Hacker Rusia 8 Kali Lebih Cepat dari China, Iran dan Korut

Rabu, 20 Februari 2019 - 13:36 WIB
Hacker Rusia 8 Kali Lebih Cepat dari China, Iran dan Korut
Hacker Rusia 8 Kali Lebih Cepat dari China, Iran dan Korut
A A A
WASHINGTON - Para peretas atau hacker Rusia telah lama diyakini oleh ahli sebagai yang paling canggih di antara sejumlah negara yang kerap membobol komputer pemerintah dan swasta di Amerika Serikat (AS). Ternyata keyakinan itu benar adanya setelah sebuah perusahaan keamanan siber terkemuka menemukan cara untuk mengukurnya.

Dalam laporan ancaman terbarunya, CrowdStrike menemukan fakta bahwa peretas intelijen Rusia lebih cepat dan lebih gesit daripada Korea Utara (Korut), China , Iran , dan penjahat canggih lainnya.

Sekedar informasi, CrowdStrike adalah perusahaan yang berhasil mengetahui jika Rusia telah meretas Komite Nasional Partai Demokrat AS saat pemilu 2016 lalu.

CrowdStrike mengukur apa yang disebutnya sebagai "waktu breakout", kecepatan di mana kelompok peretas dapat membobol jaringan dan mulai mencuri data. Kecepatan itu penting karena intrusi terdeteksi dan dihentikan lebih cepat daripada sebelumnya. Semakin cepat para peretas dapat menghancurkan dan mengambil, semakin banyak data yang dapat mereka curi.

"Sangat luar biasa untuk melihat bahwa aktor ancaman yang berbasis di Rusia hampir delapan kali lebih cepat dari pesaing tercepat mereka - musuh yang berbasis di Korea Utara, yang mereka sendiri hampir dua kali lebih cepat dari kelompok intrusi dari China," kata CrowdStrike dalam laporan ancamannya seperti disitir dari NBC News, Rabu (20/2/2019).

Secara keseluruhan, CrowdStrike menemukan fakta jika para peretas yang menargetkan Barat meningkatkan "permainan" mereka pada tahun 2018.

"Dalam saluran diplomatik dan media, beberapa negara-bangsa memberikan lip-service untuk membatasi kegiatan siber klandestin mereka, tetapi di belakang layar, mereka menggandakan operasi spionase maya mereka - menggabungkan upaya-upaya itu dengan upaya lebih jauh ke dalam serangan destruktif dan penipuan bermotivasi finansial," bunyi laporan itu.

CrowdStrike sebelumnya mengatakan bahwa China telah kembali melakukan peretasan agresif untuk mencuri rahasia dari perusahaan-perusahaan Amerika, setelah sempat jeda menyusul kesepakatan dengan pemerintahan Obama.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5967 seconds (0.1#10.140)