Prancis Bersiap Kirim Kapal Induk Charles de Gaulle ke Samudra Hindia
A
A
A
PARIS - Prancis akan mengirim satu-satunya kapal induk miliknya, Charles de Gaulle, ke Samudra Hindia pada bulan depan. Rencana pengiriman kapal induk bertenaga nuklir itu diumumkan Kementerian Pertahanan Prancis.
Paris berharap langkah itu akan memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut, meskipun jalur perairan itu memang terdapat banyak pulau milik Prancis. Paris juga memiliki pangkalan di kawasan Samudra Hindia.
Mulai bulan depan, Charles de Gaulle yang baru dimodernisasi akan dikirim untuk misi lima bulan ke Pulau Reunion, di lepas pantai timur Madagaskar. Kapal raksasa itu disertai dengan kelompok tempurnya yang terdiri dari tiga kapal perusak, sebuah kapal selam dan sebuah kapal pasokan. Rincian kelompok tempur itu telah dikonfirmasi Nationale Marine pada hari umat pekan lalu.
Kapal Charles De Gaulle kembali beroperasi di laut pada November setelah 18 bulan menjalani modernisasi dengan biata USD1,4 miliar. Agen pertahanan pemerintah, Direction Générale de l'Armement, telah meningkatkan sistem tempur kapal induk tersebut. Fasilitas dan platform perawatan pesawat, radar dan sistem komunikasi dan navigasi juga telah ditingkatkan atau di-upgrade.
Kapal Charles de Gaulle dengan bobot 42.000 ton berpotensi dikerdilkan oleh kapal-kapal induk Amerika Serikat. Kapal induk Prancis itu masih menggunakan sistem ketapel uap untuk meluncurkan pesawat terbang dan satu-satunya kapal induk non-AS yang digerakkan oleh reaktor nuklir.
Kementerian Pertahanan setempat mengatakan Angkatan Laut Prancis berencana untuk berinteraksi dengan beberapa sekutu saat berada di laut, termasuk dengan kapal-kapal dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Angkatan Laut Denmark dan Angkatan Laut Portugal.
"Kapal-kapal Amerika dan Australia juga akan memperkuat kelompok kapal induk di seluruh misinya," kata kementerian itu, dikutip Sputnik, Kamis (28/2/2019). "Dimensi internasional ini dari (kelompok tempur Charles de Gaulle), dengan demikian membuktikan tingkat kerja sama dan kepercayaan yang tinggi antara Angkatan Laut Sekutu dan Angkatan Laut kami," lanjut kementerian tersebut.
"Mereka masih bercita-cita untuk menjadi pemain utama," kata Michael Shurkin, seorang analis di kelompok think tank RAND Coropration, kepada The National Interest. "Memiliki kapal induk nuklir benar-benar mendukung ambisi itu."
Masih menurut Kementerian Pertahanan Prancis, penyebaran kapal induk ke Samudra Hindia bertujuan untuk menegaskan kembali kehadiran Prancis di bidang-bidang maritim dan memperkuat penilaiannya terhadap situasi di kawasan Indo-Pasifik. "Campur tangan untuk mengatasi masalah keamanan regional yang sesuai, mengembangkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan militer lain, dan memperkuat kemitraan strategis," kata kementerian itu.
"Prancis selalu berdiri di garis depan dalam membela hak kebebasan navigasi yang tidak dapat dicabut di perairan internasional," imbuh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly. "Setiap kali ada pelanggaran prinsip dasar hukum internasional, seperti yang saat ini terjadi di Laut China selatan, kami akan menunjukkan kebebasan kami untuk bertindak dan berlayar di perairan seperti itu."
Charles de Gaulle diluncurkan pada 1994 dan namanya diambil dari nama Jenderal Prancis; Charles de Gaulle, yang memimpin Pasukan Prancis selama Perang Dunia II dan kemudian menjabat sebagai presiden negara itu setelah kudeta 1958.
Paris berharap langkah itu akan memperkuat pengaruhnya di wilayah tersebut, meskipun jalur perairan itu memang terdapat banyak pulau milik Prancis. Paris juga memiliki pangkalan di kawasan Samudra Hindia.
Mulai bulan depan, Charles de Gaulle yang baru dimodernisasi akan dikirim untuk misi lima bulan ke Pulau Reunion, di lepas pantai timur Madagaskar. Kapal raksasa itu disertai dengan kelompok tempurnya yang terdiri dari tiga kapal perusak, sebuah kapal selam dan sebuah kapal pasokan. Rincian kelompok tempur itu telah dikonfirmasi Nationale Marine pada hari umat pekan lalu.
Kapal Charles De Gaulle kembali beroperasi di laut pada November setelah 18 bulan menjalani modernisasi dengan biata USD1,4 miliar. Agen pertahanan pemerintah, Direction Générale de l'Armement, telah meningkatkan sistem tempur kapal induk tersebut. Fasilitas dan platform perawatan pesawat, radar dan sistem komunikasi dan navigasi juga telah ditingkatkan atau di-upgrade.
Kapal Charles de Gaulle dengan bobot 42.000 ton berpotensi dikerdilkan oleh kapal-kapal induk Amerika Serikat. Kapal induk Prancis itu masih menggunakan sistem ketapel uap untuk meluncurkan pesawat terbang dan satu-satunya kapal induk non-AS yang digerakkan oleh reaktor nuklir.
Kementerian Pertahanan setempat mengatakan Angkatan Laut Prancis berencana untuk berinteraksi dengan beberapa sekutu saat berada di laut, termasuk dengan kapal-kapal dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris, Angkatan Laut Denmark dan Angkatan Laut Portugal.
"Kapal-kapal Amerika dan Australia juga akan memperkuat kelompok kapal induk di seluruh misinya," kata kementerian itu, dikutip Sputnik, Kamis (28/2/2019). "Dimensi internasional ini dari (kelompok tempur Charles de Gaulle), dengan demikian membuktikan tingkat kerja sama dan kepercayaan yang tinggi antara Angkatan Laut Sekutu dan Angkatan Laut kami," lanjut kementerian tersebut.
"Mereka masih bercita-cita untuk menjadi pemain utama," kata Michael Shurkin, seorang analis di kelompok think tank RAND Coropration, kepada The National Interest. "Memiliki kapal induk nuklir benar-benar mendukung ambisi itu."
Masih menurut Kementerian Pertahanan Prancis, penyebaran kapal induk ke Samudra Hindia bertujuan untuk menegaskan kembali kehadiran Prancis di bidang-bidang maritim dan memperkuat penilaiannya terhadap situasi di kawasan Indo-Pasifik. "Campur tangan untuk mengatasi masalah keamanan regional yang sesuai, mengembangkan kemampuannya untuk bekerja sama dengan militer lain, dan memperkuat kemitraan strategis," kata kementerian itu.
"Prancis selalu berdiri di garis depan dalam membela hak kebebasan navigasi yang tidak dapat dicabut di perairan internasional," imbuh Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly. "Setiap kali ada pelanggaran prinsip dasar hukum internasional, seperti yang saat ini terjadi di Laut China selatan, kami akan menunjukkan kebebasan kami untuk bertindak dan berlayar di perairan seperti itu."
Charles de Gaulle diluncurkan pada 1994 dan namanya diambil dari nama Jenderal Prancis; Charles de Gaulle, yang memimpin Pasukan Prancis selama Perang Dunia II dan kemudian menjabat sebagai presiden negara itu setelah kudeta 1958.
(mas)