AS dan Inggris Gelar Latihan Militer Bersama di LCS
A
A
A
BEIJING - Kapal perang Amerika Serikat (AS) dan Inggris melakukan pelayaran bersama di Laut China Selatan (LCS) yang dipersengketakan dalam latihan militer bersama selama enam hari. Demikian yang dikatakan oleh Armada ke-7 Angkatan Laut AS dalam sebuah pernyataan.
Latihan menyapu laut ini dilakukan untuk pertama kalinya sejak China membangun pos-pos strategis di laut, yang dipandang sebagai jalur perairan yang sangat penting untuk perdagangan internasional.
Latihan tersebut mencakup komunikasi, taktik pembagian dan pertukaran personel yang dirancang untuk mengatasi prioritas keamanan maritim bersama, meningkatkan interoperabilitas, dan mengembangkan hubungan yang akan menguntungkan kedua angkatan laut selama bertahun-tahun yang akan datang.
Latihan di jalur perairan yang strategis itu melibatkan kapal perusak berpeluru kendali USS McCampbell dan kapal frigat Angkatan Laut Inggris HMS Argyll.
“Kami secara rutin berlatih dengan sekutu dan mitra regional, tetapi ini adalah kesempatan langka bagi tim saya untuk bekerja dengan Angkatan Laut Inggris”, Allison Christy, komandan USS McCampbell, mengatakan dalam pernyataan Angkatan Laut AS seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (17/1/2019).
Langkah itu dilakukan tak lama setelah latihan perang anti-kapal selam trilateral antara Angkatan Laut AS, Angkatan Laut Inggris, dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang pada 21-22 Desember lalu. Juga, awal bulan ini kapal yang sama, USS McCampbell, melintas dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh China, Vietnam dan Taiwan, dalam suatu langkah yang oleh Angkatan Laut AS disebut sebagai kebebasan navigasi yang dimaksudkan untuk “latihan navigasi” menantantang klaim maritim yang berlebihan.
Agustus lalu, kapal Inggris lain, kapal serbu amfibi HMS Albion, mendekati rantai pulau yang sama, dengan insiden yang diikuti oleh yang lain, di mana kapal perang AS dan China berada di ambang tabrakan langsung dari rantai kepulauan Spratly.
Mengatasi klaim China di wilayah tersebut, Presiden Trump menandatangani apa yang disebut "Undang-Undang Inisiatif Reasuransi Asia 2018" menjadi undang-undang akhir tahun lalu.
Menurut Gedung Putih, undang-undang tersebut, yang memberikan otorisasi USD1,5 miliar untuk melawan pengaruh strategis China di seluruh dunia, menetapkan strategi multi-langkah untuk memajukan kepentingan keamanan dan ekonomi AS di kawasan Indo-Pasifik.
Berkenaan dengan ini, sebuah think-tank yang berbasis di Washington sebelumnya memperingatkan bahwa Angkatan Laut AS berisiko kehilangan mahkotanya sebagai yang terkuat, mengingat tantangan yang ditimbulkan oleh kekuatan besar seperti China dan Rusia.
China dan setengah lusin negara lain, termasuk Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan memiliki klaim atas bagian Laut China Selatan, jalur air yang strategis dan penting secara ekonomi, yang meliputi jalur laut vital yang dilalui sekitar USD3 triliun perdagangan global setiap tahunnya.
Latihan menyapu laut ini dilakukan untuk pertama kalinya sejak China membangun pos-pos strategis di laut, yang dipandang sebagai jalur perairan yang sangat penting untuk perdagangan internasional.
Latihan tersebut mencakup komunikasi, taktik pembagian dan pertukaran personel yang dirancang untuk mengatasi prioritas keamanan maritim bersama, meningkatkan interoperabilitas, dan mengembangkan hubungan yang akan menguntungkan kedua angkatan laut selama bertahun-tahun yang akan datang.
Latihan di jalur perairan yang strategis itu melibatkan kapal perusak berpeluru kendali USS McCampbell dan kapal frigat Angkatan Laut Inggris HMS Argyll.
“Kami secara rutin berlatih dengan sekutu dan mitra regional, tetapi ini adalah kesempatan langka bagi tim saya untuk bekerja dengan Angkatan Laut Inggris”, Allison Christy, komandan USS McCampbell, mengatakan dalam pernyataan Angkatan Laut AS seperti dikutip dari Sputnik, Kamis (17/1/2019).
Langkah itu dilakukan tak lama setelah latihan perang anti-kapal selam trilateral antara Angkatan Laut AS, Angkatan Laut Inggris, dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang pada 21-22 Desember lalu. Juga, awal bulan ini kapal yang sama, USS McCampbell, melintas dalam jarak 12 mil laut dari Kepulauan Paracel, yang diklaim oleh China, Vietnam dan Taiwan, dalam suatu langkah yang oleh Angkatan Laut AS disebut sebagai kebebasan navigasi yang dimaksudkan untuk “latihan navigasi” menantantang klaim maritim yang berlebihan.
Agustus lalu, kapal Inggris lain, kapal serbu amfibi HMS Albion, mendekati rantai pulau yang sama, dengan insiden yang diikuti oleh yang lain, di mana kapal perang AS dan China berada di ambang tabrakan langsung dari rantai kepulauan Spratly.
Mengatasi klaim China di wilayah tersebut, Presiden Trump menandatangani apa yang disebut "Undang-Undang Inisiatif Reasuransi Asia 2018" menjadi undang-undang akhir tahun lalu.
Menurut Gedung Putih, undang-undang tersebut, yang memberikan otorisasi USD1,5 miliar untuk melawan pengaruh strategis China di seluruh dunia, menetapkan strategi multi-langkah untuk memajukan kepentingan keamanan dan ekonomi AS di kawasan Indo-Pasifik.
Berkenaan dengan ini, sebuah think-tank yang berbasis di Washington sebelumnya memperingatkan bahwa Angkatan Laut AS berisiko kehilangan mahkotanya sebagai yang terkuat, mengingat tantangan yang ditimbulkan oleh kekuatan besar seperti China dan Rusia.
China dan setengah lusin negara lain, termasuk Brunei, Indonesia, Filipina, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan memiliki klaim atas bagian Laut China Selatan, jalur air yang strategis dan penting secara ekonomi, yang meliputi jalur laut vital yang dilalui sekitar USD3 triliun perdagangan global setiap tahunnya.
(ian)