Abe-Putin Tunjuk Negosiator untuk Perjanjian Damai dan Sengketa Pulau
A
A
A
BUENOS AIRES - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat menunjuk menteri luar negeri kedua negara mengawasi pembicaraan untuk perjanjian damai guna mempercepat perundingan.
Dalam pertemuan 45 menit mereka di sela-sela KTT Kelompok 20, Abe dan Putin sepakat bahwa Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono dan koleganya dari Rusia Sergei Lavrov akan bertemu untuk meletakkan landasan bagi KTT berikutnya di Rusia yang dijadwalkan bulan Januari.
Deputi Senior Menteri Luar Negeri Takeo Mori dan Wakil Menteri Luar Negeri Igor Morgulov ditunjuk sebagai pemimpin negosiator tingkat kerja, dengan keduanya menerima instruksi langsung dari pemimpin masing-masing.
Selama pertemuan, Putin menyambut baik seringnya pertemuan antara kedua pemimpin. Sebelumnya Putin dan Abe telah mengadakan pembicaraan di Singapura dua minggu lalu dan di kota Rusia Vladivostok pada bulan September.
"(Rusia) senang bahwa kami sekarang memiliki jadwal kerja bersama yang sibuk," kata Putin kepada Abe dalam pertemuan ke-24 antara kedua pemimpin itu.
"Saya ingin memperluas kerja sama kami di semua bidang untuk membawa hubungan Jepang-Rusia ke tingkat yang baru," Abe menanggapi.
"Saya berharap untuk diskusi yang solid yang berpusat pada perjanjian damai, berdasarkan hasil pertemuan kami di Singapura," tambahnya seperti dikutip dari Nikkei, Minggu (2/12/2018).
Abe juga mengatakan dia ingin melanjutkan kerja sama menuju kegiatan ekonomi bersama di pulau-pulau yang disengketakan dan langkah-langkah kemanusiaan untuk eks penduduk, serta untuk berkolaborasi dalam masalah keamanan.
Sengketa atas Kepulauan Kuril selatan, yang dikelola oleh Rusia dan diklaim oleh Jepang sebagai Wilayah Utara, telah mencegah kedua negara itu menandatangani perjanjian damai pasca-Perang Dunia II. Abe dan Putin bulan lalu setuju untuk memajukan negosiasi berdasarkan perjanjian 1956 di mana Uni Soviet pada waktu itu setuju untuk menyerahkan dua pulau itu setelah menandatangani sebuah perjanjian.
Setelah KTT, Putin mengatakan pada konferensi pers bahwa kedua pemimpin sepakat untuk menciptakan mekanisme kerja sama baru dan meningkatkan tingkat kepercayaan antara kedua belah pihak dengan memperluas kontak kemanusiaan dan hubungan ekonomi.
KTT itu datang di tengah ketegangan baru antara AS dan Rusia atas penyitaan terakhir tiga kapal angkatan laut Ukraina yang melakukan perjalanan melalui Selat Kerch, yang menghubungkan Laut Hitam ke Laut Azov. AS mengutuk penyitaan itu, menyebutnya sebagai eskalasi sembrono Rusia, dan membatalkan pembicaraan yang direncanakan antara Presiden AS Donald Trump dan Putin di sela-sela KTT G-20.
Abe mengatakan kepada Putin bahwa Jepang sedang berusaha untuk membebaskan pada awak kapal dan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi eskalasi.
Dalam pertemuan 45 menit mereka di sela-sela KTT Kelompok 20, Abe dan Putin sepakat bahwa Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono dan koleganya dari Rusia Sergei Lavrov akan bertemu untuk meletakkan landasan bagi KTT berikutnya di Rusia yang dijadwalkan bulan Januari.
Deputi Senior Menteri Luar Negeri Takeo Mori dan Wakil Menteri Luar Negeri Igor Morgulov ditunjuk sebagai pemimpin negosiator tingkat kerja, dengan keduanya menerima instruksi langsung dari pemimpin masing-masing.
Selama pertemuan, Putin menyambut baik seringnya pertemuan antara kedua pemimpin. Sebelumnya Putin dan Abe telah mengadakan pembicaraan di Singapura dua minggu lalu dan di kota Rusia Vladivostok pada bulan September.
"(Rusia) senang bahwa kami sekarang memiliki jadwal kerja bersama yang sibuk," kata Putin kepada Abe dalam pertemuan ke-24 antara kedua pemimpin itu.
"Saya ingin memperluas kerja sama kami di semua bidang untuk membawa hubungan Jepang-Rusia ke tingkat yang baru," Abe menanggapi.
"Saya berharap untuk diskusi yang solid yang berpusat pada perjanjian damai, berdasarkan hasil pertemuan kami di Singapura," tambahnya seperti dikutip dari Nikkei, Minggu (2/12/2018).
Abe juga mengatakan dia ingin melanjutkan kerja sama menuju kegiatan ekonomi bersama di pulau-pulau yang disengketakan dan langkah-langkah kemanusiaan untuk eks penduduk, serta untuk berkolaborasi dalam masalah keamanan.
Sengketa atas Kepulauan Kuril selatan, yang dikelola oleh Rusia dan diklaim oleh Jepang sebagai Wilayah Utara, telah mencegah kedua negara itu menandatangani perjanjian damai pasca-Perang Dunia II. Abe dan Putin bulan lalu setuju untuk memajukan negosiasi berdasarkan perjanjian 1956 di mana Uni Soviet pada waktu itu setuju untuk menyerahkan dua pulau itu setelah menandatangani sebuah perjanjian.
Setelah KTT, Putin mengatakan pada konferensi pers bahwa kedua pemimpin sepakat untuk menciptakan mekanisme kerja sama baru dan meningkatkan tingkat kepercayaan antara kedua belah pihak dengan memperluas kontak kemanusiaan dan hubungan ekonomi.
KTT itu datang di tengah ketegangan baru antara AS dan Rusia atas penyitaan terakhir tiga kapal angkatan laut Ukraina yang melakukan perjalanan melalui Selat Kerch, yang menghubungkan Laut Hitam ke Laut Azov. AS mengutuk penyitaan itu, menyebutnya sebagai eskalasi sembrono Rusia, dan membatalkan pembicaraan yang direncanakan antara Presiden AS Donald Trump dan Putin di sela-sela KTT G-20.
Abe mengatakan kepada Putin bahwa Jepang sedang berusaha untuk membebaskan pada awak kapal dan bahwa Rusia akan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi eskalasi.
(ian)