Presiden AS Donald Trump Ancam Turki Jika Serang Kurdi Suriah
A
A
A
ISTANBUL - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Turki dengan kehancuran ekonomi jika menyerang milisi Kurdi aliansi AS di Suriah. Ancaman Trump itu langsung membuat mata uang lira Turki melemah dan memicu kritik keras dari Ankara.
Hubungan AS dan Turki memanas karena Washington mendukung milisi Kurdi yang dianggap Ankara sebagai bagian dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang melancarkan pemberontakan di wilayah Turki. Turki menganggap PKK sebagai organisasi teroris.
Pada krisis diplomatik tahun lalu, Trump menerapkan sanksi pada dua menteri kabinet Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menaikkan tarif untuk ekspor logam Turki. Tindakan Trump itu membuat lira Turki melemah ke rekor terendah pada Agustus. Trump menegaskan, AS memulai penarikan militer dari Suriah yang dia umumkan pada Desember, tapi Washington akan terus menyerang para milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di sana.
“Akan menyerang lagi dari pangkalan terdekat yang ada jika itu berubah. Akan menghancurkan Turki secara ekonomi jika mereka menyerang Kurdi. Menciptakan 20 mil zona aman Serta tidak ingin Kurdi memprovokasi Turki,” tweet Trump. Lira pun melemah hingga 1,6% menjadi 5,5450 terhadap dolar AS.
Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin menyatakan Trump akan menghormati aliansi AS dengan Ankara. “Mr lDonald Trump kesalahan fatal untuk menyamakan Kurdi Suriah dengan PKK yang ada pada daftar teroris AS dan ini cabang PYD/YPG Suriah,” tweet Ibrahim Kalin.
“Para teroris tidak bisa menjadi mitra dan aliansi anda. Turki berharap AS menghormati kemitraan strategis kita dan tidak ingin ini dibayangi propaganda teroris,” ujar Kalin dilansir Reuters.
Trump tidak memberi rincian tentang rencana zona aman. Dia bulan lalu mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah, mendeklarasikan menang dalam misi mengalahkan ISIS, dan tidak lagi diperlukan di Suriah.
Meski demikian, beberapa pejabat AS memberi pesan beragam sejak pernyataan Trump tersebut. Koalisi pimpinan AS menyatakan pihaknya memulai penarikan, tapi para pejabat menjelaskan penarikan hanya untuk peralatan, bukan personel.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan, Ankara tidak memiliki ide tentang zona aman sepanjang perbatasan, tapi menjelaskan, mitra dan aliansi strategis tidak boleh berkomunikasi lewat media sosial.
“Tak ada yang dapat dicapai dengan mengancam Turki secara ekonomi. Kita perlu melihat bagaimana kita bisa berkoordinasi bersama dan bagaimana kita bisa menyelesaikan ini,” tutur dia saat konferensi pers dengan Menlu Luksemburg.
Kurdi YPG menjadi aliansi AS dalam perang melawan ISIS dan mengontrol Suriah utara. Erdogan bertekad membersihkan milisi Kurdi seiring keputusan Trump menarik pasukan AS keluar dari wilayah Suriah.
Direktur Komunikasi Erdogan, Fahrettin Altun menuturkan, “Turki akan melanjutkan perlawanan antiteror. Teror adalah teror dan itu harus dihapus di sumbernya. Ini tepatnya apa yang Turki lakukan di Suriah.”
Turki telah membersihkan para milisi YPG dari kawasan Afrin, Suriah, dan wilayah lain di barat Sungai Eufrat dalam operasi militer dua tahun terakhir. Saat ini Turki mengancam menyerang wilayah timur sungai itu. Selama itu kawasan timur Eufrat dihindari hingga sekarang, demi menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan AS di sana.
Pejabat dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS menyatakan militan ISIS hidup di momen terakhir mereka di kawasan masih dikuasai di dekat perbatasan Irak.
Sementara itu, Menlu AS Mike Pompeo menyatakan, ancaman Trump untuk menghancurkan ekonomi Turki jika menyerang Kurdi Suriah tidak mengubah rencana penarikan pasukan AS dari negara itu. Saat ditanya tentang maksud Trump tentang kehancuran ekonomi, Pompeo menjawab, “Anda harus bertanya presiden. Kami telah menerapkan berbagai sanksi ekonomi di banyak tempat, saya anggap dia bicara tentang jenis hal itu. Anda harus bertanya padanya.”
