Wisata Prancis Tersukses, Indonesia Optimistis

Sabtu, 08 September 2018 - 08:21 WIB
Wisata Prancis Tersukses, Indonesia Optimistis
Wisata Prancis Tersukses, Indonesia Optimistis
A A A
PARIS - Indonesia harus terus bekerja keras mengatasi ketertinggalan dari negara lain di industri pariwisata. Sejumlah sektor harus dibenahi agar mampu mendukung pariwisata yang menjadi andalan mendatangkan devisa.

Data terbaru yang dirilis Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNWTO) dalam Tourism High light Report 2018 menyebutkan, posisi Indonesia dalam mendatangkan wisatawan asing masih jauh dari 10 besar sebagai negara dengan jumlah kunjungan wisatawan terbanyak.

Prancis menjadi negara paling sukses mendatangkan wisatawan dari seluruh dunia dengan menarik lebih dari 86,9 juta orang pada 2017 lalu. Adapun Indonesia hanya mampu memikat 12,94 juta wisatawan asing untuk berlibur. Padahal potensi wisata Tanah Air tidak kalah menarik.

Indonesia pun harus belajar dari Thailand karena mampu menduduki peringkat ke-10 dengan menarik 35,4 juta wisatawan dari berbagai belahan dunia. Berdasar dari sumber data yang sama, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2017 hanya 12,94 juta.

Angka ini meningkat 16,9% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun jumlah ini masih kalah telak dari Malaysia dengan 25,94 juta turis dan di bawah Singapura yang mendapat kunjungan 13,90 juta pelancong. Dalam hal pendapatan yang diperoleh dari wisatawan, pada 2017 Indonesia mendapat USD12,52 miliar.

Di Asia Tenggara, Thailand masih menjadi juara dengan meraih USD57,47 miliar, diikuti Singapura dengan USD19,70 miliar dan Malaysia dengan USD18,32 miliar. Secara umum, menurut UNWTO, jumlah wisatawan secara global mengalami peningkatan 6,8% pada 2017 atau sebanyak 1,32 miliar orang.

Angka ini meningkat 84 juta wisatawan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini merupakan tertinggi sejak krisis ekonomi global pada 2009. Indonesia, walaupun masih tertinggal jauh dari Prancis dan negara lain, optimistis industri pariwisatanya akan terus menggeliat.

Menteri Pa riwisata (Menpar) Arief Yahya menunjuk adanya kenaikan kunjungan wisman pada Juli 2018 menjadi 1,5 juta wisatawan dalam sebulan. Peningkatan ini melampaui angka psikologis. “Juli sebanyak 1,5 juta wisatawan, jadi total sudah 9 juta wisman, kurang 7 juta lagi untuk memenuhi target tahun ini.

Makin confidence karena ini angka psikologis pertama yang terlampaui,” ujar Arief Yahya di Jakarta kemarin. Menurut dia, jika jumlah kunjungan wisman bisa di pertahankan 1,5 juta perbulan sampai akhir tahun ini, angka target untuk tahun depan dapat dipenuhi.

Tahun ini ditetapkan target tinggi sebesar 18 juta wisman dan target rendah 16 juta wisman, sementara tahun depan jumlah target naik menjadi 18 juta-20 juta wisman. Dia lantas menuturkan, pihaknya sebenarnya sejak Agustus sudah yakin target kunjungan wisman 2018 terlampau.

Namun kemudian di luar dugaan ada gempa bumi di Lombok. Apalagi dampak gempa Lombok tidak kecil karena banyak terjadi pembatalan. “Yang cancel di Lombok beberapa hari itu sekitar 30%. Misalnya yang melalui Jakarta ada 200.000 wisman dari negara-negara Asia turun menjadi 140.000 wisman,” katanya.

Namun di sisi lain Indonesia diuntungkan dengan ajang Asian Games yang menyumbankan kunjungan 100.000 atlet, ofisial, dan wisatawan sehingga total penurunan jum lah kunjungan akibat gempa Lombok tertutupi.

Dengan demikian total penurunan hanya sekitar 40.000 wisman. Selain itu Indonesia di untungkan dengan rencana di gelarnya pertemuan IMF-World Bank di Bali pada Oktober mendatang. Diperkirakan ajang tersebut akan mampu menjaring 18.000-20.000 wisatawan high end dengan tingkat pengeluaran dua kali lipat lebih tinggi daripada wisatawan reguler.

Pengamat marketing Yuswohady mengatakan tantangan utama sektor pariwisata Indonesia adalah infrastruktur yang tidak akan bisa dilakukan cepat. Idealnya memang harus seimbang antara destinasi aksesibilitas dan promosi.

“Tapi infrastruktur sifatnya jangka panjang yang butuh komitmen politik pemerintahan. Bahkan saat ini lebih berat lagi karena infrastruktur membutuhkan impor yang cukup besar. Hutang negara juga bisa meningkat,” ujar Yuswohady kemarin.

