Anggota DPR Kubu Oposisi Venezuela Tewas di Penjara
A
A
A
CARACAS - Seorang anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) Venezuala dari kubu oposisi tewas di dalam penjara pada hari Senin (8/10/2018). Politisi bernama Fernando Alban, 56, tersebut sedang dipenjara atas tuduhan terlibat upaya pembunuhan terhadap Presiden Nicolas Maduro melalui serangan drone awal Agustus lalu.
Pemerintah Presiden Maduro mengklaim Alban tewas karena bunuh diri. Namun, rekan-rekan korban dari kubu oposisi yakin Alban tewas akibat dibunuh.
Pemerintah Venezuela mengatakan anggota parlemen oposisi itu bunuh diri dengan melompat dari lantai 10 markas badan intelijen negara (SEBIN) di mana dia ditahan.
Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol mengatakan Alban ditahan sejak Jumat pekan lalu karena diduga terlibat dalam ledakan dua pesawat tak berawak (drone) selama parade militer pada Agustus yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro.
"Saat itu dia akan dibawa ke pengadilan, ketika dia berada di ruang tunggu SEBIN, dia melompat dari jendela gedung dan jatuh, yang menyebabkan kematiannya," tulis Reverol dalam sebuah posting di Twitter.
Keterangan berbeda disampaikan Kepala Kejaksaan Tarek Saab. Menurutnya, Alban telah meminta untuk menggunakan kamar mandi dan melompat dari sana.
Namun, Partai First Justice yang merupakan partai oposisi Venezuela yakin Alban dibunuh.
"Dengan rasa sakit yang luar biasa dan kehausan akan keadilan, kami memberi tahu rakyat Venezuela bahwa anggota dewan Fernando Alban dibunuh di tangan rezim Nicolas Maduro," kata partai dalam pernyataan, seperti dikutip Reuters, Selasa (9/10/2018).
Pemimpin oposisi Julio Borges, yang memimpin delegasi ke PBB, mengatakan istri Alban mengatakan kepadanya bahwa suaminya berada di bawah tekanan kuat untuk bersaksi dalam sidang pengadilan. Sidang itu terkait dugaan rencana pembunuhan terhadap Maduro menggunakan dua drone yang memuat bahan peledak.
Lebih dari dua lusin orang telah dipenjara karena dituduh terlibat. Maduro pernah mengatakan, serangan itu diatur oleh Borges dengan dukungan Kolombia dan Amerika Seriikat.
"Tidak diragukan lagi ini adalah pembunuhan," kata Borges dalam sebuah video dari Kolombia, tempat dia mengasingkan diri. "Satu-satunya yang tersisa bagi pemerintah ini adalah penyiksaan, kekerasan dan kehancuran."
Pemerintah Presiden Maduro mengklaim Alban tewas karena bunuh diri. Namun, rekan-rekan korban dari kubu oposisi yakin Alban tewas akibat dibunuh.
Pemerintah Venezuela mengatakan anggota parlemen oposisi itu bunuh diri dengan melompat dari lantai 10 markas badan intelijen negara (SEBIN) di mana dia ditahan.
Menteri Dalam Negeri Nestor Reverol mengatakan Alban ditahan sejak Jumat pekan lalu karena diduga terlibat dalam ledakan dua pesawat tak berawak (drone) selama parade militer pada Agustus yang dipimpin oleh Presiden Nicolas Maduro.
"Saat itu dia akan dibawa ke pengadilan, ketika dia berada di ruang tunggu SEBIN, dia melompat dari jendela gedung dan jatuh, yang menyebabkan kematiannya," tulis Reverol dalam sebuah posting di Twitter.
Keterangan berbeda disampaikan Kepala Kejaksaan Tarek Saab. Menurutnya, Alban telah meminta untuk menggunakan kamar mandi dan melompat dari sana.
Namun, Partai First Justice yang merupakan partai oposisi Venezuela yakin Alban dibunuh.
"Dengan rasa sakit yang luar biasa dan kehausan akan keadilan, kami memberi tahu rakyat Venezuela bahwa anggota dewan Fernando Alban dibunuh di tangan rezim Nicolas Maduro," kata partai dalam pernyataan, seperti dikutip Reuters, Selasa (9/10/2018).
Pemimpin oposisi Julio Borges, yang memimpin delegasi ke PBB, mengatakan istri Alban mengatakan kepadanya bahwa suaminya berada di bawah tekanan kuat untuk bersaksi dalam sidang pengadilan. Sidang itu terkait dugaan rencana pembunuhan terhadap Maduro menggunakan dua drone yang memuat bahan peledak.
Lebih dari dua lusin orang telah dipenjara karena dituduh terlibat. Maduro pernah mengatakan, serangan itu diatur oleh Borges dengan dukungan Kolombia dan Amerika Seriikat.
"Tidak diragukan lagi ini adalah pembunuhan," kata Borges dalam sebuah video dari Kolombia, tempat dia mengasingkan diri. "Satu-satunya yang tersisa bagi pemerintah ini adalah penyiksaan, kekerasan dan kehancuran."
(mas)