah. Ada juga Youth Army yang baru dibentuk, yakni sebuah organisasi militer yang didukung Kremlin dengan hampir setengah juta anggota yang berusia 4 hingga 18 tahun.
Kerumunan yang bersorak-sorai, termasuk anak-anak kecil yang mengenakan topi Tentara Merah, mengibarkan bendera Rusia dan Soviet ketika persenjataan berat diangkut melalui Moskow tengah. Puluhan jet tempur sedianya melintas di atas flyover, namun dibatalkan karena awan tebal.
"Saya membawa cucu-cucu saya ke sini untuk mengajar mereka bahwa kita tidak boleh melupakan mereka yang menyelamatkan dunia dari fasisme," kata Tamara Borisova, 65. "Di Barat, orang-orang tidak menyadari betapa banyak penderitaan rakyat Soviet kami untuk mengalahkan Nazi," ujarnya, seperti dikutip dari Washington Post, Jumat (10/5/2019).
Setidaknya 24 juta warga dan tentara Soviet—sekitar 14 persen dari populasi negara komunis— diperkirakan tewas selama Perang Dunia II. Jumlah korban tewas total untuk Amerika Serikat selama konflik 1939-1945 adalah sekitar 420.000 jiwa.
Setelah parade militer hari Kamis, ratusan ribu orang berbaris di sepanjang Jalan Tverskaya, jalan raya utama Moskow, yang mengarah langsung ke Kremlin, membawa potret kerabat yang bertempur dalam Perang Dunia II. Putin, yang ayahnya terluka selama perang, ada di antara mereka.
Media pemerintah mengatakan sekitar 10 juta orang berpartisipasi dalam apa yang disebut pawai Resimen Abadi di seluruh negeri.
Parade militer diadakan di hampir 30 kota besar dan kecil di seluruh Rusia, dari perbatasannya dengan Eropa Timur hingga Pulau Sakhalin, dekat Jepang. Di Pyatigorsk, sebuah kota di selatan Rusia, lebih dari 500 anak dari taman kanak-kanak yang mengenakan seragam militer lengkap ikut serta dalam acara yang digambarkan sebagai "parade pasukan prasekolah" yang dikatakan oleh kritikus Kremlin adalah ilustrasi sempurna tentang militerisasi masyarakat Rusia di bawah rezim Putin.
Meskipun Putin berjanji untuk lebih meningkatkan angkatan bersenjata Rusia, anggaran pertahanan Moskow telah menurun selama dua tahun terakhir. Meskipun militer Rusia terlibat dalam kampanye militer di Ukraina dan Suriah, anggaran pertahanannya menyusut 3,5 persen pada 2018 menjadi USD 61,4 miliar. Data ini berasal dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI).
Kemerosotan dalam pengeluaran militer mengikuti penurunan 20% pada 2017 karena ekonomi Rusia terkena sanksi Barat dan harga minyak dunia yang anjlok. Analis lembaga riset mengatakan tren itu kemungkinan akan berlanjut.
Putin tidak menyebutkan secara langsung negara mana pun selama pidato Hari Kemenangan-nya.
"Menilai dari pidato presiden, Rusia tidak lagi membutuhkan sekutu," kata Gleb Pavlovsky, seorang mantan penasihat Kremlin, yang menuliskan komentarnya secara online.
Steven Seagal, mantan bintang laga Hollywood yang tahun lalu disebut Putin sebagai utusan khusus Rusia untuk hubungan kemanusiaan dengan Amerika Serikat, termasuk di antara beberapa tamu asing di parade Lapangan Merah. Presiden George W. Bush pernah hadir pada acara serupa tahun 2005.
Meskipun tentara Soviet tewas karena membela negara yang secara resmi ateis, Hari Kemenangan mengambil unsur yang semakin religius. Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu secara terbuka membuat tanda salib ketika dia memberi sinyal untuk dimulainya parade di Lapangan Merah.
Tahun depan, Rusia akan meresmikan katedral Kristen Ortodoks besar-besaran di dekat Moskow untuk menghormati kemenangan militernya dalam Perang Dunia II. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Putin—mantan perwira KGB—membiayai ikon keagamaan utama katedral dari sakunya sendiri.
Peskov menolak untuk mengungkapkan berapa banyak uang yang dikeluarkan Putin.
(mas)