Eksperimen Mewujudkan Manusia Super Terus Dilakukan
A
A
A
HONG KONG - Upaya mewujudkan manusia super secara fisik, termasuk kebal penyakit, mendekati kenyataan? Itu yang kini tengah digarap ilmuwan asal China, He Jiankui.
Walaupun mengundang kontroversi di kalangan ilmuwan, dia sukses memodifikasi embrio manusia agar kebal terhadap penyakit HIV. Keberhasilan tersebut diumumkan Jiankui di sela-sela acara KTT Internasional II tentang Modifikasi Genom Manusia di Hong Kong.
Dia menggunakan CRISPR/Cas9 untuk memodifikasi DNA bayi kembar yang terlahir pada bulan lalu. Bayi itu diyakini tahan terhadap penyakit HIV. Gen embrionya sudah diubah sebelum dimasukkan ke rahim ibunya.
Dia mengaku menerima sukarelawan dari beberapa pasangan yang mengidap HIV dan menggunakan fertilisasi vitro untuk menciptakan embrio yang tahan terhadap virus penyebab HIV/AIDS. Caranya dia melumpuhkan gen CCR5 yang berfungsi memberikan protein terhadap HIV untuk memasuki sel.
Eksperimen itu berjalan mulus di dua bayi kembar tanpa mengalami efek samping atau gejala apa pun. Jiankui melakukan semua ini karena penderita HIV sering mengalami diskriminasi di negaranya.
“Saya tidak hanya ingin menjadi yang pertama memodifikasi gen embrio manusia, tapi juga memberikan contoh. Masyarakat yang akan memutuskan kelanjutannya,” imbuh Jiankui. Dia mengaku mendapatkan izin operasi dari Dewan Kode Etik Rumah Sakit Shenzhen Harmonicare, tetapi pihak rumah sakit membantah.
Sejauh ini Jiankui tidak memublikasikan hasil riset, data, atau bukti apa pun. Namun banyak ahli yang mengakui kejeniusan dan keakuratan penelitian Jiankui di bidang kesehatan. Meski demikian sebagian besar mengkhawatirkan langkah tersebut.
“Ini mengerikan,” ujar Dr Alexander Marson, ahli modifikasi gen dari Universitas California, San Fransisco, Amerika Serikat, seperti dikutip nytimes.com. “Saya kira ini benar-benar gila,” kata Direktur Pusat Terapi Embrionik Sel dan Gen di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Oregon, Shoukhrat Mitalipov.
Mitalipov juga berhasil mencabut mutasi berbahaya dari dalam embrio manusia. Apa yang dilakukan He Jiankui ini seolah menjawab kekhawatiran para ilmuwan sejak penemuan teknik modifikasi gen CRISPR/Cas9.
Mereka sudah sadar suatu saat alat itu akan digunakan di dalam embrio manusia. Sebagian negara melarang keras operasi tersebut karena khawatir akan disalahgunakan untuk mengubah kodrat manusia, mulai dari warna mata hingga kecerdasan.
AS bersama negara lain melarang keras praktik modifikasi gen di dalam embrio manusia. Kendati di China lebih longgar, sebagian besar ilmuwan lokal tetap menentang penerapan CRISPR/Cas9 terhadap manusia.
Sebanyak 122 ilmuwan China menilai aksi Jiankui gila dan merusak reputasi dan pamor global ilmuwan China. Para ahli mengatakan, jika embrio manusia dapat dimodifikasi, masa depan manusia dikhawatirkan akan menjadi pertaruhannya. Kendati di atas kertas tampak memberikan keuntungan, modifikasi gen tidak sempurna 100%.
Untaian DNA yang dipotong dan diganti DNA lain dapat berubah menuju arah yang tidak terduga. Perguruan tinggi tempat Jiankui bekerja, Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Selatan China, menyatakan Jiankui keluar sejak Februari.
Mereka juga mengkritik proyek itu karena melanggar norma akademik dan etika. Kementerian Kesehatan China meminta komisi di bawahnya untuk menyelidiki klaim Jiankui. Sekitar tiga bulan yang lalu, Jiankui sudah pernah merepresentasikan hasil perombakan gen CCR5 di dalam sembilan embrio di New York.
