Eks Budak Seks ISIS dan Dokter Kongo Pemenang Nobel Perdamaian
A
A
A
OSLO - Mantan budak seks ISIS, Nadia Murad Basee Taha, dan dokter Kongo bernama Denis Mukwege pada hari Jumat (5/10/2018) dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2018. Mereka selama ini bekerja untuk menghilangkan kekerasan seksual sebagai senjata perang.
"Denis Mukwege dan Nadia Murad telah membuat kontribusi penting untuk memusatkan perhatian pada, dan pemberantasan kejahatan perang seperti itu," kata Komite Nobel Norwegia dalam pengumumannya.
“Denis Mukwege adalah pembantu yang mengabdikan hidupnya untuk membela para korban ini. Nadia Murad adalah saksi yang menceritakan tentang pelanggaran yang dilakukan terhadap dirinya sendiri dan lainnya," lanjut komite tersebut.
Dokter Mukwege telah merawat ribuan wanita di Kongo, banyak di antaranya menjadi korban perkosaan geng. Kelompok pria bersenjata mencoba membunuhnya pada tahun 2012, dan memaksanya untuk meninggalkan negaranya.
Sedangkan Nadia Murad adalah salah satu dari sekitar 3.000 gadis dan wanita Yazidi yang menjadi korban perbudakan seks dan pelanggaran lainnya yang dilakukan kelompok Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS. Dia berhasil melarikan diri setelah tiga bulan disandera dan memilih untuk berbicara tentang pengalaman pahitnya.
Pada usia 23 tahun, Nadia Murad dinobatkan sebagai Duta Besar Goodwill PBB untuk Martabat Orang yang Bertahan Hidup dari Perdagangan Manusia.
Hadiah Nobel Perdamaian 2018 bernilai 9 juta kronor Swedia (USD1,01 juta). Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu diberikan kepada mereka yang berjasa pada kampanye internasional untuk menghapus senjata nuklir.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk melalui Twitter menyampaikan selamat kepada para pemenang. "Saya mengucapkan selamat kepada kedua pemenang #NobelPeacePrize tahun ini. Mereka sangat menghormati keberanian, kasih sayang, dan kemanusiaan yang mereka tunjukkan dalam perjuangan mereka sehari-hari," tulis Tusk, seperti dikutip AP.
Presiden Irak Barham Saleh juga merasa bangga warganya meraih nobel tersebut. "Nobel untuk Murad adalah 'kehormatan bagi semua warga Irak'," katanya. Perdana Menteri Haidar al-Abadi juga mengucapkan selamat kepada Nadia Murad yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2018.
Hadiah Nobel lainnya, seperti hadiah di bidang medis diberikan pada hari Senin kepada James Allison dari Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas dan Tasuku Honjo dari Universitas Kyoto, yang penemuannya membantu para dokter kanker melawan banyak tumor stadium lanjut dan menyelamatkan banyak nyawa yang tak terhitung.
Para ilmuwan dari Amerika Serikat, Kanada dan Prancis pada hari Selasa berbagi hadiah nobel di bidang fisika untuk dedikasi mereka dalam merevolusi penggunaan laser dalam penelitian.
Pada hari Rabu, tiga peneliti yang memanfaatkan kekuatan evolusi untuk menghasilkan enzim dan antibodi yang menghasilkan obat terlaris baru memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang kimia.
Pemenang Hadiah Nobel dalam Ilmu Ekonomi diberikan kepada Alfred Nobel, salah satu pendiri Hadiah Nobel.
Sementara itu, Hadiah Nobel di bidang sastra tidak ada pada tahun ini menyusul skandal pelecehan seks di Akademi Swedia sebagai pihak yang memilih pemenang. Akademi berencana mengumumkan pemenang 2018 dan 2019 pada tahun depan.
Pria dalam pusaran skandal seks yang menodai citra Akademi Swedia, Jean-Claude Arnault—seorang tokoh budaya utama di Swedia—dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas tuduhan pemerkosaan.
"Denis Mukwege dan Nadia Murad telah membuat kontribusi penting untuk memusatkan perhatian pada, dan pemberantasan kejahatan perang seperti itu," kata Komite Nobel Norwegia dalam pengumumannya.
“Denis Mukwege adalah pembantu yang mengabdikan hidupnya untuk membela para korban ini. Nadia Murad adalah saksi yang menceritakan tentang pelanggaran yang dilakukan terhadap dirinya sendiri dan lainnya," lanjut komite tersebut.
Dokter Mukwege telah merawat ribuan wanita di Kongo, banyak di antaranya menjadi korban perkosaan geng. Kelompok pria bersenjata mencoba membunuhnya pada tahun 2012, dan memaksanya untuk meninggalkan negaranya.
Sedangkan Nadia Murad adalah salah satu dari sekitar 3.000 gadis dan wanita Yazidi yang menjadi korban perbudakan seks dan pelanggaran lainnya yang dilakukan kelompok Islamic State of Iraq and Syria atau ISIS. Dia berhasil melarikan diri setelah tiga bulan disandera dan memilih untuk berbicara tentang pengalaman pahitnya.
Pada usia 23 tahun, Nadia Murad dinobatkan sebagai Duta Besar Goodwill PBB untuk Martabat Orang yang Bertahan Hidup dari Perdagangan Manusia.
Hadiah Nobel Perdamaian 2018 bernilai 9 juta kronor Swedia (USD1,01 juta). Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu diberikan kepada mereka yang berjasa pada kampanye internasional untuk menghapus senjata nuklir.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk melalui Twitter menyampaikan selamat kepada para pemenang. "Saya mengucapkan selamat kepada kedua pemenang #NobelPeacePrize tahun ini. Mereka sangat menghormati keberanian, kasih sayang, dan kemanusiaan yang mereka tunjukkan dalam perjuangan mereka sehari-hari," tulis Tusk, seperti dikutip AP.
Presiden Irak Barham Saleh juga merasa bangga warganya meraih nobel tersebut. "Nobel untuk Murad adalah 'kehormatan bagi semua warga Irak'," katanya. Perdana Menteri Haidar al-Abadi juga mengucapkan selamat kepada Nadia Murad yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2018.
Hadiah Nobel lainnya, seperti hadiah di bidang medis diberikan pada hari Senin kepada James Allison dari Pusat Kanker MD Anderson Universitas Texas dan Tasuku Honjo dari Universitas Kyoto, yang penemuannya membantu para dokter kanker melawan banyak tumor stadium lanjut dan menyelamatkan banyak nyawa yang tak terhitung.
Para ilmuwan dari Amerika Serikat, Kanada dan Prancis pada hari Selasa berbagi hadiah nobel di bidang fisika untuk dedikasi mereka dalam merevolusi penggunaan laser dalam penelitian.
Pada hari Rabu, tiga peneliti yang memanfaatkan kekuatan evolusi untuk menghasilkan enzim dan antibodi yang menghasilkan obat terlaris baru memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang kimia.
Pemenang Hadiah Nobel dalam Ilmu Ekonomi diberikan kepada Alfred Nobel, salah satu pendiri Hadiah Nobel.
Sementara itu, Hadiah Nobel di bidang sastra tidak ada pada tahun ini menyusul skandal pelecehan seks di Akademi Swedia sebagai pihak yang memilih pemenang. Akademi berencana mengumumkan pemenang 2018 dan 2019 pada tahun depan.
Pria dalam pusaran skandal seks yang menodai citra Akademi Swedia, Jean-Claude Arnault—seorang tokoh budaya utama di Swedia—dijatuhi hukuman dua tahun penjara atas tuduhan pemerkosaan.
(mas)