Kim Jong-un Kirim Surat, Ini Harapan Trump
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah menuliskan surat untuknya. Ia pun mengharapkan surat yang "positif" dari diktator muda itu.
"Saya tahu bahwa ada surat yang dikirimkan kepada saya, sebuah surat pribadi dari Kim Jong-un kepada saya," ujarnya kepada para wartawan di Air Force One.
"Itu diserahkan di perbatasan kemarin," imbuhnya.
"Ini sebenarnya cara yang elegan ... dan saya pikir itu akan menjadi surat positif," sambungnya.
"Surat itu dikirimkan kepada saya ... Saya pikir itu dibawa oleh Mike Pompeo," tukasnya seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (8/9/2018).
Pada akhir pertemuan bersejarah Trump-Kim pada bulan Juni lalu, kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama, di mana mereka setuju untuk meningkatkan hubungan bilateral dan bekerja sama untuk membangun rezim perdamaian yang abadi dan stabil di semenanjung Korea.
Namun, perundingan Korut-AS saat ini telah terjebak dalam kebuntuan karena perbedaan mereka terkait skala denuklirisasi, sanksi AS, dan apakah akan mengeluarkan deklarasi yang mengakhiri perang Korea.
Kim mengatakan kepada utusan Korea Selatan (Korsel) pada hari Rabu bahwa dia dengan tegas mendukung dan akan mengabdikan sepenuhnya untuk menghapuskan bahaya konflik bersenjata dan kengerian perang dari Semenanjung Korea dan mengubahnya menjadi tempat kelahiran perdamaian tanpa senjata nuklir dan bebas dari ancaman nuklir.
Trump dalam cuitannya pada hari Kamis sebagai tanggapan, berterima kasih kepada Kim untuk membuat pernyataan seperti itu dan mencatat akan menyelesaikannya bersama-sama, mengacu pada denuklirisasi Semenanjung Korea.
Juga pada hari Kamis, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa perwakilan khusus untuk masalah Korut, Stephen Biegun, akan melakukan perjalanan ke ibu kota Korsel, China dan Jepang pada 10-15 September untuk membahas denuklirisasi Korut.
"Biegun akan bertemu dengan rekan-rekannya dan melanjutkan upaya diplomatik untuk mencapai denuklirisasi akhir Korea Utara yang sepenuhnya diverifikasi sebagaimana disetujui oleh Ketua Kim di Singapura," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
"Saya tahu bahwa ada surat yang dikirimkan kepada saya, sebuah surat pribadi dari Kim Jong-un kepada saya," ujarnya kepada para wartawan di Air Force One.
"Itu diserahkan di perbatasan kemarin," imbuhnya.
"Ini sebenarnya cara yang elegan ... dan saya pikir itu akan menjadi surat positif," sambungnya.
"Surat itu dikirimkan kepada saya ... Saya pikir itu dibawa oleh Mike Pompeo," tukasnya seperti dikutip dari Xinhua, Sabtu (8/9/2018).
Pada akhir pertemuan bersejarah Trump-Kim pada bulan Juni lalu, kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan bersama, di mana mereka setuju untuk meningkatkan hubungan bilateral dan bekerja sama untuk membangun rezim perdamaian yang abadi dan stabil di semenanjung Korea.
Namun, perundingan Korut-AS saat ini telah terjebak dalam kebuntuan karena perbedaan mereka terkait skala denuklirisasi, sanksi AS, dan apakah akan mengeluarkan deklarasi yang mengakhiri perang Korea.
Kim mengatakan kepada utusan Korea Selatan (Korsel) pada hari Rabu bahwa dia dengan tegas mendukung dan akan mengabdikan sepenuhnya untuk menghapuskan bahaya konflik bersenjata dan kengerian perang dari Semenanjung Korea dan mengubahnya menjadi tempat kelahiran perdamaian tanpa senjata nuklir dan bebas dari ancaman nuklir.
Trump dalam cuitannya pada hari Kamis sebagai tanggapan, berterima kasih kepada Kim untuk membuat pernyataan seperti itu dan mencatat akan menyelesaikannya bersama-sama, mengacu pada denuklirisasi Semenanjung Korea.
Juga pada hari Kamis, Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa perwakilan khusus untuk masalah Korut, Stephen Biegun, akan melakukan perjalanan ke ibu kota Korsel, China dan Jepang pada 10-15 September untuk membahas denuklirisasi Korut.
"Biegun akan bertemu dengan rekan-rekannya dan melanjutkan upaya diplomatik untuk mencapai denuklirisasi akhir Korea Utara yang sepenuhnya diverifikasi sebagaimana disetujui oleh Ketua Kim di Singapura," kata Departemen Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
(ian)