Jenderal Iran Ancam Lenyapkan Israel jika Perang Dimulai
A
A
A
TEHERAN - Seorang jenderal Iran mengancam akan melenyapkan Israel dari peta politik global ketika Tel Aviv memulai perang terhadap Teheran. Menurutnya, rezim Zionis bahkan tidak akan memiliki kuburan di Palestina untuk mengubur mayat orang-orangnya.
Ancaman itu dilontarkan Wakil Kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigadir Jenderal Hossein Salami pada Senin sore. Dia mengatakan strategi Teheran adalah menghapus Israel dari peta politik global.
Ditanya wartawan di Teheran tentang ancaman Israel untuk menyerang pasukan Iran yang dikerahkan di Suriah, Salami menjawab; “Strategi kami adalah menghapus Israel dari peta politik global. Dan tampaknya, mengingat kejahatan yang dilakukan Israel, itu semakin mendekatkan diri pada hal itu."
"Kami mengumumkan bahwa jika Israel melakukan sesuatu untuk memulai perang baru, itu jelas akan menjadi perang yang akan berakhir dengan penghapusannya, dan wilayah yang diduduki akan dikembalikan. Israel bahkan tidak akan memiliki kuburan di Palestina untuk mengubur mayat mereka sendiri," ujar jenderal Teheran tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (29/1/2019).
Komentar Salami menambah rentetan saling ejek antara para pemimpin Israel dan Iran dalam beberapa pekan terakhir karena ketegangan meningkat di perbatasan Israel-Suriah antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pasukan Iran.
Pekan lalu, Israel dilaporkan melakukan serangan rudal siang hari yang jarang terjadi pada sasaran-sasaran Iran di Suriah. Sebagai tanggapan, Iran menembakkan rudal surface-to-surface (permukaan-ke-permukaan) dari Suriah di Dataran Tinggi Golan utara. Namun, menurut IDF, rudal yang ditembakkan Iran dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome di atas resor ski Gunung Hermon.
Beberapa jam kemudian, pada jam-jam subuh 21 Januari, Angkatan Udara Israel melancarkan serangan balasan ke sasaran Iran di dekat Damaskus dan terhadap baterai pertahanan udara Suriah yang menembaki jet tempur Israel.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, sebanyak 21 orang tewas dalam serangan Israel di Suriah pada 21 Januari, di mana 12 di antaranya adalah milisi Iran.
Israel melihat keberadaan Iran di Suriah sebagai ancaman utama dan dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan ratusan serangan udara dengan target situs-situs militer terkait Teheran di negara yang dipimpin Bashar al-Assad tersebut.
Awal pekan ini, Kepala Staf Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri mengindikasikan Teheran bersiap untuk mengadopsi taktik militer ofensif untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
"Di antara strategi luas negara itu, ada strategi defensif. Kami mempertahankan kebebasan dan integritas wilayah serta kepentingan nasional negara ini," katanya.
Dia mengatakan Iran tidak bermaksud untuk merebut wilayah asing."Tetapi untuk melindungi pencapaian dan kepentingan nasional kita, kita dapat mengadopsi pendekatan ofensif," ujarnya.
Ancaman Teheran terhadap rezim Zionis muncul setelah militer Republik Islam mengadakan latihan infanteri tahunan, yang melibatkan sekitar 12.000 tentara, jet tempur, kendaraan lapis baja dan drone.
Ancaman itu dilontarkan Wakil Kepala Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran Brigadir Jenderal Hossein Salami pada Senin sore. Dia mengatakan strategi Teheran adalah menghapus Israel dari peta politik global.
Ditanya wartawan di Teheran tentang ancaman Israel untuk menyerang pasukan Iran yang dikerahkan di Suriah, Salami menjawab; “Strategi kami adalah menghapus Israel dari peta politik global. Dan tampaknya, mengingat kejahatan yang dilakukan Israel, itu semakin mendekatkan diri pada hal itu."
"Kami mengumumkan bahwa jika Israel melakukan sesuatu untuk memulai perang baru, itu jelas akan menjadi perang yang akan berakhir dengan penghapusannya, dan wilayah yang diduduki akan dikembalikan. Israel bahkan tidak akan memiliki kuburan di Palestina untuk mengubur mayat mereka sendiri," ujar jenderal Teheran tersebut, seperti dikutip Reuters, Selasa (29/1/2019).
Komentar Salami menambah rentetan saling ejek antara para pemimpin Israel dan Iran dalam beberapa pekan terakhir karena ketegangan meningkat di perbatasan Israel-Suriah antara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan pasukan Iran.
Pekan lalu, Israel dilaporkan melakukan serangan rudal siang hari yang jarang terjadi pada sasaran-sasaran Iran di Suriah. Sebagai tanggapan, Iran menembakkan rudal surface-to-surface (permukaan-ke-permukaan) dari Suriah di Dataran Tinggi Golan utara. Namun, menurut IDF, rudal yang ditembakkan Iran dicegat oleh sistem pertahanan rudal Iron Dome di atas resor ski Gunung Hermon.
Beberapa jam kemudian, pada jam-jam subuh 21 Januari, Angkatan Udara Israel melancarkan serangan balasan ke sasaran Iran di dekat Damaskus dan terhadap baterai pertahanan udara Suriah yang menembaki jet tempur Israel.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, sebanyak 21 orang tewas dalam serangan Israel di Suriah pada 21 Januari, di mana 12 di antaranya adalah milisi Iran.
Israel melihat keberadaan Iran di Suriah sebagai ancaman utama dan dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan ratusan serangan udara dengan target situs-situs militer terkait Teheran di negara yang dipimpin Bashar al-Assad tersebut.
Awal pekan ini, Kepala Staf Militer Iran Jenderal Mohammad Bagheri mengindikasikan Teheran bersiap untuk mengadopsi taktik militer ofensif untuk melindungi kepentingan nasionalnya.
"Di antara strategi luas negara itu, ada strategi defensif. Kami mempertahankan kebebasan dan integritas wilayah serta kepentingan nasional negara ini," katanya.
Dia mengatakan Iran tidak bermaksud untuk merebut wilayah asing."Tetapi untuk melindungi pencapaian dan kepentingan nasional kita, kita dapat mengadopsi pendekatan ofensif," ujarnya.
Ancaman Teheran terhadap rezim Zionis muncul setelah militer Republik Islam mengadakan latihan infanteri tahunan, yang melibatkan sekitar 12.000 tentara, jet tempur, kendaraan lapis baja dan drone.
(mas)