Maduro Perintahkan Militer untuk Siaga Tingkat Tinggi
A
A
A
CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan militer negara itu berada dalam posisi siaga tingkat tinggi untuk mendahului potensi taktik perang "tidak konvensional" Amerika Serikat (AS). Taktik perang tidak konvensional AS itu menyasar layanan publik dengan tujuan menggulingkan pemerintahan Maduro.
"Venezuela menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini adalah tempat uji coba untuk cybernetic baru, senjata perang elektromagnetik dan strategi perang baru, bukan invasi langsung atau pemboman oleh rudal, tetapi pemboman layanan publik yang vital," kata Maduro seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (4/4/2019).
Dalam kesempatan itu, Maduor mengakui bahwa dengan pemadaman bergilir, situasi di negara ini tetap “serius.”
"Tujuan dari taktik ini adalah untuk mengacaukan situasi di Venezuela hanya cukup untuk memprovokasi bentrokan internal," ujar presiden.
Maduro lantas menuduh oposisi terlibat dalam "rencana kriminal" untuk mengambil keuntungan dari skenario kekacauan seperti itu untuk membunuhnya dan pendukung setianya. Maduro juga mengatakan ada rencana oleh para pembangkang untuk menyerang unit militer.
Untuk menghadapi bahaya ini, Maduro mengatakan, dia telah menempatkan badan intelijen dan kontra intelijen dalam kondisi siaga tertinggi. Demikian pula, presiden meminta mobilisasi 51.000 unit pertahanan populer, yang terdiri dari 2,1 juta sukarelawan, untuk membantu militer menangani potensi ancaman.
Venezuela saat ini sedang mengalami krisis politik, yang dimulai pada Januari ketika pemimpin oposisi Venezuela yang didukung AS Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara. Ia menolak kemenangan Maduro dalam pemilu pada Mei 2018.
AS dan lusinan negara lain mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela dan meminta Maduro untuk mundur.
Maduro, yang dilantik untuk masa jabatan presiden keduanya pada 10 Januari, menyebut langkah Guaido sebagai upaya untuk melancarkan kudeta yang dirancang oleh Washington.
"Venezuela menunjukkan kepada dunia bahwa negara ini adalah tempat uji coba untuk cybernetic baru, senjata perang elektromagnetik dan strategi perang baru, bukan invasi langsung atau pemboman oleh rudal, tetapi pemboman layanan publik yang vital," kata Maduro seperti dikutip dari Russia Today, Kamis (4/4/2019).
Dalam kesempatan itu, Maduor mengakui bahwa dengan pemadaman bergilir, situasi di negara ini tetap “serius.”
"Tujuan dari taktik ini adalah untuk mengacaukan situasi di Venezuela hanya cukup untuk memprovokasi bentrokan internal," ujar presiden.
Maduro lantas menuduh oposisi terlibat dalam "rencana kriminal" untuk mengambil keuntungan dari skenario kekacauan seperti itu untuk membunuhnya dan pendukung setianya. Maduro juga mengatakan ada rencana oleh para pembangkang untuk menyerang unit militer.
Untuk menghadapi bahaya ini, Maduro mengatakan, dia telah menempatkan badan intelijen dan kontra intelijen dalam kondisi siaga tertinggi. Demikian pula, presiden meminta mobilisasi 51.000 unit pertahanan populer, yang terdiri dari 2,1 juta sukarelawan, untuk membantu militer menangani potensi ancaman.
Venezuela saat ini sedang mengalami krisis politik, yang dimulai pada Januari ketika pemimpin oposisi Venezuela yang didukung AS Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara. Ia menolak kemenangan Maduro dalam pemilu pada Mei 2018.
AS dan lusinan negara lain mengakui Guaido sebagai presiden sementara Venezuela dan meminta Maduro untuk mundur.
Maduro, yang dilantik untuk masa jabatan presiden keduanya pada 10 Januari, menyebut langkah Guaido sebagai upaya untuk melancarkan kudeta yang dirancang oleh Washington.
(ian)