Jika Berjilbab Memberi Rasa Aman Muslim, Saya Senang Melakukannya

Minggu, 24 Maret 2019 - 06:08 WIB
Jika Berjilbab Memberi...
Jika Berjilbab Memberi Rasa Aman Muslim, Saya Senang Melakukannya
A A A
WELLINGTON - Perdana Menteri (PM) Selandia Baru mengaku senang untuk mengenakan jilbab jika hal itu memberi rasa aman bagi warga Muslim-nya dalam menjalankan kepercayaan mereka. Dia berbagi perasaan setelah serangan teroris yang mengguncang dua masjid di negaranya telah sepekan belalu.
PM Ardern melayani wawancara program The Project Australia yang dipandu Waleed Aly dengan jadwal siar, Senin (25/3/2019) besok. Dia mengungkapkan reaksi yang berbeda ketika serangan teroris mengguncang Chrischurth karena dia saat ini sudah berstatus sebagai orang tua.

Dalam preview acara yang dikutip news.com.au, Ardern menyapa Aly dengan pelukan hangat, setelah meminta izin.

"Apakah Anda keberatan jika saya memeluk Anda?," tanya Ardern. Aly menjawab; "Tidak, tidak sama sekali."

Aly pun menyambut pelukan sang perdana menteri perempuan itu. "Saya tahu itu mungkin terdengar aneh," ujar Ardern.

Ketika ditanya apakah bayinya, Neve, telah mengubah bagaimana dia merasa bereaksi terhadap penembakan di Christchurch, Ardern dengan tegas menjawab;" Hampir pasti."

"Saya pikir terkadang sulit untuk menganalisa cara Anda diubah menjadi orang tua, tetapi Anda merasakannya, saya pikir dalam tanggapan dan empati Anda," lanjut dia.

Perdana menteri itu juga mengungkapkan bahwa dia berpikir untuk mengenakan jilbab hitam setelah serangan sebagai hal yang tepat.

"Jadi, jika dalam mengenakan jilbab seperti yang saya lakukan memberi mereka (Muslim) rasa aman untuk terus mempraktikkan kepercayaan mereka, maka saya sangat senang saya melakukannya," katanya.

Serangan teroris terjadi di Masjid Al-Noor dan Masjid Linwood saat salat Jumat berlangsung sepekan lalu. Pelakunya adalah Brenton Harrison Tarrant, 28, warga Australia yang pro-supremasi kulit putih. Sebanyak 50 orang meninggal setelah ditembaki Tarrant. Teroris itu kini telah ditahan.

PM Ardern memilih menyebut pelaku serangan dengan sebutan teroris dan tidak sudi menyebutkan namanya. Alasannya, dengan menyebut nama maka akan membantu teroris itu mewujudkan tujuannya, yakni ingin tenar.

Pemimpin Selandia Baru itu juga membuat gebrakan dengan mereformasi undang-undang senjata, di mana pemerintah resmi melarang penggunaan senjata semi-otomatis bergaya militer dan senapan serbu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1100 seconds (0.1#10.140)