Trump Tarik Pasukan AS dari Suriah Dianggap Kemenangan Putin
A
A
A
WASHINGTON - Keputusan Presiden Donald Trump yang menyatakan ISIS kalah dan memerintahkan penarikan penuh pasukan Amerika Serikat (AS) dari Suriah menuai kecaman dan kemarahan di Washington. Bahkan, seorang pejabat Pentagon mengkritiknya dengan menganggapnya sebagai kemenangan Rusia dan Presiden Vladimir Putin.
Trump pada hari Rabu pagi waktu Washington menyatakan kemenangan atas kelompok Islamic State atau ISIS. Dia lantas memerintahkan penarikan sekitar 2.000 pasukan AS dari Suriah dalam 60 hingga 100 hari ke depan.
Presiden Amerika itu sejatinya sudah secara terbuka menyampaikan niatnya untuk menarikan pasukan AS dari Suriah pada bulan Maret. Namun, para pejabat senior di pemerintahannya mengatakan bahwa pasukan Amerika Serikat akan tinggal di negeri Presiden Bashar al-Assad itu tanpa batas.
Jake Tapper, jurnalis CNN, mengutip seorang pejabat Pentagon yang berbicara dalam kondisi anonim bahwa keputusan Trump sebagai kemenangan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Menanggapi hal ini, seorang pejabat Pentagon bertanya kepada saya; jadi kapan Rusia mengumumkan kemenangan mereka?," tulis Tapper di Twitter via akun @jaketapper, yang dikutip Kamis (20/12/2018).
Mantan penasihat kebijakan luar negeri Hillary Clinton, Jesse Lehrich, menyesalkan keputusan penarikan pasukan AS. Dia menilai langkah itu akan membesarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan memperkuat Rusia dan Iran.
"Tidak ada jawaban yang mudah di Suriah dan mendapatkan pasukan pulang ke rumah adalah tujuan yang layak, tapi 1. Ini bohong—Pentagon mengatakan demikian. 2. Penarikan tiba-tiba tidak hanya akan menghirup kehidupan baru bagi ISIS, tetapi juga banyak bahaya bagi sekutu kita dan tujuan strategis di wilayah itu," ujarnya.
Senator Republik, Marco Rubio, juga tidak setuju dengan penarikan pasukan AS. "Itu kesalahan kolosal dan kesalahan besar yang akan memiliki dampak signifikan dalam tahun-tahun dan bulan-bulan mendatang," katanya.
Rubio menggemakan penilaian Lehrich bahwa penarikan AS akan mengubah Suriah condong ke Rusia dan Iran. Menurutnya, langkah itu bisa mengarah pada konflik lain antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran. "Dan memberi kekuatan pada argumen (hipotetis) oleh Rusia dan China bahwa Washington sekutu yang tidak bisa diandalkan," kata Rubio, seperti dikutip NBC News.
Senator Republik lainnya, Lindsey Graham, mengatakan penarikan pasukan itu itu akan menjadi kesalahan besar seperti yang dilakukan Obama, yang memungkinkan kebangkitan ISIS dan menempatkan Kurdi dalam bahaya.
"Dengan segala hormat, ISIS tidak dikalahkan di Suriah, Irak, dan setelah baru pulang dari berkunjung ke sana, tentu saja bukan Afghanistan," katanya.
Ahli Suriah dari Dewan Atlantik, Faysal Itani, juga kecewa dengan prediksinya. "Saya berharap ISIS akan kembali dalam beberapa bentuk dalam setahun, dan mengusir Iran dari Suriah tidak akan tercapai jika AS tidak di Suriah sama sekali," katanya kepada The National.
Trump pada hari Rabu pagi waktu Washington menyatakan kemenangan atas kelompok Islamic State atau ISIS. Dia lantas memerintahkan penarikan sekitar 2.000 pasukan AS dari Suriah dalam 60 hingga 100 hari ke depan.
Presiden Amerika itu sejatinya sudah secara terbuka menyampaikan niatnya untuk menarikan pasukan AS dari Suriah pada bulan Maret. Namun, para pejabat senior di pemerintahannya mengatakan bahwa pasukan Amerika Serikat akan tinggal di negeri Presiden Bashar al-Assad itu tanpa batas.
Jake Tapper, jurnalis CNN, mengutip seorang pejabat Pentagon yang berbicara dalam kondisi anonim bahwa keputusan Trump sebagai kemenangan bagi Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Menanggapi hal ini, seorang pejabat Pentagon bertanya kepada saya; jadi kapan Rusia mengumumkan kemenangan mereka?," tulis Tapper di Twitter via akun @jaketapper, yang dikutip Kamis (20/12/2018).
Mantan penasihat kebijakan luar negeri Hillary Clinton, Jesse Lehrich, menyesalkan keputusan penarikan pasukan AS. Dia menilai langkah itu akan membesarkan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan memperkuat Rusia dan Iran.
"Tidak ada jawaban yang mudah di Suriah dan mendapatkan pasukan pulang ke rumah adalah tujuan yang layak, tapi 1. Ini bohong—Pentagon mengatakan demikian. 2. Penarikan tiba-tiba tidak hanya akan menghirup kehidupan baru bagi ISIS, tetapi juga banyak bahaya bagi sekutu kita dan tujuan strategis di wilayah itu," ujarnya.
Senator Republik, Marco Rubio, juga tidak setuju dengan penarikan pasukan AS. "Itu kesalahan kolosal dan kesalahan besar yang akan memiliki dampak signifikan dalam tahun-tahun dan bulan-bulan mendatang," katanya.
Rubio menggemakan penilaian Lehrich bahwa penarikan AS akan mengubah Suriah condong ke Rusia dan Iran. Menurutnya, langkah itu bisa mengarah pada konflik lain antara Israel dan Hizbullah yang didukung Iran. "Dan memberi kekuatan pada argumen (hipotetis) oleh Rusia dan China bahwa Washington sekutu yang tidak bisa diandalkan," kata Rubio, seperti dikutip NBC News.
Senator Republik lainnya, Lindsey Graham, mengatakan penarikan pasukan itu itu akan menjadi kesalahan besar seperti yang dilakukan Obama, yang memungkinkan kebangkitan ISIS dan menempatkan Kurdi dalam bahaya.
"Dengan segala hormat, ISIS tidak dikalahkan di Suriah, Irak, dan setelah baru pulang dari berkunjung ke sana, tentu saja bukan Afghanistan," katanya.
Ahli Suriah dari Dewan Atlantik, Faysal Itani, juga kecewa dengan prediksinya. "Saya berharap ISIS akan kembali dalam beberapa bentuk dalam setahun, dan mengusir Iran dari Suriah tidak akan tercapai jika AS tidak di Suriah sama sekali," katanya kepada The National.
(mas)