Putra Mahkota MBS Luncurkan Proyek Nuklir Pertama Saudi
A
A
A
RIYADH - Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) meluncurkan proyek reaktor nuklir pertama di kerajaan itu. Putra Raja Salman bin Abdulaziz ini pernah mengungkapkan kesiapan negaranya untuk mengembangkan senjata nuklir jika Iran melakukannya.
Mengutip Saudi Press Agency (SPA), MBS meluncurkan tujuh proyek strategis di antaranya, energi atom, desalinasi air, obat genetik dan industri pesawat terbang selama kunjungannya ke King Abdulaziz City for Science and Technology pada hari Senin (5/11/2018).
Dari tujuh proyek yang diluncurkan, dua proyek yang paling signifikan adalah proyek reaktor riset nuklir dan pusat pengembangan struktur pesawat terbang.
Pada bulan Maret, MBS mengumumkan kesiapan Saudi untuk mengembangkan senjata nuklir dalam kasus jika Iran menuju ke arah itu.
"Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya," katanya kepada stasiun televisi AS, CBS, dalam sebuah wawancara.
Pada hari peluncuran proyek reaktor nuklir pertama Saudi, Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran. Sanksi terkeras Washington itu sebagai konsekuensi dari keputusan Presiden Donald Trump yang telah menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015.
Tahun lalu, Badan Energi Atom Internasional mengatakan pemerintah Saudi telah mengajukan proposal untuk pembangunan dua reaktor nuklir untuk meningkatkan pasokan listrik negara tersebut.
Kerajaan Saudi sedang mempertimbangkan untuk memiliki 17 reaktor nuklir guna menghasilkan listrik 17,6 gigawatt (GW) pada tahun 2032. Jika itu terealisasi, maka akan menjadi salah satu proyek terbesar di dunia.
Menurut kantor berita Reuters, Arab Saudi bertujuan untuk mengurangi jumlah minyak mentah yang dibakar di dalam negeri guna menghasilkan listrik dan memungkinkannya untuk menjual minyak mentahnya lebih banyak ke luar negeri.
Jika kerajaan melanjutkan dengan rencana itu, maka Saudi akan menjadi negara Arab Teluk kedua yang meluncurkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir setelah Uni Emirat Arab, yang membangun empat reaktor rancangan Korea Selatan.
Mengutip Saudi Press Agency (SPA), MBS meluncurkan tujuh proyek strategis di antaranya, energi atom, desalinasi air, obat genetik dan industri pesawat terbang selama kunjungannya ke King Abdulaziz City for Science and Technology pada hari Senin (5/11/2018).
Dari tujuh proyek yang diluncurkan, dua proyek yang paling signifikan adalah proyek reaktor riset nuklir dan pusat pengembangan struktur pesawat terbang.
Pada bulan Maret, MBS mengumumkan kesiapan Saudi untuk mengembangkan senjata nuklir dalam kasus jika Iran menuju ke arah itu.
"Arab Saudi tidak ingin mendapatkan bom nuklir, tetapi tanpa keraguan, jika Iran mengembangkan bom nuklir, kami akan segera mengikutinya," katanya kepada stasiun televisi AS, CBS, dalam sebuah wawancara.
Pada hari peluncuran proyek reaktor nuklir pertama Saudi, Amerika Serikat (AS) resmi memberlakukan seluruh sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran. Sanksi terkeras Washington itu sebagai konsekuensi dari keputusan Presiden Donald Trump yang telah menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015.
Tahun lalu, Badan Energi Atom Internasional mengatakan pemerintah Saudi telah mengajukan proposal untuk pembangunan dua reaktor nuklir untuk meningkatkan pasokan listrik negara tersebut.
Kerajaan Saudi sedang mempertimbangkan untuk memiliki 17 reaktor nuklir guna menghasilkan listrik 17,6 gigawatt (GW) pada tahun 2032. Jika itu terealisasi, maka akan menjadi salah satu proyek terbesar di dunia.
Menurut kantor berita Reuters, Arab Saudi bertujuan untuk mengurangi jumlah minyak mentah yang dibakar di dalam negeri guna menghasilkan listrik dan memungkinkannya untuk menjual minyak mentahnya lebih banyak ke luar negeri.
Jika kerajaan melanjutkan dengan rencana itu, maka Saudi akan menjadi negara Arab Teluk kedua yang meluncurkan proyek pembangkit listrik tenaga nuklir setelah Uni Emirat Arab, yang membangun empat reaktor rancangan Korea Selatan.
(mas)