Kosovo Pulangkan Keluarga Anggota ISIS dari Suriah
A
A
A
PRISTINA - Lusinan perempuan dan anak-anak, saudara dari anggota ISIS asal Kosovo yang bertempur di Suriah, diterbangkan pulang dengan pesawat pada hari Sabtu (20/4/2019) di bawah penjagaan keamanan yang ketat.
"Operasi yang direncanakan untuk kembalinya beberapa warga negara kami dari Suriah telah berakhir dengan sukses," kata Menteri Kehakiman Abelrad Tahiri di bandara pada Sabtu pagi.
"Rincian akan dirilis nanti," katanya seperti disitir dari Reuters.
Setelah berjam-jam di bandara, dua bus dengan wanita dan anak-anak diangkut di bawah pengawalan polisi ke barak tentara di luar Pristina.
Lebih dari 300 warga Kosovo, pria, wanita dan anak-anak, telah melakukan perjalanan ke Suriah sejak 2012. Sekitar 70 pria yang bertempur bersama kelompok-kelompok militan ekstremis tewas.
Polisi mengatakan sekitar 150 wanita dan anak-anak, termasuk sekitar 60 anak yang lahir di zona perang, ditangkap ketika Negara Islam atau ISIS kehilangan kekuasaannya.
Masih belum jelas apakah mereka semua dikembalikan pada hari Jumat kemarin. Baik menteri maupun polisi tidak memberikan perincian jika ada pejuang ISIS yang kembali.
Agen keamanan internasional dan lokal sebelumnya telah memperingatkan risiko yang ditimbulkan oleh pejuang yang kembali. Pada 2015, Kosovo mengadopsi undang-undang yang membuat warga yang ikut pertempuran dalam konflik luar negeri dapat dijatuhi hukuman hingga 15 tahun penjara.
Populasi Kosovo secara nominal 90 persen Muslim, tetapi sebagian besar mempunyai pandangan sekuler.
Tidak ada serangan Islam di wilayahnya, meskipun lebih dari 100 orang telah dipenjara atau didakwa dengan tuduhan pertempuran di Suriah dan Irak. Beberapa dari mereka dinyatakan bersalah karena merencanakan serangan di Kosovo.
Pemerintah Kosovo mengatakan suatu bentuk Islam radikal telah diimpor ke negara itu oleh organisasi non-pemerintah dari Timur Tengah setelah berakhirnya perang pemisahan diri tahun 1998-99 dari Serbia.
"Operasi yang direncanakan untuk kembalinya beberapa warga negara kami dari Suriah telah berakhir dengan sukses," kata Menteri Kehakiman Abelrad Tahiri di bandara pada Sabtu pagi.
"Rincian akan dirilis nanti," katanya seperti disitir dari Reuters.
Setelah berjam-jam di bandara, dua bus dengan wanita dan anak-anak diangkut di bawah pengawalan polisi ke barak tentara di luar Pristina.
Lebih dari 300 warga Kosovo, pria, wanita dan anak-anak, telah melakukan perjalanan ke Suriah sejak 2012. Sekitar 70 pria yang bertempur bersama kelompok-kelompok militan ekstremis tewas.
Polisi mengatakan sekitar 150 wanita dan anak-anak, termasuk sekitar 60 anak yang lahir di zona perang, ditangkap ketika Negara Islam atau ISIS kehilangan kekuasaannya.
Masih belum jelas apakah mereka semua dikembalikan pada hari Jumat kemarin. Baik menteri maupun polisi tidak memberikan perincian jika ada pejuang ISIS yang kembali.
Agen keamanan internasional dan lokal sebelumnya telah memperingatkan risiko yang ditimbulkan oleh pejuang yang kembali. Pada 2015, Kosovo mengadopsi undang-undang yang membuat warga yang ikut pertempuran dalam konflik luar negeri dapat dijatuhi hukuman hingga 15 tahun penjara.
Populasi Kosovo secara nominal 90 persen Muslim, tetapi sebagian besar mempunyai pandangan sekuler.
Tidak ada serangan Islam di wilayahnya, meskipun lebih dari 100 orang telah dipenjara atau didakwa dengan tuduhan pertempuran di Suriah dan Irak. Beberapa dari mereka dinyatakan bersalah karena merencanakan serangan di Kosovo.
Pemerintah Kosovo mengatakan suatu bentuk Islam radikal telah diimpor ke negara itu oleh organisasi non-pemerintah dari Timur Tengah setelah berakhirnya perang pemisahan diri tahun 1998-99 dari Serbia.
(ian)