Belanda Lolos dari Serangan Teroris Besar-besaran
A
A
A
AMSTERDAM - Belanda lolos dari serangan teroris besar-besaran yang bisa menyebabkan puluhan orang terbunuh. Bahaya itu berhasil dicegah setelah aparat polisi mencegah rencana serangan besar tujuh teroris itu dengan menyamar dan menyusup ke kelompok mereka.
Keberhasilan pencegahan serangan besar itu diungkap seorang jaksa penuntut umum Belanda di pengadilan, hari Kamis.
Jejak para teroris terendus pada bulan September tahun lalu setelah investigasi berbulan-bulan. Tujuh tersangka ditangkap di kota Arnhem dan Weert.
Polisi menyita 100kg pupuk serta bahan-bahan pembuat bom lainnya di rumah mereka pada saat itu. Minggu ini, pemeriksaan awal kasus terorisme ini dimulai.
“Para tersangka mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman. Para tersangka ini sedang dalam perjalanan untuk melakukan serangan, dengan (target) puluhan korban. Belanda lolos dari serangan besar," kata jaksa tersebut, seperti dikutip Russia Today, Jumat (11/1/2019) malam.
Menurut jaksa penuntut, para teroris ingin menargetkan sebuah festival dengan senjata dan bom. Sebuah bom mobil juga dipertimbangkan oleh kelompok teroris tersebut.
Menurut dokumen pengadilan, para konspirator mendiskusikan bagaimana mereka akan melakukan penyerbuan, bagaimana mereka akan menghindari polisi, dan bagaimana mereka harus memasang rompi peledak mereka lebih awal jika penegak hukum mencoba menghentikan mereka.
Untungnya, polisi mengidentifikasi ancaman sebelum mereka dapat melaksanakan rencananya.
Operasi polisi untuk mematahkan sel-sel teroris dimulai pada pertengahan Mei setelah informasi dari dinas intelijen Belanda, AIVD, menandai salah satu tersangka sebagai teroris potensial.
Polisi berhasil menyusup ke sel teroris sekitar bulan Juni dan mengumpulkan cukup bukti terhadap kelompok mereka pada akhir September. Setelah itu, penangkapan para teroris dilakukan.
Sesaat sebelum itu, anggota kelompok teroris menerima pelatihan menggunakan senjata oleh dua petugas polisi yang menyamar.
Tim pembela terdakwa bersikeras bahwa operasi polisi sebenarnya adalah jebakan dan bahwa kelompok itu tidak akan pernah ambil bagian dalam pelatihan senjata kecuali diprovokasi oleh polisi.
Para terdakwa mengatakan bahwa mereka hanya ingin bermain dengan Kalashnikov dan bukan "jihadis keras" yang bertentangan dengan apa yang dituntut oleh jaksa penuntut.
Dari tujuh orang yang ditangkap pada bulan September, hanya tiga yang hadir selama pemeriksaan awal. Satu tersangka orang yang berusia 18 tahun dibebaskan karena kurangnya bukti untuk membenarkan penahanannya yang berkelanjutan.
Keberhasilan pencegahan serangan besar itu diungkap seorang jaksa penuntut umum Belanda di pengadilan, hari Kamis.
Jejak para teroris terendus pada bulan September tahun lalu setelah investigasi berbulan-bulan. Tujuh tersangka ditangkap di kota Arnhem dan Weert.
Polisi menyita 100kg pupuk serta bahan-bahan pembuat bom lainnya di rumah mereka pada saat itu. Minggu ini, pemeriksaan awal kasus terorisme ini dimulai.
“Para tersangka mengucapkan selamat tinggal kepada teman-teman. Para tersangka ini sedang dalam perjalanan untuk melakukan serangan, dengan (target) puluhan korban. Belanda lolos dari serangan besar," kata jaksa tersebut, seperti dikutip Russia Today, Jumat (11/1/2019) malam.
Menurut jaksa penuntut, para teroris ingin menargetkan sebuah festival dengan senjata dan bom. Sebuah bom mobil juga dipertimbangkan oleh kelompok teroris tersebut.
Menurut dokumen pengadilan, para konspirator mendiskusikan bagaimana mereka akan melakukan penyerbuan, bagaimana mereka akan menghindari polisi, dan bagaimana mereka harus memasang rompi peledak mereka lebih awal jika penegak hukum mencoba menghentikan mereka.
Untungnya, polisi mengidentifikasi ancaman sebelum mereka dapat melaksanakan rencananya.
Operasi polisi untuk mematahkan sel-sel teroris dimulai pada pertengahan Mei setelah informasi dari dinas intelijen Belanda, AIVD, menandai salah satu tersangka sebagai teroris potensial.
Polisi berhasil menyusup ke sel teroris sekitar bulan Juni dan mengumpulkan cukup bukti terhadap kelompok mereka pada akhir September. Setelah itu, penangkapan para teroris dilakukan.
Sesaat sebelum itu, anggota kelompok teroris menerima pelatihan menggunakan senjata oleh dua petugas polisi yang menyamar.
Tim pembela terdakwa bersikeras bahwa operasi polisi sebenarnya adalah jebakan dan bahwa kelompok itu tidak akan pernah ambil bagian dalam pelatihan senjata kecuali diprovokasi oleh polisi.
Para terdakwa mengatakan bahwa mereka hanya ingin bermain dengan Kalashnikov dan bukan "jihadis keras" yang bertentangan dengan apa yang dituntut oleh jaksa penuntut.
Dari tujuh orang yang ditangkap pada bulan September, hanya tiga yang hadir selama pemeriksaan awal. Satu tersangka orang yang berusia 18 tahun dibebaskan karena kurangnya bukti untuk membenarkan penahanannya yang berkelanjutan.
(mas)