Belanja Pertahanan AS Rp10.217 Triliun, Trump Bilang Gila!
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump tiba-tiba mengeluhkan anggaran belanja pertahanan Amerika Serikat (AS) untuk tahun ini yang dia sebut "gila" karena mencapai USD716 miliar atau lebih dari Rp10.217 triliun.
Dia juga ingin melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perlombaan senjata yang tak terkendali.
"Saya yakin bahwa, pada suatu saat di masa depan, Presiden Xi dan saya, bersama dengan Presiden Putin dari Rusia, akan mulai berbicara tentang penghentian yang berarti terhadap apa yang telah menjadi perlombaan senjata yang besar dan tak terkendali. AS menghabiskan 716 miliar dolar tahun ini. Gila!," tulis Trump di akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, yang dikutip SINDOnews, Selasa (4/12/2018).
Pernyataan pemimpin Gedung Putih ini mengejutkan, karena pihaknya sendiri yang selama ini memperjuangan anggaran belanja pertahanan AS yang gila-gilaan. Pada Agustus lalu, Trump menandatangani rancangan undang-undang belanja pertahanan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah meningkatkan serangan verbalnya terhadap Rusia terkait program senjata dan mengumumkan niatnya untuk menarik AS keluar dari perjanjian senjata nuklir era Perang Dingin atau Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty.
Anggaran belanja pertahanan AS USD 716 miliar merupakan kenaikan terbesar bagi militer Amerika dalam hampir satu dekade.
CNBC mengutip pernyataan Trump saat dia membanggakan kenaikan belanja pertahanan AS yang kini dia keluhkan. "RUU belanja pertahanan adalah investasi paling signifikan dalam militer kita dan pejuang perang kita dalam sejarah modern," kata Trump Agustus lalu.
Presiden Trump mengatakan pada saat itu bahwa dia tidak punya pilihan selain mendanai militer AS. "Karena kami harus memiliki militer terkuat di dunia," ujarnya.
AS dan Rusia secara kolektif memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia. Sedangkan China telah berulang kali dipandang administrasi Trump sebagai rival yang mencoba melemahkan Amerika Serikat di panggung dunia.
Dalam Strategi Keamanan Nasional, sebuah dokumen yang menguraikan prioritas pertahanan pemerintah, Gedung Putih pada akhir 2017 menyatakan; "China dan Rusia menantang kekuatan, pengaruh, dan kepentingan Amerika, berusaha mengikis keamanan dan kemakmuran Amerika."
"Mereka bertekad untuk membuat ekonomi kurang bebas dan kurang adil, untuk mengembangkan militer mereka, dan untuk mengendalikan informasi dan data guna menekan masyarakat mereka dan memperluas pengaruh mereka," imbuh pernyataan pemerintah AS dalam dokumen tersebut.
Terkait pernyataan Trump yang tiba-tiba mengeluhkan besarnya belanja pertahanan, Pentagon tidak menanggapi permintaan media untuk komentar. Menteri Pertahanan James Mattis mengklaim bahwa dia tidak melihat tweet sang presiden.
Sementara itu, Kremlin menyatakan bahwa Putin diperkirakan akan membahas perjanjian senjata nuklir dengan Trump selama pertemuan yang direncanakan di KTT G20 di Buenos Aires. "Tapi, sayangnya, seperti yang Anda tahu, pertemuan itu tidak pernah terjadi," kata Kremlin melalui seorang juru bicaranya.
Dia juga ingin melakukan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping untuk mengakhiri perlombaan senjata yang tak terkendali.
"Saya yakin bahwa, pada suatu saat di masa depan, Presiden Xi dan saya, bersama dengan Presiden Putin dari Rusia, akan mulai berbicara tentang penghentian yang berarti terhadap apa yang telah menjadi perlombaan senjata yang besar dan tak terkendali. AS menghabiskan 716 miliar dolar tahun ini. Gila!," tulis Trump di akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, yang dikutip SINDOnews, Selasa (4/12/2018).
Pernyataan pemimpin Gedung Putih ini mengejutkan, karena pihaknya sendiri yang selama ini memperjuangan anggaran belanja pertahanan AS yang gila-gilaan. Pada Agustus lalu, Trump menandatangani rancangan undang-undang belanja pertahanan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Trump telah meningkatkan serangan verbalnya terhadap Rusia terkait program senjata dan mengumumkan niatnya untuk menarik AS keluar dari perjanjian senjata nuklir era Perang Dingin atau Intermediate-Range Nuclear Forces (INF) Treaty.
Anggaran belanja pertahanan AS USD 716 miliar merupakan kenaikan terbesar bagi militer Amerika dalam hampir satu dekade.
CNBC mengutip pernyataan Trump saat dia membanggakan kenaikan belanja pertahanan AS yang kini dia keluhkan. "RUU belanja pertahanan adalah investasi paling signifikan dalam militer kita dan pejuang perang kita dalam sejarah modern," kata Trump Agustus lalu.
Presiden Trump mengatakan pada saat itu bahwa dia tidak punya pilihan selain mendanai militer AS. "Karena kami harus memiliki militer terkuat di dunia," ujarnya.
AS dan Rusia secara kolektif memiliki lebih dari 90 persen senjata nuklir dunia. Sedangkan China telah berulang kali dipandang administrasi Trump sebagai rival yang mencoba melemahkan Amerika Serikat di panggung dunia.
Dalam Strategi Keamanan Nasional, sebuah dokumen yang menguraikan prioritas pertahanan pemerintah, Gedung Putih pada akhir 2017 menyatakan; "China dan Rusia menantang kekuatan, pengaruh, dan kepentingan Amerika, berusaha mengikis keamanan dan kemakmuran Amerika."
"Mereka bertekad untuk membuat ekonomi kurang bebas dan kurang adil, untuk mengembangkan militer mereka, dan untuk mengendalikan informasi dan data guna menekan masyarakat mereka dan memperluas pengaruh mereka," imbuh pernyataan pemerintah AS dalam dokumen tersebut.
Terkait pernyataan Trump yang tiba-tiba mengeluhkan besarnya belanja pertahanan, Pentagon tidak menanggapi permintaan media untuk komentar. Menteri Pertahanan James Mattis mengklaim bahwa dia tidak melihat tweet sang presiden.
Sementara itu, Kremlin menyatakan bahwa Putin diperkirakan akan membahas perjanjian senjata nuklir dengan Trump selama pertemuan yang direncanakan di KTT G20 di Buenos Aires. "Tapi, sayangnya, seperti yang Anda tahu, pertemuan itu tidak pernah terjadi," kata Kremlin melalui seorang juru bicaranya.
(mas)