Juru Bicara Abbas Kecam Pernyataan Kushner
A
A
A
YERUSALEM - Nabil Abu Rudeineh, seorang juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, mengutuk pernyataan yang dibuat oleh penasihat utama Presiden AS Donald Trump Jared Kushner dalam sebuah wawancara dengan New York Times. Dalam wawancara itu, Kushner bersikeras bahwa pemotongan pendanaan pemerintah Trump baru-baru ini kepada Palestina tidak menghalangi prospek perdamaian.
"Kushner tidak menyadari realitas konflik, dan merupakan upaya untuk menyesatkan dan memalsukan sejarah Yerusalem serta kesucian Islam dan Kristennya," kata Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan
“Perdamaian hanya akan datang melalui solusi dua negara dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Negara Palestina, sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan resolusi KTT Arab. Terus menyangkal fakta sejarah dan agama dari orang-orang Palestina akan menempatkan kawasan itu sebagai taruhan,” tambahnya.
"Pemahaman AS tentang berbagai hal mencerminkan kebijakan yang tidak bertanggung jawab yang akan mengarah pada kehancuran yang merusak dan menimbulkan ancaman nyata terhadap tatanan hukum internasional," tegas Abu Rudeineh, menambahkan bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerah pada tekanan atau sanksi.
"Tren AS adalah bukti bias buta untuk konsep-konsep palsu, dan merupakan kegagalan total dari upaya AS yang tidak didasarkan pada fakta-fakta yang dapat mengarah pada perdamaian yang nyata dan abadi," ia menyimpulkan seperti dikutip dari kantor berita Palestina Wafa, Sabtu (15/9/2018).
Wawancara Kushner terjadi ketika pemerintahan Trump terus bekerja pada rencana perdamaiannya untuk Israel dan Palestina.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak untuk menganggap pemerintah Trump sebagai perantara yang jujur untuk negosiasi sejak pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel Desember lalu.
Palestina telah berulang kali menolak proposal perdamaian pemerintahan Trump, mengklaimnya telah dikoordinasikan dengan Israel.
Pada hari Kamis, Perwakilan Khusus Trump untuk Negosiasi Internasional Jason Greenblatt, yang bekerja pada rencana perdamaian dengan Kushner, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa negosiator AS telah memasuki "fase pra-peluncuran" dari rencana tersebut.
Greenblatt juga menjelaskan bahwa kedua belah pihak dapat mengharapkan bagian-bagian yang akan mereka sukai dan tidak suka tentang rencana perdamaian.
“Kami harus mempertahankan rencana itu untuk orang Israel dan Palestina. Kami siap menerima kritik dari semua pihak, tetapi kami percaya ini adalah jalan terbaik untuk semua orang,” ujarnya seperti dikutip dari Arutz Sheva.
"Kushner tidak menyadari realitas konflik, dan merupakan upaya untuk menyesatkan dan memalsukan sejarah Yerusalem serta kesucian Islam dan Kristennya," kata Abu Rudeineh dalam sebuah pernyataan
“Perdamaian hanya akan datang melalui solusi dua negara dengan Yerusalem Timur sebagai Ibu Kota Negara Palestina, sesuai dengan resolusi legitimasi internasional dan resolusi KTT Arab. Terus menyangkal fakta sejarah dan agama dari orang-orang Palestina akan menempatkan kawasan itu sebagai taruhan,” tambahnya.
"Pemahaman AS tentang berbagai hal mencerminkan kebijakan yang tidak bertanggung jawab yang akan mengarah pada kehancuran yang merusak dan menimbulkan ancaman nyata terhadap tatanan hukum internasional," tegas Abu Rudeineh, menambahkan bahwa rakyat Palestina tidak akan menyerah pada tekanan atau sanksi.
"Tren AS adalah bukti bias buta untuk konsep-konsep palsu, dan merupakan kegagalan total dari upaya AS yang tidak didasarkan pada fakta-fakta yang dapat mengarah pada perdamaian yang nyata dan abadi," ia menyimpulkan seperti dikutip dari kantor berita Palestina Wafa, Sabtu (15/9/2018).
Wawancara Kushner terjadi ketika pemerintahan Trump terus bekerja pada rencana perdamaiannya untuk Israel dan Palestina.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas menolak untuk menganggap pemerintah Trump sebagai perantara yang jujur untuk negosiasi sejak pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel Desember lalu.
Palestina telah berulang kali menolak proposal perdamaian pemerintahan Trump, mengklaimnya telah dikoordinasikan dengan Israel.
Pada hari Kamis, Perwakilan Khusus Trump untuk Negosiasi Internasional Jason Greenblatt, yang bekerja pada rencana perdamaian dengan Kushner, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa negosiator AS telah memasuki "fase pra-peluncuran" dari rencana tersebut.
Greenblatt juga menjelaskan bahwa kedua belah pihak dapat mengharapkan bagian-bagian yang akan mereka sukai dan tidak suka tentang rencana perdamaian.
“Kami harus mempertahankan rencana itu untuk orang Israel dan Palestina. Kami siap menerima kritik dari semua pihak, tetapi kami percaya ini adalah jalan terbaik untuk semua orang,” ujarnya seperti dikutip dari Arutz Sheva.
(ian)