Ratusan Drone Kirim Vaksin di Ghana

Kamis, 25 April 2019 - 11:08 WIB
Ratusan Drone Kirim Vaksin di Ghana
Ratusan Drone Kirim Vaksin di Ghana
A A A
LONDON - Ratusan drone akan mulai mengirimkan vaksin, darah, dan obat-obatan untuk para pasien di Ghana pekan ini.

Program ini merupakan yang terbesar untuk jenis ini menurut aliansi vaksin global GAVI. “Para petugas medis dapat memesan melalui pesan teks saat suplai menipis,” ungkap Chief Executive Officer (CEO) GAVI Seth Berkley.

Drone-drone itu akan terbang dari empat pusat distribusi menuju sejumlah pos kesehatan dan menjatuhkan paket menggunakan parasut kecil. “Idenya ialah empat pusat distribusi ini dapat memenuhi 600 penerbangan sesuai permintaan per hari,” papar Berkley.

“Dan itu dapat diperluas hingga 2.000 pengiriman per hari,” ungkap dia.

Tujuannya, pengiriman itu dapat tiba dalam 30 menit. Itu artinya, berbagai perawatan darurat seperti obat anti-bisa ular atau rabies dapat tiba segera untuk menyelamatkan nyawa.

Proyek yang dipimpin oleh Zipline itu didesain untuk mengirimkan sekitar 2.000 fasilitas kesehatan untuk melayani 12 juta orang di penjuru negara itu. Program ini didukung oleh lembaga non-profit GAVI dan Bill & Melinda Gates Foundation serta beberapa perusahaan termasuk perusahaan pengiriman paket UPS dan raksasa farmasi Pfizer.

Sebanyak 12 vaksin dapat diperoleh, termasuk untuk demam kuning, polio, campak, meningitis, dan tetanus, serta 148 produk darah dan obat penting lainnya. “Drone-drone itu terbang secara otonom dan dapat membawa paket hingga seberat 1,8 kilogram,” ungkap pernyataan GAVI.

Zipline menjelaskan, program serupa dengan skala lebih kecil telah dilakukan untuk lebih dari 13.000 pengiriman produk darah sejak proyek itu diluncurkan di Rwanda pada 2016. Sebanyak sepertiga dari pengiriman itu untuk perawatan darurat penyelamatan nyawa.

Berbagai program vaksinasi dan imunisasi dilakukan di berbagai negara di Afrika. Vaksin malaria pertama di dunia untuk anak-anak mulai diberikan di Malawi pekan ini. Vaksin RTS,S itu melatih sistem imun untuk menyerang parasit malaria yang menyebar melalui gigitan nyamuk.

Uji coba menunjukkan bahwa hampir 40% anak usia 5 hingga 17 bulan yang mendapat vaksin itu dapat terlindungi. Kasus malaria tampaknya meningkat lagi setelah satu dekade kesuksesan memerangi penyakit mematikan itu. “Ini momen penting untuk imunisasi, kontrol malaria, dan kesehatan publik,” kata Dr Kate O’Brien, Direktur Imunisasi dan Vaksin di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kepada BBC.

Menurut data tahunan terbaru, kasus malaria global tidak lagi turun sehingga memicu kekhawatiran tentang peningkatannya. Malawi menjadi tiga negara yang pertama dipilih untuk uji coba vaksin tersebut. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3564 seconds (0.1#10.140)