Senjata Teroris di Selandia Baru Mirip Senapan Serbu AR-15

Sabtu, 16 Maret 2019 - 17:05 WIB
Senjata Teroris di Selandia Baru Mirip Senapan Serbu AR-15
Senjata Teroris di Selandia Baru Mirip Senapan Serbu AR-15
A A A
WELLINGTON - Ahli kontra-terorisme dari Deakin University, Profesor Greg Barton, mengatakan tersangka serangan teroris di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, menggunakan beberapa senjata. Salah satunya mirip senapan serbu AR-15 buatan Amerika Serikat (AS).

Penembakan berdarah dingin yang menewaskan 49 orang itu dilakukan Brenton Harrison Tarrant, 28, pria Australia.

Barton mengatakan senapan serbu AR-15 adalah senjata yang digunakan dalam sejumlah pembantaian di AS, termasuk penembakan massal di Las Vegas yang menewaskan 58 orang pada tahun 2017.

"Penyerang itu menggunakan beberapa senjata, satu shotgun, satunya (menyerupai) AR-15. (AR-15), itulah yang disebut sebagai senjata sipil yang setara dengan M-16. Itu adalah senapan serbu," katanya.

"Apa yang kami lihat mengganggu. Penembakan yang mematikan, itulah sebabnya kami sekarang memiliki 49 orang tewas, mungkin bahkan lebih banyak lagi yang akan datang," ujarnya, dikutip ABC.net.au, Sabtu (16/3/2019).

"Itu menunjukkan perbedaan yang bisa dibuat oleh satu senjata. Kami belum melihat senjata dalam penyerangan ini digunakan di Australia dan Selandia Baru. Saya rasa sekarang kita harus menghadapi kenyataan bahwa (senjata) itu bebas (beredar)," lanjut dia.

Menurut laporan media tersebut, jumlah senjata yang beredar di kalangan sipil Selandia Baru hampir dua kali lipat dibandingkan dengan di Australia. Laporan yang mengutip The Small Arms Survey memperkirakan Selandia Baru memiliki 1,2 juta senjata untuk 4,6 juta populasi pada tahun lalu. Namun, beberapa laporan media memperkirakan angkanya mencapai 1,5 juta.

Sebagai perbandingan, untuk setiap 100 orang di Amerika Serikat ada 120 senjata. Menurut The Small Arms Survey, Selandia Baru berada di peringkat ke-18 di dunia untuk tingkat kepemilikan senjata sipil, lebih tinggi dari Kosovo, Pakistan dan Irak.

Pemerintah Selandia Baru akan melarang senjata semi-otomatis setelah serangan teroris di dua masjid di Christchurch. Rencana itu sudah diumumkan Perdana Menteri Jacinda Ardern.

PM Ardern sebelumnya menyatakan penembakan di dua masjid tersebut sebagai serangan teroris. Tarrant sendiri tidak masuk daftar pengawasan pemerintah di Selandia Baru atau pun Australia.

"Ada lima senjata yang digunakan oleh tersangka utama," kata Ardern pada konferensi pers di Wellington, dikutip CNN. "Ada dua senjata semi-otomatis dan dua senapan. Pelaku memiliki lisensi senjata. Saya menduga ini diperoleh pada November 2017. Senjata api pengungkit juga ditemukan."

Menurutnya, Tarrant mulai membeli senjata secara legal pada Desember 2017. "Ketika pekerjaan sedang dilakukan untuk rantai peristiwa yang mengarah pada pemegang lisensi senjata ini dan kepemilikan senjata-senjata ini, saya dapat memberitahu Anda satu hal sekarang. Undang-undang senjata kita akan berubah," papar PM Ardern, mengacu pada rencana larangan senjata semi-otomatis.

Menurut Ardern, Tarrant mendapat lisensi senjata api "kategori A" pada tahun 2017, dan mulai menimbun senjata secara legal pada saat itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6109 seconds (0.1#10.140)