Israel Akan Biarkan 600.000 Warganya Pegang Senjata Api
A
A
A
TEL AVIV - Otoritas Israel telah melonggarkan pembatasan dalam undang-undang kepemilikan senjata api. Kebijakan baru ini memungkinkan sekitar 600.000 warga, termasuk kalangan sipil memiliki senjata api.
Perubahan baru dalam aturan lisensi senjata ini sudah disetujui oleh Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan. Angka ratusan ribu warga sipil yang akan dibiarkan memegang senjata itu dilaporkan The Times of Israel.
Di bawah aturan lama, hanya orang Israel yang dapat membuktikan bahwa mereka membutuhkan senjata yang memenuhi syarat untuk memperoleh senjata api. Contoh, orang yang tinggal atau bekerja di daerah yang dianggap berbahaya.
Dalam aturan baru, ratusan ribu warga Israel yang berpotensi diberi hak memegang senjata api itu antara lain orang-orang yang bertugas dalam peran tempur Pasukan Pertahanan Israel, semua pejabat letnan yang ditugaskan, pejabat sersan kepala non-komisioning, relawan di unit polisi dan warga sipil dari organisasi medis.
Tamar Zandberg, Ketua Partai Meretz—partai oposisi—mengkritik kebijakan baru tersebut. "Senjata api adalah mesin kematian yang penggunaan sipilnya harus dikurangi sebanyak mungkin," katanya.
"Alih-alih berurusan dengan sejumlah besar senjata ilegal di jalan yang membahayakan nyawa manusia, mereka hanya meningkatkan jumlah izin (memiliki) senjata," ujarnya dalam sebuah pernyataan yang dilansir Rabu (22/8/2018).
Namun, Erdan, mengklaim bahwa warga negara Israel yang memenuhi syarat membawa senjata api di depan umum berkontribusi pada rasa keamanan. Menurutnya, kebijakan ini akan membantu menangani apa yang disebut serangan "lone wolf" yang dilakukan oleh pelaku individu ketimbang oleh kelompok teroris terorganisir.
"Banyak warga telah menyelamatkan nyawa selama serangan teror, dan di era serangan 'lone-wolf', warga yang membawa senjata lebih berkualitas akan semakin baik kesempatannya untuk menggagalkan serangan teror tanpa korban dan mengurangi jumlah korban," kata Erdan.
Perubahan baru dalam aturan lisensi senjata ini sudah disetujui oleh Menteri Keamanan Publik Israel Gilad Erdan. Angka ratusan ribu warga sipil yang akan dibiarkan memegang senjata itu dilaporkan The Times of Israel.
Di bawah aturan lama, hanya orang Israel yang dapat membuktikan bahwa mereka membutuhkan senjata yang memenuhi syarat untuk memperoleh senjata api. Contoh, orang yang tinggal atau bekerja di daerah yang dianggap berbahaya.
Dalam aturan baru, ratusan ribu warga Israel yang berpotensi diberi hak memegang senjata api itu antara lain orang-orang yang bertugas dalam peran tempur Pasukan Pertahanan Israel, semua pejabat letnan yang ditugaskan, pejabat sersan kepala non-komisioning, relawan di unit polisi dan warga sipil dari organisasi medis.
Tamar Zandberg, Ketua Partai Meretz—partai oposisi—mengkritik kebijakan baru tersebut. "Senjata api adalah mesin kematian yang penggunaan sipilnya harus dikurangi sebanyak mungkin," katanya.
"Alih-alih berurusan dengan sejumlah besar senjata ilegal di jalan yang membahayakan nyawa manusia, mereka hanya meningkatkan jumlah izin (memiliki) senjata," ujarnya dalam sebuah pernyataan yang dilansir Rabu (22/8/2018).
Namun, Erdan, mengklaim bahwa warga negara Israel yang memenuhi syarat membawa senjata api di depan umum berkontribusi pada rasa keamanan. Menurutnya, kebijakan ini akan membantu menangani apa yang disebut serangan "lone wolf" yang dilakukan oleh pelaku individu ketimbang oleh kelompok teroris terorganisir.
"Banyak warga telah menyelamatkan nyawa selama serangan teror, dan di era serangan 'lone-wolf', warga yang membawa senjata lebih berkualitas akan semakin baik kesempatannya untuk menggagalkan serangan teror tanpa korban dan mengurangi jumlah korban," kata Erdan.
(mas)