Sensus The Wealth-X, Harvard Pencetak Miliarder Terbanyak
A
A
A
NEW YORK - Banyak miliarder berkelas dunia yang memiliki cerita tidak lulus dari kampus, seperti Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Michael Dell. Namun demikian, mayoritas miliarder juga bergelar sarjana, master, bahkan doktor dari universitas ternama dunia, seperti Harvard.
Berdasarkan The Wealth-X Billionaire Census 2018, para miliarder umumnya lulus dari kampus paling prestisius di dunia. Dalam laporannya, The Wealth-X menyatakan bahwa elite sosial, prestise, dan karier yang progresif kerap diasosiasikan dengan pendidikan di Ivy League.
Kampus Ivy League tidak diragukan lagi menghasilkan orang yang mampu mencapai status miliarder dalam kehidupannya. Lima dari tujuh universitas pencetak miliarder terbanyak pun diketahui dari Kampus Ivy League.
Lantas apa itu Ivy League? Ini adalah perkumpulan delapan kampus di Amerika Serikat (AS) yang dianggap memiliki kaitan dengan kesempurnaan dan elitisme akademis. Mereka adalah Universitas Brown, Universitas Columbia, Universitas Cornell, Universitas Dartmouth, Universitas Harvard, Universitas Pennsylvania, Universitas Princeton, dan Universitas Yale.
Harvard juga tidak luput dari kritik. Mereka dianggap lebih menampung mahasiswa yang merupakan putra dan putri dari alumni, terutama warga kulit putih dan orang kaya. Kampus tersebut juga dinilai melakukan diskriminasi terhadap mahasiswa dari Asia.
Harvard merupakan kampus besar dengan rata-rata setiap tahun meluluskan 1.664 sarjana, 400 master, 512 doktor, dan 4.460 gelar profesional. Kampus tersebut dikenal akan menjatuhkan sanksi keras DO bagi mahasiswa yang mencontek atau tidak jujur dalam hal akademis.
Peringkat kedua pencetak miliarder adalah Universitas Stanford. Kampus ini mencetak dengan 74 miliarder. “Namun, rata-rata kekayaan miliarder Stanford paling tinggi di antara populasi miliarder,” papar laporan Wealth-X. Selain itu, lulusan Stanford umumnya menguasai banyak Industri di Silicon Valley dan mampu mendirikan perusahaan raksasa teknologi global.
Miliarder yang meraih gelar sarjana dari kampus di West Coast itu adalah Brian Acton dan Bobby Murphy. Acton merupakan salah satu pendiri WhatsApp yang ditolak dari Facebook pada 2009 dan Murphy bersama dengan Evan Speigel mendirikan Snapchat pada 2011. Alumni Stanford yang paling populer adalah pendiri Google, Larry Page yang meraih gelar master dan doktor.
Di urutan berikutnya Universitas Pennsylvania yang menghasilkan 64 miliarder. Alumni Universitas Pennsylvania adalah Presiden Donald Trump, putranya, Donald Trump Jr, serta putrinya––Ivanka dan Tiffany. Bahkan miliarder Steve Cohan, pendiri Tesla dan SpaceX Elon Musk serta pengusaha kasino Steve Wynn, juga lulusan dari sana. Selain itu, miliarder Warren Buffett juga pernah belajar selama dua tahun di sana sebelum pindah ke Universitas Nebraska.
Universitas Columbia menghasilkan 53 miliarder. Salah satu miliarder yakni Warren Buffett dengan nilai kekayaan USD60,8 miliar (Rp855 triliun) yang meraih gelar masternya dari Columbia. Kemudian, pemilik New England Robert Kraft dan miliarder real estate Jerry Speyer yang memiliki Manhattan Landmarks Rockefeller Center dan the Chrysler Building, lulus dari Columbia pada 1962 dengan gelar sarjana bahasa Jerman.
Massachusetts Institute of Technology (MIT) mencapai 37 miliarder. Charles Koch dan David Koch dengan nilai kekayaan USD39,6 miliar (Rp577 triliun) meraih gelar sarjana dan masternya dari MIT. Kemudian, Universitas Cornell menciptakan 35 miliarder. Untuk Universitas Yale mencetak 31 miliarder, di antaranya CEO Blackstone Stephen Schwarzman dan pendiri FedEx Fred Smith. Smith memiliki ide untuk mendirikan jaringan pengiriman barang saat kuliah. The Wealth menyebut, Universitas Souther California menghasilkan dengan 29 miliarder, Universitas Chicago sebanyak 29 miliarder, Universitas Michigan sekitar 26 miliarder, dan Universitas California, Berkely dengan 25 miliarder.
