Pemerintahan Inggris Desak Pembebasan Jurnalis di Myanmar

Selasa, 04 September 2018 - 11:04 WIB
Pemerintahan Inggris...
Pemerintahan Inggris Desak Pembebasan Jurnalis di Myanmar
A A A
LONDON - Inggris mendesak pembebasan segera dua jurnalis Reuters yang dipenjara di Myanmar karena melaporkan krisis Rohingnya.

Menurut Pemerintah Inggris, vonis pengadilan pada dua jurnalis Reuters itu merusak kebebasan pers di Myanmar. Hakim Myanmar menyatakan dua jurnalis Wa Lone dan Kyaw Soe Oo bersalah karena melanggar undang-undang rahasia negara dan memenjarakan keduanya selama tujuh tahun.

“Seperti duta besar kami untuk Burma (Myanmar) yang menghadiri proses pengadilan telah mengatakan, kami sangat kecewa dengan keputusan dan vonis hukuman itu,” tegas Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May, dikutip Reuters. May menambahkan, “Dan, kami menyerukan untuk para jurnalis itu dibebaskan segera.

Di demokrasi mana pun, para jurnalis harus bebas melakukan pekerjaan mereka tanpa takut atau intimidasi. Vonis ini merusak kebebasan media di Myanmar. ”Hakim Ye Lwin di peng adilan distrik utara Yangon menyatakan, Wa Lone, 32, dan Kyaw Soe Oo, 28, melanggar Undang-Undang Rahasia Negara saat mereka mengumpulkan dan memperoleh berbagai dokumen rahasia.

“Para terdakwa telah melanggar Undang-Undang Rahasia Negara Pasal 3.1.c dan dihukum tujuh tahun,” kata hakim yang menyatakan masa tahanan keduanya sejak 12 Desember akan dihitung sebagai bagian dari hukuman itu. Pengacara dua jurnalis itu dapat mengajukan banding di pengadilan regional dan ke Mahkamah Agung (MA).

Vonis itu dibacakan di tengah meningkatnya tekanan pada pemerintahan Myanmar yang dipimpin peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi terkait kekerasan yang dialami muslim Rohingnya oleh aparat keamanan di Rakhine. Lebih dari 700.000 Rohingnya lari ke Bangladesh sejak ope rasi militer Myanmar dilancarkan.

Dua jurnalis Reuters itu sedang melakukan investigasi atas kasus pembunuhan warga desa Rohingnya oleh aparat keamanan Myanmar. Keduanya ditahan dan menjalani proses pengadilan. Para aktivis kebebasan pers, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Uni Eropa (UE), dan negara-negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia mendesak pembebasan dua jurnalis itu.

“Hari ini adalah hari sedih bagi Myanmar, jurnalis Reuters, Wa Lone dan Kyaw Soe Oo, dan pers di mana pun,” papar pemimpin redaksi Reuters Stephen J Adler dalam pernyataannya.

“Kami tidak akan menunggu saat Wa Lone dan Kyaw Soe Oo mengalami ketidakadilan ini dan akan mengevaluasi bagaimana menghadapi ini dalam beberapa hari mendatang, termasuk apakah meminta dukungan di forum internasional,” ungkap Adler.
(don)
Berita Terkait
Kelompok G7 Kecam Aksi...
Kelompok G7 Kecam Aksi Kudeta di Myanmar
Inggris Tawarkan Perlindungan...
Inggris Tawarkan Perlindungan pada Duta Besar Myanmar untuk London
Giliran Inggris dan...
Giliran Inggris dan Kanada Sanksi Para Jenderal Myanmar
Inggris Khawatir Kudeta...
Inggris Khawatir Kudeta Bisa Bawa Kembali Myanmar ke Era Kegelapan
Para Menlu G7 dan Uni...
Para Menlu G7 dan Uni Eropa Kecam Kekerasan di Myanmar
Inggris: Dunia Tak Boleh...
Inggris: Dunia Tak Boleh Diam Lihat Pelanggaran di China, Rusia, dan Myanmar
Berita Terkini
Pasukan Elite Israel...
Pasukan Elite Israel Brigade Golani Tandatangani Petisi Minta Perang Gaza Diakhiri
52 menit yang lalu
3 Ulama Arab Saudi yang...
3 Ulama Arab Saudi yang Pernah Ditangkap karena Dianggap Terlalu Vokal Terhadap Pemerintah
2 jam yang lalu
Dari Mana Kekayaaan...
Dari Mana Kekayaaan Raja Salman Berasal?
2 jam yang lalu
China Upgrade Besar-besaran...
China Upgrade Besar-besaran Pangkalan di Laut China Selatan, Terlihat Pesawat Pengebom H-6K
3 jam yang lalu
Perang Dagang Sengit,...
Perang Dagang Sengit, Diplomat Beijing: Gaun Sekretaris Pers Gedung Putih Buatan China
3 jam yang lalu
AS Kembali Tangkap Mahasiswa...
AS Kembali Tangkap Mahasiswa Pro-Palestina, Namanya Mohsen Mahdawi
5 jam yang lalu
Infografis
Ibtihal Aboussad Dipecat...
Ibtihal Aboussad Dipecat Microsoft karena Menentang Genosida di Gaza
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved