Khamenei Minta Baghdad Desak AS Tarik Pasukan dari Irak
A
A
A
TEHERAN - Pemimpin tertinggi spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei meminta Irak untuk menuntut Amerika Serikat (AS) untuk segera menarik pasukan mereka secepat mungkin. Hal itu disampaikan Khamenei saat bertemu dengan Perdana Menteri Irak, Adel Abdel Mahdi di Teheran.
Dalam pertemuan itu, Khamenei mengatakan, Irak harus terus menerus mendesak AS untuk menarik pasukan mereka. Karena, lanjut Khamenei, bila melihat ke belakang, sangat sulit untuk memaksa AS menarik mundur pasukan mereka dari sebuah negara.
"Anda harus mengambil tindakan untuk memastikan AS menarik pasukan mereka dari Irak sesegera mungkin, karena di mana pun mereka memiliki keberadaan yang abadi, memaksa mereka keluar telah menjadi masalah," kata Khamenei kepada Abdel Mahdi.
“Pemerintah, parlemen dan tokoh-tokoh politik saat ini di Irak bukanlah yang diinginkan AS. Washington berencana untuk menyingkirkan mereka dari panggung politik Irak,” sambungnya, seperti dilansir Arab News pada Senin (8/4).
Iran sendiri sejatinya memiliki hubungan dekat tapi rumit dengan Irak, dengan pengaruh signifikan di antara kelompok-kelompok politik Syiahnya. Kedua negara terlibat perang berdarah dari tahun 1980 hingga 1988.
Namun, pengaruh Teheran di Baghdad tumbuh setelah invasi AS pada tahun 2003 yang menggulingkan pemerintah Saddam Hussein. Iran juga merupakan negara pertama yang menanggapi seruan Irak untuk mengirimkan bantuan setelah ISIS merebut Mosul pada 2014.
Dalam pertemuan itu, Khamenei mengatakan, Irak harus terus menerus mendesak AS untuk menarik pasukan mereka. Karena, lanjut Khamenei, bila melihat ke belakang, sangat sulit untuk memaksa AS menarik mundur pasukan mereka dari sebuah negara.
"Anda harus mengambil tindakan untuk memastikan AS menarik pasukan mereka dari Irak sesegera mungkin, karena di mana pun mereka memiliki keberadaan yang abadi, memaksa mereka keluar telah menjadi masalah," kata Khamenei kepada Abdel Mahdi.
“Pemerintah, parlemen dan tokoh-tokoh politik saat ini di Irak bukanlah yang diinginkan AS. Washington berencana untuk menyingkirkan mereka dari panggung politik Irak,” sambungnya, seperti dilansir Arab News pada Senin (8/4).
Iran sendiri sejatinya memiliki hubungan dekat tapi rumit dengan Irak, dengan pengaruh signifikan di antara kelompok-kelompok politik Syiahnya. Kedua negara terlibat perang berdarah dari tahun 1980 hingga 1988.
Namun, pengaruh Teheran di Baghdad tumbuh setelah invasi AS pada tahun 2003 yang menggulingkan pemerintah Saddam Hussein. Iran juga merupakan negara pertama yang menanggapi seruan Irak untuk mengirimkan bantuan setelah ISIS merebut Mosul pada 2014.
(esn)