Tragedi Lion Air JT610, Boeing Dianggap 'Rahasiakan' Fitur Keselamatan
A
A
A
WASHINGTON - Dua serikat pilot Amerika Serikat (AS) mengecam pihak Boeing karena gagal menjelaskan dengan benar fitur keselamatan 737 Max di manual pesawat. Tindakan "merahasiakan" fitur itu dianggap berkontribusi pada tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di perairan Karawang, Indonesia.
Pesawat pembawa 189 orang itu jatuh pada 29 Oktober 2018. Tak ada yang selamat dalam penerbangan tersebut.
Menurut Federal Aviation Administration (FAA) AS dan Boeing, fitur keselamatan baru pada pesawat Lion Air tersebut tidak berfungsi. Dalam investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), alat sensor "angle of attack" pada pesawat Lion Air JT610 itu diganti sehari sebelum pesawat jatuh.
Para pilot AS menyatakan apa yang harus dilakukan jika fitur keselamatan malfungsi, tidak ada dalam manual pesawat.
"Perusahaan-perusahaan dan para pilot seharusnya diberitahu," kata Jon Weaks, presiden Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan Barat, kepada Bloomberg, Selasa (13/11/2018).
“Itu membuat kita bertanya, 'Apakah itu segalanya, kawan?' Saya berharap tidak ada lagi kejutan di luar sana," ujarnya.
Pengawasan tersebut telah dikoreksi oleh Boeing, tetapi tidak pada waktunya untuk berpotensi membantu pilot penerbangan Lion Air yang nahas itu.
Sebelumnya pada bulan November, Boeing mengeluarkan pembaruan keselamatan untuk pilot yang menerbangkan pesawat 737 MAX. Perusahaan itu memperingatkan kemungkinan kesalahan dalam sensor yang dapat mengirim pesawat ke titik nukleat yang mematikan.
Sensor itu mengukur aliran udara di atas sayap pesawat, tetapi kegagalannya dapat menyebabkan stan aerodinamis.
FAA juga mengeluarkan sejumlah pembaruan keselamatan setelah kecelakaan Lion Air JT610.
Dennis Tajer, seorang kapten 737 dan juru bicara Asosiasi Pilot di American Airlines Group Inc., mengatakan anggota serikatnya juga prihatin.
"Ini bukan tentang silo dan lapisan birokrasi, ini tentang mengetahui pesawat Anda," kata Tajer. "Kami akan selalu bersemangat dan agresif dalam mendapatkan pengetahuan tentang pesawat baru."
Pesawat pembawa 189 orang itu jatuh pada 29 Oktober 2018. Tak ada yang selamat dalam penerbangan tersebut.
Menurut Federal Aviation Administration (FAA) AS dan Boeing, fitur keselamatan baru pada pesawat Lion Air tersebut tidak berfungsi. Dalam investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), alat sensor "angle of attack" pada pesawat Lion Air JT610 itu diganti sehari sebelum pesawat jatuh.
Para pilot AS menyatakan apa yang harus dilakukan jika fitur keselamatan malfungsi, tidak ada dalam manual pesawat.
"Perusahaan-perusahaan dan para pilot seharusnya diberitahu," kata Jon Weaks, presiden Asosiasi Pilot Maskapai Penerbangan Barat, kepada Bloomberg, Selasa (13/11/2018).
“Itu membuat kita bertanya, 'Apakah itu segalanya, kawan?' Saya berharap tidak ada lagi kejutan di luar sana," ujarnya.
Pengawasan tersebut telah dikoreksi oleh Boeing, tetapi tidak pada waktunya untuk berpotensi membantu pilot penerbangan Lion Air yang nahas itu.
Sebelumnya pada bulan November, Boeing mengeluarkan pembaruan keselamatan untuk pilot yang menerbangkan pesawat 737 MAX. Perusahaan itu memperingatkan kemungkinan kesalahan dalam sensor yang dapat mengirim pesawat ke titik nukleat yang mematikan.
Sensor itu mengukur aliran udara di atas sayap pesawat, tetapi kegagalannya dapat menyebabkan stan aerodinamis.
FAA juga mengeluarkan sejumlah pembaruan keselamatan setelah kecelakaan Lion Air JT610.
Dennis Tajer, seorang kapten 737 dan juru bicara Asosiasi Pilot di American Airlines Group Inc., mengatakan anggota serikatnya juga prihatin.
"Ini bukan tentang silo dan lapisan birokrasi, ini tentang mengetahui pesawat Anda," kata Tajer. "Kami akan selalu bersemangat dan agresif dalam mendapatkan pengetahuan tentang pesawat baru."
(mas)