Rusia Ingin Membangun Kapal Induk Nuklir Pertamanya
A
A
A
MOSKOW - Rusia berencana akan membangun kapal induk bertenaga nuklir pertamanya. Rencana itu dilapoprkan media pemerintah mengutip sumber di industri pembuatan kapal.
"Kapal induk itu akan memiliki unit energi nuklir dan bobot sekitar 70.000 (metrik ton)," kata sumber tersebut kepada kantor berita TASS yang dilansir Business Insider, Kamis (9/5/2019). Dengan berat tersebut, kapal itu akan lebih kecil dari kapal induk AS tetapi masih lebih besar dari kapal induk satu-satunya Rusia; Admiral Kuznetsov yang bertenaga uap. Kapal Admiral Kuznetsov mengalami kecelakaan dahsyat musim gugur lalu di sebuah galangan kapal.
Pada musim panas lalu, media Rusia melaporkan bahwa Angkatan Laut Rusia mulai mengembangkan sistem propulsi nuklir untuk kapal induk generasi berikutnya. Pengembangan pada kapal induk baru akan dimulai pada 2023, dan kapal dapat dikirim ke armada pada akhir 2030-an.
Pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin, Uni Soviet mulai bekerja pada kapal induk bertenaga nuklir yang dikenal sebagai Ulyanovsk. Namun, runtuhnya Uni Soviet membuat Rusia menghentikan pembangunannya. Proyek tersebut dibatalkan, dan lambung parsial kapal dibongkar.
Sebagai perbandingan, AS memiliki 11 kapal induk bertenaga nuklir di gudang senjatanya. China—yang kekuatan militernya sedang tumbuh—memiliki dua kapal induk konvensional yang menyerupai Kuznetsov, tetapi negara itu sedang membangun kapal induk ketiga sekaligus terbesarnya.
Kapal Admiral Kuznetsov jarang terlihat di laut. Dari 1991 hingga 2015, Kuznetsov, yang kadang-kadang digambarkan media Barat sebagai salah satu operator terburuk di dunia, hanya berlayar enam kali. Ketika berlayar, kapal disertai oleh kapal tunda, sebagai persiapan jika mengalami masalah.
Kapal Kuznetsov rusak parah pada musim gugur lalu ketika dermaga apung PD-50 buatan Swedia di Repair Shipyard (Galangan Perbaikan) ke-82 di Roslyakovo tenggelam dengan kapal induk berada di atasnya. Derek berat jatuh dan menghantam lambung dan dek kapal.
Kemampuan Rusia untuk memperbaiki kerusakan terbatas karena kerusakan terjadi pada galangan kapal. Kapal Kuznetsov jadi pemberitaan media-media internasional ketika menjalankan misi tempur tahun 2016 di Suriah. Kapal itu kehilangan dua jet tempur hanya dalam waktu tiga minggu karena kegagalan sistem kabel yang menahan kapal.
Sebuah kapal induk bertenaga nuklir baru tentu saja akan memberikan peningkatan kemampuan militer Moskow. Namun, untuk mewujudkannya adalah hal yang sulit, karena militer Rusia telah berjuang untuk menemukan pendanaan pada proyek-proyek pertahanan besar lainnya.
Kekurangan dana, membuat Rusia harus memangkas produksi untuk tank tempur utama T-14 Armata dan pesawat tempur siluman generasi kelima Su-47. Rusia dilaporkan juga tidak mampu membeli rudal jelajah bertenaga nuklir baru yang menghancurkan.
"Kapal induk itu akan memiliki unit energi nuklir dan bobot sekitar 70.000 (metrik ton)," kata sumber tersebut kepada kantor berita TASS yang dilansir Business Insider, Kamis (9/5/2019). Dengan berat tersebut, kapal itu akan lebih kecil dari kapal induk AS tetapi masih lebih besar dari kapal induk satu-satunya Rusia; Admiral Kuznetsov yang bertenaga uap. Kapal Admiral Kuznetsov mengalami kecelakaan dahsyat musim gugur lalu di sebuah galangan kapal.
Pada musim panas lalu, media Rusia melaporkan bahwa Angkatan Laut Rusia mulai mengembangkan sistem propulsi nuklir untuk kapal induk generasi berikutnya. Pengembangan pada kapal induk baru akan dimulai pada 2023, dan kapal dapat dikirim ke armada pada akhir 2030-an.
Pada tahun-tahun terakhir Perang Dingin, Uni Soviet mulai bekerja pada kapal induk bertenaga nuklir yang dikenal sebagai Ulyanovsk. Namun, runtuhnya Uni Soviet membuat Rusia menghentikan pembangunannya. Proyek tersebut dibatalkan, dan lambung parsial kapal dibongkar.
Sebagai perbandingan, AS memiliki 11 kapal induk bertenaga nuklir di gudang senjatanya. China—yang kekuatan militernya sedang tumbuh—memiliki dua kapal induk konvensional yang menyerupai Kuznetsov, tetapi negara itu sedang membangun kapal induk ketiga sekaligus terbesarnya.
Kapal Admiral Kuznetsov jarang terlihat di laut. Dari 1991 hingga 2015, Kuznetsov, yang kadang-kadang digambarkan media Barat sebagai salah satu operator terburuk di dunia, hanya berlayar enam kali. Ketika berlayar, kapal disertai oleh kapal tunda, sebagai persiapan jika mengalami masalah.
Kapal Kuznetsov rusak parah pada musim gugur lalu ketika dermaga apung PD-50 buatan Swedia di Repair Shipyard (Galangan Perbaikan) ke-82 di Roslyakovo tenggelam dengan kapal induk berada di atasnya. Derek berat jatuh dan menghantam lambung dan dek kapal.
Kemampuan Rusia untuk memperbaiki kerusakan terbatas karena kerusakan terjadi pada galangan kapal. Kapal Kuznetsov jadi pemberitaan media-media internasional ketika menjalankan misi tempur tahun 2016 di Suriah. Kapal itu kehilangan dua jet tempur hanya dalam waktu tiga minggu karena kegagalan sistem kabel yang menahan kapal.
Sebuah kapal induk bertenaga nuklir baru tentu saja akan memberikan peningkatan kemampuan militer Moskow. Namun, untuk mewujudkannya adalah hal yang sulit, karena militer Rusia telah berjuang untuk menemukan pendanaan pada proyek-proyek pertahanan besar lainnya.
Kekurangan dana, membuat Rusia harus memangkas produksi untuk tank tempur utama T-14 Armata dan pesawat tempur siluman generasi kelima Su-47. Rusia dilaporkan juga tidak mampu membeli rudal jelajah bertenaga nuklir baru yang menghancurkan.
(mas)