Terancam China, Jepang Ingin Kembangkan Rudal Anti-Kapal Jarak Jauh
A
A
A
TOKYO - Kementerian Pertahanan Jepang berencana untuk mengembangkan rudal anti-kapal jarak jauh buatan dalam negeri. Rencana itu muncul setelah kapal-kapal perang China yang dilengkapi rudal anti-udara dianggap sebagai ancaman.
Dengan meningkatkan rudal jelajah yang telah dikembangkannya, kementerian itu bertujuan untuk mengembangkan rudal yang mampu menyerang target dari luar jangkauan rudal anti-udara yang dipegang musuh.
Sumber pemerintah yang dikutip Japan Times, Minggu (24/3/2019), kementerian itu berharap untuk memasukkan belanja proyek terkait dalam pengajuan anggaran negara untuk tahun fiskal 2020.
Beberapa kritikus menganggap pengembangan "rudal kebuntuan" itu bermasalah dalam hal kebijakan yang berorientasi pada pertahanan eksklusif Jepang. Alasannya, hal itu dapat menyebabkan akuisisi kemampuan negara untuk menyerang pangkalan musuh.
"Kita harus memiliki peralatan jarak jauh untuk merespons keadaan sambil memastikan keamanan anggota Pasukan Bela Diri," kata Menteri Pertahanan Takeshi Iwaya dalam menanggapi kritik yang bermunculan.
Pemerintah memasukkan kebijakan untuk memperkenalkan senjata jarak jauh dalam program pertahanan jangka menengah baru, yang diadopsi pada pertemuan kabinet akhir tahun lalu.
Rudal baru akan menjadi model yang di-upgrade dari rudal jelajah udara ASM-3 supersonik, yang pengembangannya selesai pada tahun fiskal 2017.
ASM-3, yang terbang dengan kecepatan sekitar Mach 3, direncanakan akan dipasang pada jet tempur F-2 Angkatan Udara Pasukan Bela Diri. Namun, misil itu belum dikerahkan karena jangkauannya yang sekitar 200 kilometer dianggap terlalu pendek.
Kementerian itu bertujuan untuk memperluas jangkauan rudal baru menjadi 400 kilometer atau lebih.
Dengan meningkatkan rudal jelajah yang telah dikembangkannya, kementerian itu bertujuan untuk mengembangkan rudal yang mampu menyerang target dari luar jangkauan rudal anti-udara yang dipegang musuh.
Sumber pemerintah yang dikutip Japan Times, Minggu (24/3/2019), kementerian itu berharap untuk memasukkan belanja proyek terkait dalam pengajuan anggaran negara untuk tahun fiskal 2020.
Beberapa kritikus menganggap pengembangan "rudal kebuntuan" itu bermasalah dalam hal kebijakan yang berorientasi pada pertahanan eksklusif Jepang. Alasannya, hal itu dapat menyebabkan akuisisi kemampuan negara untuk menyerang pangkalan musuh.
"Kita harus memiliki peralatan jarak jauh untuk merespons keadaan sambil memastikan keamanan anggota Pasukan Bela Diri," kata Menteri Pertahanan Takeshi Iwaya dalam menanggapi kritik yang bermunculan.
Pemerintah memasukkan kebijakan untuk memperkenalkan senjata jarak jauh dalam program pertahanan jangka menengah baru, yang diadopsi pada pertemuan kabinet akhir tahun lalu.
Rudal baru akan menjadi model yang di-upgrade dari rudal jelajah udara ASM-3 supersonik, yang pengembangannya selesai pada tahun fiskal 2017.
ASM-3, yang terbang dengan kecepatan sekitar Mach 3, direncanakan akan dipasang pada jet tempur F-2 Angkatan Udara Pasukan Bela Diri. Namun, misil itu belum dikerahkan karena jangkauannya yang sekitar 200 kilometer dianggap terlalu pendek.
Kementerian itu bertujuan untuk memperluas jangkauan rudal baru menjadi 400 kilometer atau lebih.
(mas)