Putin Teken Penangguhan Rusia terhadap Perjanjian Senjata Nuklir
A
A
A
MOSKOW - Presiden Vladimir Putin telah menandatangani dekrit yang menangguhkan keikutsertaan Rusia dalam perjanjian kunci kendali senjata nuklir era Perang Dingin yang dikenal sebagai Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) 1987. Tindakan pemimpin Kremlin ini sebagai respons atas langkah serupa yang dilakukan Amerika Serikat (AS).
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin yang dikutip Reuters, Selasa (5/3/2019), Kremlin mengatakan penangguhan itu akan berlangsung sampai AS mengakhiri pelanggaran Perjanjian INF atau sampai perjanjian itu berakhir.
Pada bulan Februari, Washington memberikan pemberitahuan tentang niatnya untuk menarik diri dari perjanjian INF 1987, sebuah perjanjian yang dibuat untuk mencegah perang nuklir antara AS dan Uni Soviet.
Washington di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump mengultimatum Rusia untuk kembali mematuhi Perjanjian INF dalam waktu enam bulan.
Washington menuduh Moskow mengembangkan dan mengerahkan rudal jelajah yang melanggar ketentuan Perjanjiaan INF 1987. Perjanjian itu melarang produksi, pengujian dan penyebaran rudal balistik berbasis darat yang memiliki jangkauan antara 500 km hingga 5.500 km.
Para pejabat AS juga menyatakan keprihatinan bahwa China, yang bukan merupakan pihak dalam pakta INF, memperoleh keuntungan militer yang signifikan di Asia dengan mengerahkan sejumlah besar rudal dengan jangkauan di luar batas perjanjian itu.
Rusia membantah tuduhan AS bahwa Moskow melanggar Perjanjian INF. Sebaliknya, Moskow menuduh bahwa Washington-lah yang melanggar pakta tersebut dengan mengerahkan fasilitas pertahanan rudal di Eropa Timur yang dapat menembakkan rudal jelajah, bukan sistem pencegat rudal. Washington menolak klaim Moskow itu.
Runtuhnya perjanjian itu memicu kekhawatiran akan terulangnya krisis rudal Eropa era Perang Dingin selama 1980-an. Kala itu, AS dan Uni Soviet sama-sama mengerahkan rudal jarak menengah di benua Eropa.
Putin sebelumnya mengatakan bahwa Rusia akan berusaha mengembangkan rudal jarak menengah, tetapi tidak akan menempatkannya di bagian Eropa di negaranya atau pun di tempat lain kecuali AS melakukannya.
NATO telah mendukung keputusan AS untuk menarik diri dari pakta tersebut, tetapi banyak pemimpin Eropa telah menyuarakan kekhawatiran atas konsekuensi dari kehancuran Perjanjian INF.
Sedangkan China mendesak Rusia dan AS untuk mempertahankan perjanjian tersebut.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin yang dikutip Reuters, Selasa (5/3/2019), Kremlin mengatakan penangguhan itu akan berlangsung sampai AS mengakhiri pelanggaran Perjanjian INF atau sampai perjanjian itu berakhir.
Pada bulan Februari, Washington memberikan pemberitahuan tentang niatnya untuk menarik diri dari perjanjian INF 1987, sebuah perjanjian yang dibuat untuk mencegah perang nuklir antara AS dan Uni Soviet.
Washington di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump mengultimatum Rusia untuk kembali mematuhi Perjanjian INF dalam waktu enam bulan.
Washington menuduh Moskow mengembangkan dan mengerahkan rudal jelajah yang melanggar ketentuan Perjanjiaan INF 1987. Perjanjian itu melarang produksi, pengujian dan penyebaran rudal balistik berbasis darat yang memiliki jangkauan antara 500 km hingga 5.500 km.
Para pejabat AS juga menyatakan keprihatinan bahwa China, yang bukan merupakan pihak dalam pakta INF, memperoleh keuntungan militer yang signifikan di Asia dengan mengerahkan sejumlah besar rudal dengan jangkauan di luar batas perjanjian itu.
Rusia membantah tuduhan AS bahwa Moskow melanggar Perjanjian INF. Sebaliknya, Moskow menuduh bahwa Washington-lah yang melanggar pakta tersebut dengan mengerahkan fasilitas pertahanan rudal di Eropa Timur yang dapat menembakkan rudal jelajah, bukan sistem pencegat rudal. Washington menolak klaim Moskow itu.
Runtuhnya perjanjian itu memicu kekhawatiran akan terulangnya krisis rudal Eropa era Perang Dingin selama 1980-an. Kala itu, AS dan Uni Soviet sama-sama mengerahkan rudal jarak menengah di benua Eropa.
Putin sebelumnya mengatakan bahwa Rusia akan berusaha mengembangkan rudal jarak menengah, tetapi tidak akan menempatkannya di bagian Eropa di negaranya atau pun di tempat lain kecuali AS melakukannya.
NATO telah mendukung keputusan AS untuk menarik diri dari pakta tersebut, tetapi banyak pemimpin Eropa telah menyuarakan kekhawatiran atas konsekuensi dari kehancuran Perjanjian INF.
Sedangkan China mendesak Rusia dan AS untuk mempertahankan perjanjian tersebut.
(mas)