Namun selama konferensi yang digelar penemu CRISPR Jennifer Doudna itu, Jiankui tidak menyebutkan embrio tersebut dimasukkan ke dalam rahim perempuan karena merasa takut.
Peneliti kanker dari Institut Teknologi Massachussett, Richard Hynes, yang memimpin tim penasihat modifikasi gen untuk Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional dan Akademi Kesehatan Nasional mengatakan, modifikasi gen hanya boleh dilakukan atas alasan medis.
Operasinya harus diawasi secara ketat, dikawal, dan diperhatikan. Menurut Hynes, laki-laki yang mengidap HIV tidak akan dapat menginfeksi embrio. Sperma laki-laki yang terjangkit virus penyebab AIDS hanya dapat menginfeksi pasangannya. Virus itu akan hilang sebelum inseminasi.
Dokter juga dapat menyuntikkan sperma tunggal menuju sel telur sehingga perempuan dan bayi lebih aman. Pemerintah China menyatakan akan menahan seluruh operasi Jiankui. Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, Xu Nanping, mengatakan sejauh ini klaim Jiankui masih diselidiki.
Namun sebagian media melaporkan, Jiankui melanggar aturan hukum China dan merusak dasar-dasar moral dan etika akademik lokal. “Laporan ini sungguh mengejutkan dan tidak dapat diterima. Kami menentang segala bentuk modifikasi embrio,” kata Xu.
Penangguhan yang dijatuhkan terhadap Jiankui dikeluarkan setelah tingginya kritikan dan tekanan dari para ilmuwan, baik domestik ataupun internasional. Mereka khawatir dengan dampak modifikasi embrio.
Xu sebelumnya mengatakan eksperimen modifikasi gen di dalam embrio diperbolehkan untuk tujuan riset. Namun Jiankui melakukannya secara diam-diam dan hanya berkonsultasi dengan ilmuwan asing. Meski kabarnya menyebar luas, sebagian ilmuwan meragukan keberhasilan penelitian Jiankui yang kemungkinannya amat kecil.
Walaupun mengundang kontroversi di kalangan ilmuwan, dia sukses memodifikasi embrio manusia agar kebal terhadap penyakit HIV. Keberhasilan tersebut diumumkan Jiankui di sela-sela acara KTT Internasional II tentang Modifikasi Genom Manusia di Hong Kong.
Dia menggunakan CRISPR/Cas9 untuk memodifikasi DNA bayi kembar yang terlahir pada bulan lalu. Bayi itu diyakini tahan terhadap penyakit HIV. Gen embrionya sudah diubah sebelum dimasukkan ke rahim ibunya.
Dia mengaku menerima sukarelawan dari beberapa pasangan yang mengidap HIV dan menggunakan fertilisasi vitro untuk menciptakan embrio yang tahan terhadap virus penyebab HIV/AIDS. Caranya dia melumpuhkan gen CCR5 yang berfungsi memberikan protein terhadap HIV untuk memasuki sel.
Eksperimen itu berjalan mulus di dua bayi kembar tanpa mengalami efek samping atau gejala apa pun. Jiankui melakukan semua ini karena penderita HIV sering mengalami diskriminasi di negaranya.
“Saya tidak hanya ingin menjadi yang pertama memodifikasi gen embrio manusia, tapi juga memberikan contoh. Masyarakat yang akan memutuskan kelanjutannya,” imbuh Jiankui. Dia mengaku mendapatkan izin operasi dari Dewan Kode Etik Rumah Sakit Shenzhen Harmonicare, tetapi pihak rumah sakit membantah.
Sejauh ini Jiankui tidak memublikasikan hasil riset, data, atau bukti apa pun. Namun banyak ahli yang mengakui kejeniusan dan keakuratan penelitian Jiankui di bidang kesehatan. Meski demikian sebagian besar mengkhawatirkan langkah tersebut.
