AS Tarik Pasukannya dari Suriah, Rusia Senang
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Rusia senang dengan keputusan Presiden Donald Trump yang memerintahkan penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Suriah. Moskow menyambut keputusan itu sebagai sebagai sinyal harapan untuk penyelesaian politik atas konflik di negeri Presiden Bashar al-Assad.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan keputusan Washington untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah menandakan harapan bagi stabilitas politik di negara yang dilanda perang itu.
"Penarikan tentara AS membawa Suriah lebih dekat ke prospek nyata penyelesaian politik," kata Zakharova kepada Rusia 1.
Menurutnya, langkah pemerintah Trump itu juga akan membantu menyelesaikan situasi yang tegang di kamp-kamp pengungsi Rukban di dekat perbatasan Suriah-Yordania. Kawasan itu selama ini dilaporkan menjadi tempat aman bagi kelompok teroris dan secara kebetulan lokasinya tidak jauh dari pangkalan AS di Al Tanf.
"Ada harapan bahwa wilayah Suriah ini pada akhirnya akan kembali ke kehidupan normal, damai seperti di Aleppo dan kota-kota Suriah lainnya sebelum itu," ujar Zakharova, yang dilansir Russia Today, Kamis (20/12/2018). "Selama (tentara) AS ada di sana, tidak ada harapan."
Seperti diberitakan sebelumnya, Donald Trump melalui Twitter mengumumkan bahwa ISIS telah dikalahkan. Dia juga memerintahkan penarikan semua pasukan AS dari Suriah.
Kamp-kamp Rukban, yang menampung sekitar 50.000 pengungsi dari Raqqa dan Deir ez-Zor, terletak di wilayah yang sebagian besar dikuasai oleh AS dan koalisinya. Pada bulan Agustus, Moskow memperingatkan bahwa ratusan teroris dari kelompok Islamic State atau ISIS dan front Al Nusra bersembunyi di antara para pengungsi, menahan sandera dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
Kamp pengungsi yang sama dicatat dalam laporan terbaru oleh Tim Pemantau Sanksi Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu sumber kebangkitan ISIS.
Moskow dan Damaskus telah berulang kali mendesak AS untuk bekerja sama untuk menangani situasi di Rukban, di mana Rusia menawarkan untuk membantu menyediakan transportasi yang aman bagi para pengungsi kembali ke rumah mereka.
Sementara itu, beberapa pejabat Rusia tetap skeptis, meski Washington memutuskan untuk menarik semua pasukannya dari Suriah dalam waktu 60 hingga 100 hari ke depan. Mereka menilai penarikan pasukan itu dirancang untuk melepaskan tangan Washington terhadap militan di lapangan.
Aleksandr Sherin, Wakil Kepala Komite Pertahanan Negara Duma Rusia, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Washington dapat membidik penolakan yang masuk akal dalam provokasi masa depan oleh pasukan anti-Assad.
Anggota parlemen itu juga menduga Washington ingin mendapatkan konsesi dari Moskow atas keputusannya itu.
Konstantin Kosachev, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Senat Rusia, mengatakan situasi di Suriah saat ini membuat Washington bertempur tanpa musuh formal. Menurutnya, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah memang menarik diri dengan sungguh-sungguh atau mengakui bahwa pertarungan mereka yang sebenarnya adalah melawan pemerintah Bashar al-Assad.
Kalau pun pasukan Amerika sepenuhnya hengkang, Kosachev tidak optimistis melihat perubahan nyata dalam lanskap kekuasaan Suriah. Dia percaya Washington kemungkinan besar akan terus menarik tali melalui sekutu-sekutunya di lapangan.
Saat mengumumkan langkah itu pada hari Rabu, Gedung Putih menegaskan bahwa keputusan pemerintah Trump tidak menandai akhir dari Koalisi Internasional maupun kampanye anti-terornya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan keputusan Washington untuk menarik pasukannya keluar dari Suriah menandakan harapan bagi stabilitas politik di negara yang dilanda perang itu.
"Penarikan tentara AS membawa Suriah lebih dekat ke prospek nyata penyelesaian politik," kata Zakharova kepada Rusia 1.
Menurutnya, langkah pemerintah Trump itu juga akan membantu menyelesaikan situasi yang tegang di kamp-kamp pengungsi Rukban di dekat perbatasan Suriah-Yordania. Kawasan itu selama ini dilaporkan menjadi tempat aman bagi kelompok teroris dan secara kebetulan lokasinya tidak jauh dari pangkalan AS di Al Tanf.
"Ada harapan bahwa wilayah Suriah ini pada akhirnya akan kembali ke kehidupan normal, damai seperti di Aleppo dan kota-kota Suriah lainnya sebelum itu," ujar Zakharova, yang dilansir Russia Today, Kamis (20/12/2018). "Selama (tentara) AS ada di sana, tidak ada harapan."
Seperti diberitakan sebelumnya, Donald Trump melalui Twitter mengumumkan bahwa ISIS telah dikalahkan. Dia juga memerintahkan penarikan semua pasukan AS dari Suriah.
Kamp-kamp Rukban, yang menampung sekitar 50.000 pengungsi dari Raqqa dan Deir ez-Zor, terletak di wilayah yang sebagian besar dikuasai oleh AS dan koalisinya. Pada bulan Agustus, Moskow memperingatkan bahwa ratusan teroris dari kelompok Islamic State atau ISIS dan front Al Nusra bersembunyi di antara para pengungsi, menahan sandera dan menggunakan mereka sebagai perisai manusia.
Kamp pengungsi yang sama dicatat dalam laporan terbaru oleh Tim Pemantau Sanksi Dewan Keamanan PBB sebagai salah satu sumber kebangkitan ISIS.
Moskow dan Damaskus telah berulang kali mendesak AS untuk bekerja sama untuk menangani situasi di Rukban, di mana Rusia menawarkan untuk membantu menyediakan transportasi yang aman bagi para pengungsi kembali ke rumah mereka.
Sementara itu, beberapa pejabat Rusia tetap skeptis, meski Washington memutuskan untuk menarik semua pasukannya dari Suriah dalam waktu 60 hingga 100 hari ke depan. Mereka menilai penarikan pasukan itu dirancang untuk melepaskan tangan Washington terhadap militan di lapangan.
Aleksandr Sherin, Wakil Kepala Komite Pertahanan Negara Duma Rusia, mengatakan kepada RIA Novosti bahwa Washington dapat membidik penolakan yang masuk akal dalam provokasi masa depan oleh pasukan anti-Assad.
Anggota parlemen itu juga menduga Washington ingin mendapatkan konsesi dari Moskow atas keputusannya itu.
Konstantin Kosachev, Ketua Komite Urusan Luar Negeri Senat Rusia, mengatakan situasi di Suriah saat ini membuat Washington bertempur tanpa musuh formal. Menurutnya, satu-satunya pilihan yang tersisa adalah memang menarik diri dengan sungguh-sungguh atau mengakui bahwa pertarungan mereka yang sebenarnya adalah melawan pemerintah Bashar al-Assad.
Kalau pun pasukan Amerika sepenuhnya hengkang, Kosachev tidak optimistis melihat perubahan nyata dalam lanskap kekuasaan Suriah. Dia percaya Washington kemungkinan besar akan terus menarik tali melalui sekutu-sekutunya di lapangan.
Saat mengumumkan langkah itu pada hari Rabu, Gedung Putih menegaskan bahwa keputusan pemerintah Trump tidak menandai akhir dari Koalisi Internasional maupun kampanye anti-terornya.
(mas)