Pengacara Trump: Rezim Iran Akan Digulingkan
A
A
A
NEW YORK - Pengacara pribadi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Rudy Giuliani mengatakan, sanksi AS terhadap Iran menyebabkan rasa sakit ekonomi yang dapat mengarah pada "revolusi yang sukses." Pernyataan ini kontras dengan komentar pemerintah bahwa perubahan pemerintah di Teheran bukanlah kebijakan AS.
"Saya tidak tahu kapan kita akan menggulingkan mereka," kata Giuliani, yang berbicara dalam kapasitasnya sebagai pribadi meskipun ia adalah sekutu Trump, pada pertemuan oposisi Iran yang diselenggarakan oleh Organisasi Masyarakat Iran-Amerika, yang menentang rezim Teheran.
“Itu bisa dalam beberapa hari, bulan, beberapa tahun. Tetapi itu akan terjadi,” imbuh Giuliani seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/9/2018).
"Orang-orang Iran jelas sekarang sudah cukup tersiksa," ujar Giuliani dihadapan kerumunan massa di sebuah hotel di Times Square.
“Sanksi itu bekerja. Mata uangnya tidak ada ... ini adalah kondisi yang mengarah pada revolusi yang sukses,” tukasnya.
Giuliani telah menyatakan sebelumnya bahwa pengenaan kembali sanksi ditujukan pada perubahan rezim. Pada sebuah konferensi pada bulan Juni di mana dia berbicara kepada Dewan Pertahanan Nasional yang berbasis di Paris, dia mengatakan kebijakan Trump akan mencekik Ayatollah Iran.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Giuliani tidak berbicara atas nama pemerintah tentang Iran.
Komentar Giuliani sangat berbeda dengan kebijakan pemerintah Trump untuk tidak berusaha melakukan perubahan pemerintahan meskipun telah kembali menerapkan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Trump merobek kesepakatan program nuklir Iran pada bulan Mei. Pemerintahannya kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Republik Islam Iran, termasuk langkah-langkah terkait ekspor minyaknya mulai dari 4 November mendatang.
Pemerintahan Trump berharap sanksi akan memaksa Iran tidak hanya untuk mengekang program nuklirnya tetapi juga menghentikan dukungan terhadap militan di Timur Tengah.
Iran mengatakan telah mematuhi kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran, AS dan lima kekuatan dunia lainnya. Laporan per kuartal oleh pengawas atom PBB akhir bulan lalu mengatakan Iran tetap berada dalam batasan utama perjanjian.
Penasihat Keamanan Nasional Trump John Bolton mengatakan pada Reuters pada Agustus lalu bahwa "perubahan rezim" di Iran bukanlah kebijakan Amerika. Dia mengatakan pemerintah menginginkan perubahan besar dalam perilaku rezim.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh AS mendukung Negara Teluk Arab melakukan serangan penembakan di parade militer yang menewaskan 25 orang pada hari Sabtu, meskipun dia tidak menyebutkan negara-negara regional yang dia yakini harus disalahkan.
"Saya tidak tahu kapan kita akan menggulingkan mereka," kata Giuliani, yang berbicara dalam kapasitasnya sebagai pribadi meskipun ia adalah sekutu Trump, pada pertemuan oposisi Iran yang diselenggarakan oleh Organisasi Masyarakat Iran-Amerika, yang menentang rezim Teheran.
“Itu bisa dalam beberapa hari, bulan, beberapa tahun. Tetapi itu akan terjadi,” imbuh Giuliani seperti dikutip dari Reuters, Minggu (23/9/2018).
"Orang-orang Iran jelas sekarang sudah cukup tersiksa," ujar Giuliani dihadapan kerumunan massa di sebuah hotel di Times Square.
“Sanksi itu bekerja. Mata uangnya tidak ada ... ini adalah kondisi yang mengarah pada revolusi yang sukses,” tukasnya.
Giuliani telah menyatakan sebelumnya bahwa pengenaan kembali sanksi ditujukan pada perubahan rezim. Pada sebuah konferensi pada bulan Juni di mana dia berbicara kepada Dewan Pertahanan Nasional yang berbasis di Paris, dia mengatakan kebijakan Trump akan mencekik Ayatollah Iran.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan Giuliani tidak berbicara atas nama pemerintah tentang Iran.
Komentar Giuliani sangat berbeda dengan kebijakan pemerintah Trump untuk tidak berusaha melakukan perubahan pemerintahan meskipun telah kembali menerapkan sanksi yang melumpuhkan ekonomi Iran.
Trump merobek kesepakatan program nuklir Iran pada bulan Mei. Pemerintahannya kemudian menjatuhkan sanksi terhadap Republik Islam Iran, termasuk langkah-langkah terkait ekspor minyaknya mulai dari 4 November mendatang.
Pemerintahan Trump berharap sanksi akan memaksa Iran tidak hanya untuk mengekang program nuklirnya tetapi juga menghentikan dukungan terhadap militan di Timur Tengah.
Iran mengatakan telah mematuhi kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran, AS dan lima kekuatan dunia lainnya. Laporan per kuartal oleh pengawas atom PBB akhir bulan lalu mengatakan Iran tetap berada dalam batasan utama perjanjian.
Penasihat Keamanan Nasional Trump John Bolton mengatakan pada Reuters pada Agustus lalu bahwa "perubahan rezim" di Iran bukanlah kebijakan Amerika. Dia mengatakan pemerintah menginginkan perubahan besar dalam perilaku rezim.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menuduh AS mendukung Negara Teluk Arab melakukan serangan penembakan di parade militer yang menewaskan 25 orang pada hari Sabtu, meskipun dia tidak menyebutkan negara-negara regional yang dia yakini harus disalahkan.
(ian)