Trump Ingin Rudal Musuh Tak Bisa Berlindung di Bumi dan Langit
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald John Trump menyampaikan pidato bombastis untuk menandai penerbitan Missile Defense Review (MDR) baru Amerika Serikat (AS). MDR atau Tinjauan Pertahanan Rudal anyar Amerika ini mencakup upaya penghilangan semua kendala, mempersenjatai ruang angkasa, dan menyulap perisai rudal yang impunitas melalui teknologi baru.
"Kami akan memastikan bahwa rudal musuh tidak menemukan tempat perlindungan di Bumi atau di langit di atas," kata Trump di Pentagon, hari Kamis waktu setempat.
"Tujuan kami sederhana; untuk memastikan bahwa kami dapat mendeteksi dan menghancurkan rudal yang diluncurkan terhadap Amerika Serikat di mana saja, kapan saja, di tempat mana pun," kata Trump, seperti dikutip New York Times, Jumat (18/1/2019).
Namun, Pentagon tidak merinci bagaimana cara AS melakukan semua itu. Baik dokumen MDR setebal 100 halaman, maupun ringkasan eksekutif 24 halaman yang menawarkan ambisi keunggulan sistem pertahanan rudal Amerika cenderung membicarakan teknologi baru yang diklaim akan lebih baik.
"Kami akan mengakui bahwa ruang angkasa adalah domain perang baru dengan Angkatan Antariksa (AS) memimpin," kata Trump.
“Anggaran saya yang akan datang akan berinvestasi dalam teknologi lapisan pertahanan rudal berbasis ruang angkasa. Itu pada akhirnya akan menjadi bagian yang sangat, sangat besar dari pertahanan kita," ujarnya.
Pengumuman Trump itu muncul sehari setelah AS mengonfirmasi akan memulai menarik diri dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987. Perjanjian yang diteken AS dan Uni Soviet—dan dipertahankan oleh Rusia—itu untuk mencegah perang nuklir dengan membatasi penyebaran rudal jarak menengah di Eropa.
Alasan Amerika keluar dari traktat INF 1987 adalah karena Rusia mengembangkan sistem rudal yang melanggar perjanjian tersebut. Namun, tuduhan itu tidak disertai klaim yang menguatkannya. Ketika Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengunjungi Moskow pada Oktober 2018 lalu, dia secara terbuka berbicara tentang perjanjian INF yang sama usangnya dengan perjanjian rudal anti-balistik (ABM) yang ditolak Washington pada tahun 2002.
Dokumen MDR terbaru AS memprioritaskan ancaman dari apa yang disebutnya negara-negara "nakal" dan secara khusus disebutkan Korea Utara dan Iran di dalamnya. Dokumen itu juga menyinggung Rusia dan China yang berani menganggap operasi militer AS sebagai ancaman terhadap keamanan mereka.
"Kami akan memastikan bahwa rudal musuh tidak menemukan tempat perlindungan di Bumi atau di langit di atas," kata Trump di Pentagon, hari Kamis waktu setempat.
"Tujuan kami sederhana; untuk memastikan bahwa kami dapat mendeteksi dan menghancurkan rudal yang diluncurkan terhadap Amerika Serikat di mana saja, kapan saja, di tempat mana pun," kata Trump, seperti dikutip New York Times, Jumat (18/1/2019).
Namun, Pentagon tidak merinci bagaimana cara AS melakukan semua itu. Baik dokumen MDR setebal 100 halaman, maupun ringkasan eksekutif 24 halaman yang menawarkan ambisi keunggulan sistem pertahanan rudal Amerika cenderung membicarakan teknologi baru yang diklaim akan lebih baik.
"Kami akan mengakui bahwa ruang angkasa adalah domain perang baru dengan Angkatan Antariksa (AS) memimpin," kata Trump.
“Anggaran saya yang akan datang akan berinvestasi dalam teknologi lapisan pertahanan rudal berbasis ruang angkasa. Itu pada akhirnya akan menjadi bagian yang sangat, sangat besar dari pertahanan kita," ujarnya.
Pengumuman Trump itu muncul sehari setelah AS mengonfirmasi akan memulai menarik diri dari perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF) 1987. Perjanjian yang diteken AS dan Uni Soviet—dan dipertahankan oleh Rusia—itu untuk mencegah perang nuklir dengan membatasi penyebaran rudal jarak menengah di Eropa.
Alasan Amerika keluar dari traktat INF 1987 adalah karena Rusia mengembangkan sistem rudal yang melanggar perjanjian tersebut. Namun, tuduhan itu tidak disertai klaim yang menguatkannya. Ketika Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mengunjungi Moskow pada Oktober 2018 lalu, dia secara terbuka berbicara tentang perjanjian INF yang sama usangnya dengan perjanjian rudal anti-balistik (ABM) yang ditolak Washington pada tahun 2002.
Dokumen MDR terbaru AS memprioritaskan ancaman dari apa yang disebutnya negara-negara "nakal" dan secara khusus disebutkan Korea Utara dan Iran di dalamnya. Dokumen itu juga menyinggung Rusia dan China yang berani menganggap operasi militer AS sebagai ancaman terhadap keamanan mereka.
(mas)