Pers Malaysia Lebih Bebas Pasca Najib Lengser
A
A
A
KUALA LUMPUR - Abdul Jalil, Penasihat Eksekutif Editorial Sinar Harian, yang merupakan salah satu surat kabar terbesar di Malaysia mengatakan, pers di Malaysia lebih bebas pasca Mahathir Mohamad "merebut" jabatan Perdana Menteri dari Najib Razak.
Berbicara kepada rombongan jurnalis Indonesia yang melakukan kunjungan ke Malaysia, Abdul mengatakan, meski belum sebebas Indonesia, namun kebebasan pers di Negeri Jiran itu mulai membaik dalam setahun terakhir.
"Kebebasan pers di sini memang tidak sebebas Indonesia. Tapi setelah Mahathir kembali berkuasa, media kami di sini menjadi lebih liberal, tidak seperti dulu. Di era Mahathir ini pers tidak terlalu diganggu," ucap Abdul pada Kamis (14/2).
Namun, Abdul menuturkan, meski dia senang dengan perubahan yang ada, dia mengingatkan bahwa kondisi saat ini harus dimanfaatkan dengan baik dalam koridor positif. Dia mengingatkan jangan sampai pers Malaysia menyalahgunakan kebebasan yang sudah lama diidam-idamkan.
Dia mencotohkan, jika ada kasus korupsi yang mengenai seorang pejabat atau pengusaha, pers tidak boleh membuat pemberitaan tanpa bukti. Abdul menegaskan pers di semua negara, terlepas dari beragam level kebebasannya, harus tetap berpegang kredibilitas dan juga berimbang.
"Pers itu diperlukan untuk membentuk opini masyarakat, tentunya untuk hal-hal yang positif," tukasnya.
Kunjungan wartawan Indonesia ke Malaysia sendiri adalah bagian dari program Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia - Indonesia (ISWAMI) yang berlangsung pada 12 hingga 14 Februari.
Berbicara kepada rombongan jurnalis Indonesia yang melakukan kunjungan ke Malaysia, Abdul mengatakan, meski belum sebebas Indonesia, namun kebebasan pers di Negeri Jiran itu mulai membaik dalam setahun terakhir.
"Kebebasan pers di sini memang tidak sebebas Indonesia. Tapi setelah Mahathir kembali berkuasa, media kami di sini menjadi lebih liberal, tidak seperti dulu. Di era Mahathir ini pers tidak terlalu diganggu," ucap Abdul pada Kamis (14/2).
Namun, Abdul menuturkan, meski dia senang dengan perubahan yang ada, dia mengingatkan bahwa kondisi saat ini harus dimanfaatkan dengan baik dalam koridor positif. Dia mengingatkan jangan sampai pers Malaysia menyalahgunakan kebebasan yang sudah lama diidam-idamkan.
Dia mencotohkan, jika ada kasus korupsi yang mengenai seorang pejabat atau pengusaha, pers tidak boleh membuat pemberitaan tanpa bukti. Abdul menegaskan pers di semua negara, terlepas dari beragam level kebebasannya, harus tetap berpegang kredibilitas dan juga berimbang.
"Pers itu diperlukan untuk membentuk opini masyarakat, tentunya untuk hal-hal yang positif," tukasnya.
Kunjungan wartawan Indonesia ke Malaysia sendiri adalah bagian dari program Ikatan Setiakawan Wartawan Malaysia - Indonesia (ISWAMI) yang berlangsung pada 12 hingga 14 Februari.
(esn)