Dukungan Kemampuan Kuantitatif
Di Indonesia, sejumlah kampus juga tengah menggenjot materi perkuliahan yang mendorong lulusan bisa memiliki penguasaan kewirausahaan. Bahkan beberapa kampus eksakta juga memberi perhatian besar pada sektor ini, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI). Tak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir, kampus ini melahirkan sejumlah pengusaha.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi ITB Miming Mihardja mengakui kampusnya beberapa tahun terakhir melakukan pengembangan mata kuliah kewirausahaan, terutama di Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB. Kurikulumnya pun diarahkan untuk membangun kewirausahaan.
Sementara untuk mahasiswa dari program studi umum, ITB juga mendorong mahasiswa ikut program inkubator bisnis. Seperti pada Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) serta Working Space. “Itu menampung mahasiswa yang punya ide bisnis apapun bisa sharing knowledge dan kemudian dibina. Ketika nanti sudah matang, bisa spin off. Kami juga sering mengadakan kuliah tamu. Kami undang entrepreneur sukses,” beber dia.
Penguasaan ilmu eksakta saja tidak cukup, tetapi juga harus mengerti bagaimana pahami sisi bisnis. Karena tanpa memahami ilmu penjualan, nanti nilai ekonominya bisa diambil bangsa lain.
Universitas Indonesia (UI) pun melakukan berbagai upaya untuk menciptakan wirausaha mumpuni. Mulai pembekalan akademik hingga pendampingan ke dunia industri. Dari sisi akademik, UI telah memberikan mata kuliah terkait kewirausahaan. "Adanya berbagai mata kuliah terkait kewirausahaan di berbagai fakultas di UI. seperti technopreneur, kewirausahaan untuk kesehatan," kata Rektor UI M Anis.
Selain itu UI juga mengusahakan pendanaan hibah baik dari internal maupun eksternal semisal dari Kemenristek-Dikti. Tujuannya adalah mendongkrak jumlah wirausaha muda Indonesia. Ada berbagai hibah pendanaan baik inisiatif dari program UI sendiri maupun dari Kemenristek-Dikti. (Andika Hendra/Arif Budianto/R Ratna Purnama)
Berdasarkan The Wealth-X Billionaire Census 2018, para miliarder umumnya lulus dari kampus paling prestisius di dunia. Dalam laporannya, The Wealth-X menyatakan bahwa elite sosial, prestise, dan karier yang progresif kerap diasosiasikan dengan pendidikan di Ivy League.
Kampus Ivy League tidak diragukan lagi menghasilkan orang yang mampu mencapai status miliarder dalam kehidupannya. Lima dari tujuh universitas pencetak miliarder terbanyak pun diketahui dari Kampus Ivy League.
Lantas apa itu Ivy League? Ini adalah perkumpulan delapan kampus di Amerika Serikat (AS) yang dianggap memiliki kaitan dengan kesempurnaan dan elitisme akademis. Mereka adalah Universitas Brown, Universitas Columbia, Universitas Cornell, Universitas Dartmouth, Universitas Harvard, Universitas Pennsylvania, Universitas Princeton, dan Universitas Yale.
Harvard juga tidak luput dari kritik. Mereka dianggap lebih menampung mahasiswa yang merupakan putra dan putri dari alumni, terutama warga kulit putih dan orang kaya. Kampus tersebut juga dinilai melakukan diskriminasi terhadap mahasiswa dari Asia.
Harvard merupakan kampus besar dengan rata-rata setiap tahun meluluskan 1.664 sarjana, 400 master, 512 doktor, dan 4.460 gelar profesional. Kampus tersebut dikenal akan menjatuhkan sanksi keras DO bagi mahasiswa yang mencontek atau tidak jujur dalam hal akademis.
Peringkat kedua pencetak miliarder adalah Universitas Stanford. Kampus ini mencetak dengan 74 miliarder. “Namun, rata-rata kekayaan miliarder Stanford paling tinggi di antara populasi miliarder,” papar laporan Wealth-X. Selain itu, lulusan Stanford umumnya menguasai banyak Industri di Silicon Valley dan mampu mendirikan perusahaan raksasa teknologi global.
