Tidak Ingin Pengaruh China Semakin Besar

Jum'at, 22 Februari 2019 - 06:09 WIB
Tidak Ingin Pengaruh...
Tidak Ingin Pengaruh China Semakin Besar
A A A
KUALA LUMPUR - Sebagai negara besar, China terus menancapkan pengaruhnya ke berbagai negara. Tak kecuali di Malaysia . Namun naiknya Mahathir Mohamad sebagai perdana menteri, sejumlah kebijakan terkait dengan China dibatalkan.

Banyak alasan mengapa Mahathir berani mengambil keputusan tersebut. Hal ini terungkap saat Mahathir bertemu dengan sejumlah pimpinan media di Indonesia di Kantor PM Kompleks Pemerintahan Putrajaya, Malaysia Selasa 19 Februari 2019.

Pertemuan ini diprakarsai Ikatan Setia Kawan Wartawan Malaysia Indonesia (Ismawi). SINDOnews salah satu media yang ikut dalam pertemuan tersebut.

Saat ini para pendiri ASEAN sebagian besar sudah tidak ada. Dengan terpilih kembali sebagai perdana menteri, apa gagasan untuk konsolidasi ASEAN, termasuk terkait hegemoni AS-China?
ASEAN dulu dibangun oleh generasi yang lama seperti Pak Harto (Presiden Soeharto), dan Lee Kuan Yeuw (pemimpin Singapura). Sekarang ini, karena proses demokrasi, para pemimpin sudah berganti. Semuanya baru. Jadi hubungan tidak lagi seperti dulu.

Dulu, saya dengan Pak Harto selalu berkomunikasi secara intensif. Kalau sekarang, bisa saja baru bertemu, kemudian tidak lama setelahnya kepemimpinannya berganti. Kalau dulu kita terus berkomunikasi dalam waktu yang panjang. Dengan demikian, ASEAN sekarang menjadi tidak bertambah kuat.

Saya yakin kalau interaksi bisa dibangun dengan pemimpin yang sama dan agak lama sedikit, situasiya akan berubah. Banyak hal yang bisa kita lakukan bersama-sama.

Masih adakah masa depan untuk negara-negara ASEAN?
Ke depan, persatuan negara-negara ASEAN harus lebih kuat. Penduduk ASEAN itu 600 juta. Satu pasar yang sangat besar. Masing-masing negara memang punya rencana. Tapi ASEAN harus punya proyek yang diyakini bersama. Misalnya proyek pengembangan mobil, masing-masing negara bisa berkerja sama secara bertahap.

Di era revolusi keempat di dunia industri, Malaysia juga ingin bergerak maju. Kalau dulu, kita banyak mengandalkan industri padat karya, sekarang kita dorong supaya warga Malaysia lebih cerdas dan mengembangkan industri berteknologi tinggi dengan basis data yag kuat. Dengan demikian, penghasilan masyarakat Malaysia akan bisa bertambah terus.

Dari sebelumnya Malaysia mengembangkan mobil, sekarang kita melangkah ke industri penerbangan dan antariksa. Saat ini banyak suku cadang Boeing dan Airbus dibuat di Malaysia. Tapi saya belum puas. Saya ingin Malaysia bisa buat pesawat terbang seperti di Indonesia. Tapi persaingan di industri pesawat terbang ini susah. Jadi kita buat komponennya dulu. Jadi sedikit demi sedikit kita melangkah.

Malaysia sudah membatalkan beberapa proyek besar denga China. Ada kaitannya dengan soal kepentingan ASEAN?
Dulu China miskin. Kekuatannya lebih banyak kita. Sekarang lihat saja. Mereka kaya. Mereka banyak sekali menggelar proyek bangunan, jalan dan sebagainya dimana-mana. Mereka biasaya memberikan bantuan kepada sebuah negara, lalu negara itu akan menjadi ‘lebih rapat’ dengan China. Malaysia ini penduduknya sedikit, dan banyak di antaranya warga China. Tapi mereka berbeda dengan warga China di tempat lain.

Kita khawatir dengan dasar-dasar negara China. Mereka banyak membuat tuntutan tanpa dasar. Mereka banyak membuat klaim di Laut China Selatan, misalnya. Padahal tidak ada dalam sejarah bahwa nama itu menunjukkan kepemilikan. Seperti Samudera Hindia misalnya, itu bukan milik India.

Untuk itu kita tidak mau pengaruhnya terlalu besar. Kita tidak menggunakan cara keras untuk langsung mengelak. Kita cari cara yang memang boleh untuk kita lakukan. Kita tetap ingin punya hubungan yang baik. China ini pasar yang besar. Sekarang ini perdagangan Malaysia paling besar adalah dengan China. Kita menghargai ini.

Tapi kalau mereka berbuat sesuatu yang tidak menguntungkan, kita juga menolak. Misalnya di pemerintahan sebelum ini, pinjam uang terlalu banyak ke China yang tidak mungkin kita bayar. Jadi untuk mengatasinya, kita hentikan proyek-proyek dengan China. Tapi ternyata untuk menghentikan proyek juga ada biayanya. Kita harus bayar ganti rugi dan sebagainya.

Kita berunding untuk menurunkan ganti rugi ini. Kita ingin sekali menyelesaikan utang ini, supaya kita bisa lebih bebas. Dalam sejarah memang negeri-negeri di semenanjung melayu ini kecil-kecil, tapi kita perlu survive di antara negara-negara tetangga yang besar.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.7122 seconds (0.1#10.140)