Dia juga menyebut menilai masalah krusial yang di butuhkan destinasi wisata adalah aksesibilitas penerbangan baik pesawat dan ban dara. Misalnya kalau ingin berwisata ke Raja Ampat bisa menghabiskan biaya Rp7-10 juta. Harga itu tentu akan di bandingkan dengan pilihan ke Korsel atau Singapura yang jauh lebih murah.

Dia lantas menuturkan pem ba ngunan bandara dan hotel di suatu destinasi harus sejalan. Para investor tidak berminat masuk kalau suatu destinasi belum ramai seperti Bali. Mes kipun Bangka Beli tung dan Lombok sudah lumayan namun mayoritas pengusaha akan memilih bisnis di Bali.

“Dilematis karena investor mikir returnnya. Bahkan pembangunan destinasi 10 Bali Baru juga sangat lambat,” ujarnya. Vice President Director Pacto Group Ratna Ning mengingatkan salah satu tantangan berat bagi dunia pariwisata, bukan hanya masalah kebersihan pantai tapi tempat wisata pada umumnya.

Hal ini bukan saja tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah tapi juga pelaku wisata (swasta) dan masyarakat terkait untuk menjaga kebersihannya. “Solusinya bukan hanya sekedar tidak membuang sampah sembarangan. Tapi bagaimana sampah tersebut, terutama plastik yang paling jadi isu sekarang ini bisa didaur ulang,” ujar Ratna kemarin.

Dalam jangka pendek dia menyarankan perlu adanya kam panye mengurangi penggunaan plastik, gerakan pembersihan pantai atau tempat wisata yang dilakukan bersama sama para pelaku wisata, Pemda, dan organisasi nirlaba. “Setahu saya sudah ada beberapa organisasi yang mengerjakan daur ulang, tapi saya kurang paham untuk daerah cakupan peker jaan mereka,” ujarnya.

Monalisa dan Louvre

Berdasar data UNWTO, keunggulan Prancis di antaranya karena kekuatan lukisan Monalisa dan Museum Louvre. Kedua ikon wisata negeri tersebut menjadi favorit wisatawan di seluruh dunia.

Kendati demi kian tidak serta-merta Prancis mampu mendatangkan begitu banyak wisatawan karena banyaknya tantangan terkait keamanan dan serangan teroris yang meng guncang negara ter sebut. Namun Prancis tidak tinggal diam menghadapi persoalan tersebut.

Mereka berupaya keras memulihkan keamanan hingga wisatawan dunia masih merasa nyaman datang. “Kita melihat destinasi wisata di Pran cis masih sangat kuat,” kata pejabat UNWTO John Kester seperti dilansir The Independent.

Kepala Strategi Global di Standard Life Investments itu melihat, selain lukisan Monalisa dan Museum Louvre, Prancis juga telah memiliki brand yang kuat untuk pasangan yang sedang memadu kasih dan romantisme. “Banyak pa sangan romantis masih menjadikan Prancis sebagai destinasifavorit,” ujarnya.

Di bawah Prancis, Spanyol menampung 81,8 juta wisatawan dan Amerika Serikat di peringkat ketiga dengan 75,9 juta turis. China menduduki peringkat keempat dengan menarik 60,7 wisatawan dan Italia pada posisi kelima dengan 58,3 juta.

Spanyol menjadi negara kedua yang mampu menarik kunjungan wisata karena mampu menggabungkan duku ngan infrastruktur dan budaya. Padahal Spanyol tidak memiliki maskapai penerbangan nasional besar yang mampu mengangkut wisatawan dari berbagai negara.

“Tapi Spanyol mampu mengoneksikan dengan efisien wilayahnya dengan negara Ero pa lainnya,” ujarnya seperti dilansir Xinhua. Sementara itu, dari sisi pendapatan, negara yang paling diuntungkan dari pendapatan sektor pariwisata adalah Amerika Serikat dengan meraih USD210,7 miliar pada 2017.

Kemudian negara lain yang ma suk dalam 10 besar pemasukan uang terbesar dari wisata ada lah Spanyol (USD68 juta), Pran cis (USD68 juta), Thailand (USD60,7 juta), Inggris (USD57,5 juta), dan Italia (51,2 juta). Kedepan, tren industri wisata akan terus tumbuh.

Negara yang mampu mengonsolidasikan sektor pariwisata bisa menjadikannya sebagai kunci utama pembangunan ekonomi. Bahkan di tengah perekonomian global yang bergerak menurun, data awal 2018 justru menunjukkan kenaikan jumlah wisatawan sebesar 9% pada Januari hingga April.

“Sebagai sektor pemasukan terbesar ketiga di dunia, pariwisata menjadi pencipta lapangan pekerjaan dan kesejahteraan komunitas di seluruh dunia,” ujar Sekjen UNWTO Zurab Pololikashvili.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6458 seconds (0.1#10.140)