“Ini mengerikan,” ujar Dr Alexander Marson, ahli modifikasi gen dari Universitas California, San Fransisco, Amerika Serikat, seperti dikutip nytimes.com. “Saya kira ini benar-benar gila,” kata Direktur Pusat Terapi Embrionik Sel dan Gen di Universitas Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan Oregon, Shoukhrat Mitalipov.
Mitalipov juga berhasil mencabut mutasi berbahaya dari dalam embrio manusia. Apa yang dilakukan He Jiankui ini seolah menjawab kekhawatiran para ilmuwan sejak penemuan teknik modifikasi gen CRISPR/Cas9.
Mereka sudah sadar suatu saat alat itu akan digunakan di dalam embrio manusia. Sebagian negara melarang keras operasi tersebut karena khawatir akan disalahgunakan untuk mengubah kodrat manusia, mulai dari warna mata hingga kecerdasan.
AS bersama negara lain melarang keras praktik modifikasi gen di dalam embrio manusia. Kendati di China lebih longgar, sebagian besar ilmuwan lokal tetap menentang penerapan CRISPR/Cas9 terhadap manusia.
Sebanyak 122 ilmuwan China menilai aksi Jiankui gila dan merusak reputasi dan pamor global ilmuwan China. Para ahli mengatakan, jika embrio manusia dapat dimodifikasi, masa depan manusia dikhawatirkan akan menjadi pertaruhannya. Kendati di atas kertas tampak memberikan keuntungan, modifikasi gen tidak sempurna 100%.
Untaian DNA yang dipotong dan diganti DNA lain dapat berubah menuju arah yang tidak terduga. Perguruan tinggi tempat Jiankui bekerja, Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Selatan China, menyatakan Jiankui keluar sejak Februari.
Mereka juga mengkritik proyek itu karena melanggar norma akademik dan etika. Kementerian Kesehatan China meminta komisi di bawahnya untuk menyelidiki klaim Jiankui. Sekitar tiga bulan yang lalu, Jiankui sudah pernah merepresentasikan hasil perombakan gen CCR5 di dalam sembilan embrio di New York.
Namun selama konferensi yang digelar penemu CRISPR Jennifer Doudna itu, Jiankui tidak menyebutkan embrio tersebut dimasukkan ke dalam rahim perempuan karena merasa takut.
Peneliti kanker dari Institut Teknologi Massachussett, Richard Hynes, yang memimpin tim penasihat modifikasi gen untuk Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional dan Akademi Kesehatan Nasional mengatakan, modifikasi gen hanya boleh dilakukan atas alasan medis.
Operasinya harus diawasi secara ketat, dikawal, dan diperhatikan. Menurut Hynes, laki-laki yang mengidap HIV tidak akan dapat menginfeksi embrio. Sperma laki-laki yang terjangkit virus penyebab AIDS hanya dapat menginfeksi pasangannya. Virus itu akan hilang sebelum inseminasi.
Dokter juga dapat menyuntikkan sperma tunggal menuju sel telur sehingga perempuan dan bayi lebih aman. Pemerintah China menyatakan akan menahan seluruh operasi Jiankui. Wakil Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi China, Xu Nanping, mengatakan sejauh ini klaim Jiankui masih diselidiki.
Namun sebagian media melaporkan, Jiankui melanggar aturan hukum China dan merusak dasar-dasar moral dan etika akademik lokal. “Laporan ini sungguh mengejutkan dan tidak dapat diterima. Kami menentang segala bentuk modifikasi embrio,” kata Xu.
Penangguhan yang dijatuhkan terhadap Jiankui dikeluarkan setelah tingginya kritikan dan tekanan dari para ilmuwan, baik domestik ataupun internasional. Mereka khawatir dengan dampak modifikasi embrio.
Xu sebelumnya mengatakan eksperimen modifikasi gen di dalam embrio diperbolehkan untuk tujuan riset. Namun Jiankui melakukannya secara diam-diam dan hanya berkonsultasi dengan ilmuwan asing. Meski kabarnya menyebar luas, sebagian ilmuwan meragukan keberhasilan penelitian Jiankui yang kemungkinannya amat kecil.
(don)