Sehari Sebelum Jatuh, Lion Air Boeing 737 Max 8 Diselamatkan Pilot
A
A
A
JAKARTA - Sehari sebelum pesawat Lion Air Boeing 737 Max 8 jatuh ke perairan Karawang 29 Oktober 2018, pesawat itu menukik berbahaya. Namun, ada pilot yang sedang tidak bertugas berhasil menyelamatkan pesawat itu dari tragedi.
Insiden saat itu kemungkinan karena kerusakan peralatan. Pilot cadangan itu sedang dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta dan duduk di kursi kokpit ketika awak Lion Air JT610 berjuang untuk mengendalikan pesawat.
Aksi penyelamatan itu dilaporkan Bloomberg mengutip dua sumber yang mengetahui hasil investigasi otoritas Indonesia.
Menurut laporan kantor berita Reuters sebelumnya, selama penerbangan, pesawat itu menampilkan variasi ketinggian dan kecepatan udara yang tidak biasa dalam beberapa menit pertama. Beberapa variasi itu termasuk penurunan 875 kaki lebih dari 27 detik ketika pesawat biasanya naik, sebelum stabil dan terbang ke Jakarta.
Ketika pesawat itu tiba-tiba menukik berbahaya, pilot cadangan menemukan apa yang salah dan memberi tahu para kru bagaimana menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang tidak berfungsi untuk menyelamatkan pesawat.
Para kru diminta untuk memotong daya ke motor penyebab hidung pesawat menukik berbahaya. Menurut laporan Bloomberg, hal itu merupakan bagian dari daftar pemeriksaan yang harus dihafalkan semua pilot.
Sehari setelah itu, pesawat yang sama dengan awak yang berbeda kembali menukik hingga menghantam perairan Karawang, Laut Jawa, setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkal Pinang. Sebanyak 189 orang di dalamnya meninggal.
Para pejabat yang menyelidiki kecelakaan Lion Air sebelumnya mengatakan bahwa mereka sedang melihat ke dalam sistem anti-stall pesawat, yang bergerak dan berulang kali menekan hidung pesawat sebelum menabrak laut.
Laporan komite keselamatan Indonesia juga mengatakan pesawat mengalami beberapa kegagalan pada penerbangan sebelumnya dan belum diperbaiki dengan benar.
“Semua data dan informasi yang kami miliki di penerbangan dan pesawat telah diserahkan ke KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini karena investigasi kecelakaan yang sedang berlangsung," kata juru bicara Lion Air Danang Prihantoro kepada Bloomberg, yang dikutip Kamis (21/3/2019).
Informasi baru terkait tragedi Lion Air itu muncul ketika para penyelidik sedang mencoba mengumpulkan apa yang menyebabkan penerbangan Ethiopian Airlines 302 jatuh awal bulan ini hanya beberapa menit setelah lepas landas. Tragedi itu menewaskan semua 157 orang.
Biro investigasi penerbangan sipil Prancis, BEA, pada Senin lalu mengatakan bahwa data kotak hitam dari penerbangan Ethiopian Airlines menunjukkan kesamaan yang jelas dengan kecelakaan Lion Air. Pihak berwenang Ethiopia meminta bantuan BEA dalam mengekstraksi dan menafsirkan kotak hitam pesawat yang jatuh itu karena Ethiopia tidak memiliki keahlian dan teknologi yang memadai.
Insiden saat itu kemungkinan karena kerusakan peralatan. Pilot cadangan itu sedang dalam penerbangan dari Bali ke Jakarta dan duduk di kursi kokpit ketika awak Lion Air JT610 berjuang untuk mengendalikan pesawat.
Aksi penyelamatan itu dilaporkan Bloomberg mengutip dua sumber yang mengetahui hasil investigasi otoritas Indonesia.
Menurut laporan kantor berita Reuters sebelumnya, selama penerbangan, pesawat itu menampilkan variasi ketinggian dan kecepatan udara yang tidak biasa dalam beberapa menit pertama. Beberapa variasi itu termasuk penurunan 875 kaki lebih dari 27 detik ketika pesawat biasanya naik, sebelum stabil dan terbang ke Jakarta.
Ketika pesawat itu tiba-tiba menukik berbahaya, pilot cadangan menemukan apa yang salah dan memberi tahu para kru bagaimana menonaktifkan sistem kontrol penerbangan yang tidak berfungsi untuk menyelamatkan pesawat.
Para kru diminta untuk memotong daya ke motor penyebab hidung pesawat menukik berbahaya. Menurut laporan Bloomberg, hal itu merupakan bagian dari daftar pemeriksaan yang harus dihafalkan semua pilot.
Sehari setelah itu, pesawat yang sama dengan awak yang berbeda kembali menukik hingga menghantam perairan Karawang, Laut Jawa, setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkal Pinang. Sebanyak 189 orang di dalamnya meninggal.
Para pejabat yang menyelidiki kecelakaan Lion Air sebelumnya mengatakan bahwa mereka sedang melihat ke dalam sistem anti-stall pesawat, yang bergerak dan berulang kali menekan hidung pesawat sebelum menabrak laut.
Laporan komite keselamatan Indonesia juga mengatakan pesawat mengalami beberapa kegagalan pada penerbangan sebelumnya dan belum diperbaiki dengan benar.
“Semua data dan informasi yang kami miliki di penerbangan dan pesawat telah diserahkan ke KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Kami tidak dapat memberikan komentar tambahan pada tahap ini karena investigasi kecelakaan yang sedang berlangsung," kata juru bicara Lion Air Danang Prihantoro kepada Bloomberg, yang dikutip Kamis (21/3/2019).
Informasi baru terkait tragedi Lion Air itu muncul ketika para penyelidik sedang mencoba mengumpulkan apa yang menyebabkan penerbangan Ethiopian Airlines 302 jatuh awal bulan ini hanya beberapa menit setelah lepas landas. Tragedi itu menewaskan semua 157 orang.
Biro investigasi penerbangan sipil Prancis, BEA, pada Senin lalu mengatakan bahwa data kotak hitam dari penerbangan Ethiopian Airlines menunjukkan kesamaan yang jelas dengan kecelakaan Lion Air. Pihak berwenang Ethiopia meminta bantuan BEA dalam mengekstraksi dan menafsirkan kotak hitam pesawat yang jatuh itu karena Ethiopia tidak memiliki keahlian dan teknologi yang memadai.
(mas)