Miliarder yang meraih gelar sarjana dari kampus di West Coast itu adalah Brian Acton dan Bobby Murphy. Acton merupakan salah satu pendiri WhatsApp yang ditolak dari Facebook pada 2009 dan Murphy bersama dengan Evan Speigel mendirikan Snapchat pada 2011. Alumni Stanford yang paling populer adalah pendiri Google, Larry Page yang meraih gelar master dan doktor.
Di urutan berikutnya Universitas Pennsylvania yang menghasilkan 64 miliarder. Alumni Universitas Pennsylvania adalah Presiden Donald Trump, putranya, Donald Trump Jr, serta putrinya––Ivanka dan Tiffany. Bahkan miliarder Steve Cohan, pendiri Tesla dan SpaceX Elon Musk serta pengusaha kasino Steve Wynn, juga lulusan dari sana. Selain itu, miliarder Warren Buffett juga pernah belajar selama dua tahun di sana sebelum pindah ke Universitas Nebraska.
Universitas Columbia menghasilkan 53 miliarder. Salah satu miliarder yakni Warren Buffett dengan nilai kekayaan USD60,8 miliar (Rp855 triliun) yang meraih gelar masternya dari Columbia. Kemudian, pemilik New England Robert Kraft dan miliarder real estate Jerry Speyer yang memiliki Manhattan Landmarks Rockefeller Center dan the Chrysler Building, lulus dari Columbia pada 1962 dengan gelar sarjana bahasa Jerman.
Massachusetts Institute of Technology (MIT) mencapai 37 miliarder. Charles Koch dan David Koch dengan nilai kekayaan USD39,6 miliar (Rp577 triliun) meraih gelar sarjana dan masternya dari MIT. Kemudian, Universitas Cornell menciptakan 35 miliarder. Untuk Universitas Yale mencetak 31 miliarder, di antaranya CEO Blackstone Stephen Schwarzman dan pendiri FedEx Fred Smith. Smith memiliki ide untuk mendirikan jaringan pengiriman barang saat kuliah. The Wealth menyebut, Universitas Souther California menghasilkan dengan 29 miliarder, Universitas Chicago sebanyak 29 miliarder, Universitas Michigan sekitar 26 miliarder, dan Universitas California, Berkely dengan 25 miliarder.
Dukungan Kemampuan Kuantitatif
Di Indonesia, sejumlah kampus juga tengah menggenjot materi perkuliahan yang mendorong lulusan bisa memiliki penguasaan kewirausahaan. Bahkan beberapa kampus eksakta juga memberi perhatian besar pada sektor ini, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Indonesia (UI). Tak mengherankan, dalam beberapa tahun terakhir, kampus ini melahirkan sejumlah pengusaha.
Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi ITB Miming Mihardja mengakui kampusnya beberapa tahun terakhir melakukan pengembangan mata kuliah kewirausahaan, terutama di Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB. Kurikulumnya pun diarahkan untuk membangun kewirausahaan.
Sementara untuk mahasiswa dari program studi umum, ITB juga mendorong mahasiswa ikut program inkubator bisnis. Seperti pada Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) serta Working Space. “Itu menampung mahasiswa yang punya ide bisnis apapun bisa sharing knowledge dan kemudian dibina. Ketika nanti sudah matang, bisa spin off. Kami juga sering mengadakan kuliah tamu. Kami undang entrepreneur sukses,” beber dia.
Penguasaan ilmu eksakta saja tidak cukup, tetapi juga harus mengerti bagaimana pahami sisi bisnis. Karena tanpa memahami ilmu penjualan, nanti nilai ekonominya bisa diambil bangsa lain.
Universitas Indonesia (UI) pun melakukan berbagai upaya untuk menciptakan wirausaha mumpuni. Mulai pembekalan akademik hingga pendampingan ke dunia industri. Dari sisi akademik, UI telah memberikan mata kuliah terkait kewirausahaan. "Adanya berbagai mata kuliah terkait kewirausahaan di berbagai fakultas di UI. seperti technopreneur, kewirausahaan untuk kesehatan," kata Rektor UI M Anis.
Selain itu UI juga mengusahakan pendanaan hibah baik dari internal maupun eksternal semisal dari Kemenristek-Dikti. Tujuannya adalah mendongkrak jumlah wirausaha muda Indonesia. Ada berbagai hibah pendanaan baik inisiatif dari program UI sendiri maupun dari Kemenristek-Dikti. (Andika Hendra/Arif Budianto/R Ratna Purnama)
(nfl,afs)