Pompeo menambahkan, dia belum bicara dengan Turki sejak komentar Trump itu. “Saya tidak berpikir itu mengubah keputusan presiden pada 2.000 personel berseragam kami untuk meninggalkan Suriah,” ujar dia
Hubungan AS dan Turki memanas karena Washington mendukung milisi Kurdi yang dianggap Ankara sebagai bagian dari Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang melancarkan pemberontakan di wilayah Turki. Turki menganggap PKK sebagai organisasi teroris.
Pada krisis diplomatik tahun lalu, Trump menerapkan sanksi pada dua menteri kabinet Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan menaikkan tarif untuk ekspor logam Turki. Tindakan Trump itu membuat lira Turki melemah ke rekor terendah pada Agustus. Trump menegaskan, AS memulai penarikan militer dari Suriah yang dia umumkan pada Desember, tapi Washington akan terus menyerang para milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di sana.
“Akan menyerang lagi dari pangkalan terdekat yang ada jika itu berubah. Akan menghancurkan Turki secara ekonomi jika mereka menyerang Kurdi. Menciptakan 20 mil zona aman Serta tidak ingin Kurdi memprovokasi Turki,” tweet Trump. Lira pun melemah hingga 1,6% menjadi 5,5450 terhadap dolar AS.
Juru Bicara Kepresidenan Turki Ibrahim Kalin menyatakan Trump akan menghormati aliansi AS dengan Ankara. “Mr lDonald Trump kesalahan fatal untuk menyamakan Kurdi Suriah dengan PKK yang ada pada daftar teroris AS dan ini cabang PYD/YPG Suriah,” tweet Ibrahim Kalin.
“Para teroris tidak bisa menjadi mitra dan aliansi anda. Turki berharap AS menghormati kemitraan strategis kita dan tidak ingin ini dibayangi propaganda teroris,” ujar Kalin dilansir Reuters.
Trump tidak memberi rincian tentang rencana zona aman. Dia bulan lalu mengumumkan penarikan pasukan AS dari Suriah, mendeklarasikan menang dalam misi mengalahkan ISIS, dan tidak lagi diperlukan di Suriah.
Meski demikian, beberapa pejabat AS memberi pesan beragam sejak pernyataan Trump tersebut. Koalisi pimpinan AS menyatakan pihaknya memulai penarikan, tapi para pejabat menjelaskan penarikan hanya untuk peralatan, bukan personel.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan, Ankara tidak memiliki ide tentang zona aman sepanjang perbatasan, tapi menjelaskan, mitra dan aliansi strategis tidak boleh berkomunikasi lewat media sosial.
“Tak ada yang dapat dicapai dengan mengancam Turki secara ekonomi. Kita perlu melihat bagaimana kita bisa berkoordinasi bersama dan bagaimana kita bisa menyelesaikan ini,” tutur dia saat konferensi pers dengan Menlu Luksemburg.
Kurdi YPG menjadi aliansi AS dalam perang melawan ISIS dan mengontrol Suriah utara. Erdogan bertekad membersihkan milisi Kurdi seiring keputusan Trump menarik pasukan AS keluar dari wilayah Suriah.
Direktur Komunikasi Erdogan, Fahrettin Altun menuturkan, “Turki akan melanjutkan perlawanan antiteror. Teror adalah teror dan itu harus dihapus di sumbernya. Ini tepatnya apa yang Turki lakukan di Suriah.”
Turki telah membersihkan para milisi YPG dari kawasan Afrin, Suriah, dan wilayah lain di barat Sungai Eufrat dalam operasi militer dua tahun terakhir. Saat ini Turki mengancam menyerang wilayah timur sungai itu. Selama itu kawasan timur Eufrat dihindari hingga sekarang, demi menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan AS di sana.
Pejabat dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS menyatakan militan ISIS hidup di momen terakhir mereka di kawasan masih dikuasai di dekat perbatasan Irak.
Sementara itu, Menlu AS Mike Pompeo menyatakan, ancaman Trump untuk menghancurkan ekonomi Turki jika menyerang Kurdi Suriah tidak mengubah rencana penarikan pasukan AS dari negara itu. Saat ditanya tentang maksud Trump tentang kehancuran ekonomi, Pompeo menjawab, “Anda harus bertanya presiden. Kami telah menerapkan berbagai sanksi ekonomi di banyak tempat, saya anggap dia bicara tentang jenis hal itu. Anda harus bertanya padanya.”
Pompeo menambahkan, dia belum bicara dengan Turki sejak komentar Trump itu. “Saya tidak berpikir itu mengubah keputusan presiden pada 2.000 personel berseragam kami untuk meninggalkan Suriah,” ujar dia
(don)