Krisis Venezuela, Rouhani Kecam 'Komplotan' AS
A
A
A
TEHERAN - Presiden Iran , Hassan Rouhani, menuduh Amerika Serikat (AS) berkomplot melawan pemerintahan Nicolas Maduro dan rakyat di Venezuela . Demikian laporan kantor berita resmi Iran, IRNA.
"Kami percaya bahwa rakyat Venezuela, dengan persatuan dan solidaritas bersama dengan pemerintah, akan menggagalkan plot ini seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya," kata Rouhani pada pertemuan dengan Duta Besar Venezuela yang baru Carlon Antonio Alcala Cordones, yang menyerahkan surat kepercayaannya kepada pemimpin Iran di Teheran.
Rouhani mengatakan AS menentang semua revolusi populer dan negara-negara merdeka serta ingin mendikte dominasinya di seluruh dunia.
"Duta Besar Venezuela yang baru, pada bagiannya, memuji dukungan dari pemimpin Iran," kutip Anadolu dari IRNA, Minggu (3/2/2019).
Venezuela telah diguncang oleh aksi protes sejak 10 Januari lalu ketika Presiden Nicolas Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat pada 23 Januari ketika Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido kemudian menyerukan aksi protes baru pada hari Sabtu untuk menuntut Maduro menyerahkan kekuasaan setelah seminggu protes massa sporadis. Aksi demonstrasi terakhir berlangsung pada hari Rabu lalu bertepatan dengan deklarasi Guaido sebagai presiden sementara.
AS, Kanada, dan sebagian besar negara Amerika Latin telah mengakui Guaido, presiden Majelis Nasional, sebagai pemimpin sah Venezuela, tetapi sejauh ini Maduro menolak seruan untuk mundur.
Sebaliknya, Maduro menuduh AS mengatur kudeta terhadap pemerintahnya. Namun ia mengatakan terbuka untuk berdialog dengan oposisi, tetapi bukan menggelar pemilu nasional yang baru.
Rusia dan China sama-sama menentang seruan AS untuk mendukung Guaido, dan mengutuk setiap campur tangan internasional dalam urusan Venezuela. Turki dan Iran juga menaruh perhatian pada Maduro.
AS telah memimpin kampanye internasional untuk menerapkan tekanan ekonomi dan diplomatik pada Maduro, termasuk memberikan sanksi kepada perusahaan minyak milik negara dan usaha patungan dengan mitra Nikaragua. Negara adidaya ini juga telah memperingatkan dampak serius jika Guaido dilukai.
"Kami percaya bahwa rakyat Venezuela, dengan persatuan dan solidaritas bersama dengan pemerintah, akan menggagalkan plot ini seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya," kata Rouhani pada pertemuan dengan Duta Besar Venezuela yang baru Carlon Antonio Alcala Cordones, yang menyerahkan surat kepercayaannya kepada pemimpin Iran di Teheran.
Rouhani mengatakan AS menentang semua revolusi populer dan negara-negara merdeka serta ingin mendikte dominasinya di seluruh dunia.
"Duta Besar Venezuela yang baru, pada bagiannya, memuji dukungan dari pemimpin Iran," kutip Anadolu dari IRNA, Minggu (3/2/2019).
Venezuela telah diguncang oleh aksi protes sejak 10 Januari lalu ketika Presiden Nicolas Maduro dilantik untuk masa jabatan kedua setelah pemungutan suara yang diboikot oleh oposisi.
Ketegangan meningkat pada 23 Januari ketika Juan Guaido menyatakan dirinya sebagai presiden sementara.
Guaido kemudian menyerukan aksi protes baru pada hari Sabtu untuk menuntut Maduro menyerahkan kekuasaan setelah seminggu protes massa sporadis. Aksi demonstrasi terakhir berlangsung pada hari Rabu lalu bertepatan dengan deklarasi Guaido sebagai presiden sementara.
AS, Kanada, dan sebagian besar negara Amerika Latin telah mengakui Guaido, presiden Majelis Nasional, sebagai pemimpin sah Venezuela, tetapi sejauh ini Maduro menolak seruan untuk mundur.
Sebaliknya, Maduro menuduh AS mengatur kudeta terhadap pemerintahnya. Namun ia mengatakan terbuka untuk berdialog dengan oposisi, tetapi bukan menggelar pemilu nasional yang baru.
Rusia dan China sama-sama menentang seruan AS untuk mendukung Guaido, dan mengutuk setiap campur tangan internasional dalam urusan Venezuela. Turki dan Iran juga menaruh perhatian pada Maduro.
AS telah memimpin kampanye internasional untuk menerapkan tekanan ekonomi dan diplomatik pada Maduro, termasuk memberikan sanksi kepada perusahaan minyak milik negara dan usaha patungan dengan mitra Nikaragua. Negara adidaya ini juga telah memperingatkan dampak serius jika Guaido dilukai.
(ian)