Warga Suriah Protes Trump Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel

Rabu, 27 Maret 2019 - 03:07 WIB
Warga Suriah Protes Trump Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel
Warga Suriah Protes Trump Akui Dataran Tinggi Golan Milik Israel
A A A
QUNEITRA - Puluhan warga Suriah pada hari Selasa waktu setempat berkumpul di kota al-Baath, Quneitra selatan, untuk memprotes pengakuan Amerika Serikat (AS) atas Dataran Tinggi Golan Suriah sebagai bagian dari Israel.

Mengibarkan bendera Suriah, para warga meneriakkan slogan-slogan yang menekankan bahwa Dataran Tinggi Golan adalah bagian dari wilayah Suriah dan membawa spanduk bertuliskan "Kita semua untuk Golan" dan "Golan adalah daerah Suriah."

Kemarahan itu datang terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Dataran Tinggi Golan sebagai wilayah Israel.

Israel merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah selama perang tahun 1967 dan mencaplok wilayah itu pada 1981, tindakan yang tidak pernah diakui oleh dunia internasional.

Seorang demonstran, Bilal Sulaiman (40), mengatakan bahwa Trump tidak memiliki hak untuk memberikan tanah Suriah kepada Israel.

"Golan adalah wilayah Suriah, tidak hanya di atas kertas tetapi dengan orang-orangnya, tanahnya, bebatuan dan air. Ini adalah tanah Suriah dan ini adalah identitasnya," katanya sembari memegang bendera Suriah seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (27/3/2019).

Mengenakan pakaian tradisional rakyat Golan dan Quneitra, Jawdat al-Tawil (60), mengatakan orang-orang Suriah sepenuhnya menolak pengumuman Trump.

"Kami, orang-orang Golan, adalah warga Suriah dan kami menolak keputusan Trump dan kami bahkan tidak mengakui keputusan seperti itu karena Golan adalah daerah Suriah dan semua yang ada di dalamnya adalah Suriah," ujar al-Tawil.

Sementara itu, kepala Dewan Quneitra Shehadeh al-Muri mengatakan Dataran Tinggi Golan milik rakyat Suriah.

"Tanah ini memiliki pemilik dan tidak terkait dengan cara apa pun dengan entitas Zionis (Israel). Itu dibentengi oleh rakyatnya dan suatu hari nanti pasti akan dibebaskan," ucapnya.

Quneitra berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan dan ada persimpangan antara Quneitra dan Dataran Tinggi Golan yang dijalankan oleh Pasukan Pengamat PBB, UNDOF.

Persimpangan itu telah ditutup selama bertahun-tahun selama krisis Suriah tetapi dibuka kembali pada Oktober tahun lalu.

Penyeberangan Quneitra adalah satu-satunya penyeberangan bagi warga Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel untuk memasuki Suriah, tetapi orang-orang di pihak Suriah tidak diizinkan memasuki Dataran Tinggi Golan.

Siswa-siswa Suriah dari Dataran Tinggi Golan menggunakan persimpangan sebelum krisis Suriah untuk belajar di Suriah.

Juga, ada pernikahan antara warga Suriah di Golan dan Quneitra di masa lalu.

Pasukan UNDOF pertama kali dikerahkan antara Suriah dan Dataran Tinggi Golan pada tahun 1974 untuk memisahkan pasukan Suriah dan Israel setelah negara Zionis itu menduduki Dataran Tinggi Golan selama perang 1967.

Sehari sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk pengakuan Trump atas Dataran Tinggi Golan Suriah sebagai wilayah Israel.

Kementerian itu mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa langkah Trump adalah pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Suriah, menambahkan bahwa pemerintah Suriah sepenuhnya menolak keputusan itu dan Dataran Tinggi Golan akan selalu tetap sebagai wilayah Suriah.

"Trump tidak memiliki hak hukum untuk melegitimasi pendudukan tanah orang lain dengan paksa," kata kementerian itu.

Mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan telah menjadi tuntutan baru-baru ini oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang terjadi beberapa bulan setelah pemerintahan Trump memindahkan kedutaan AS di Israel dari Tel Aviv ke kota Yerusalem yang diperebutkan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3771 seconds (0.1#10.140)