PM Malaysia Mahathir Mohamad Berharap China Bantu Malaysia
A
A
A
BEIJING - Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad yakin China akan simpati dengan masalah fiskal internal Malaysia.
Pernyataan itu diungkapkan Mahathir saat dia berupaya melakukan negosiasi ulang atau kemungkinan pembatalan proyek-proyek China bernilai lebih dari USD20 miliar. Mahathir menjelaskan, setelah bertemu PM China Li Keqiang di Beijing, dia tidak yakin dengan konfrontasi dengan negara manapun dan menekankan keuntungan yang didapat Malaysia dari peningkatan perdagangan, teknologi, dan kewirausahaan China.
”Kami juga berharap China memahami masalah yang sedang dihadapi Malaysia saat ini,” ungkap Mahathir saat konferensi pers bersama Li. Mahathir menambahkan, ”Saya yakin China akan melihat dengan simpati pada masalahmasalah yang harus kami atasi dan mungkin membantu kita menyelesaikan beberapa masalah fiskal internal kita.”
Dia tidak menyebut proyek-proyek China di Malaysia, tapi Mahathir berulang kali berjanji membahas apa yang dia sebut kesepakatan tidak adil dalam berbagai proyek Beijing yang disetujui mantan PM Najib Razak.
Najib mendorong investasi dari China dan salah satu pendukung Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Baru yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping. Meski demikian, Mahathir mempertanyakan nilai berbagai kesepakatan itu dan risiko utang yang ditanggung Malaysia pada China. Mahathir tidak menyebut Low Taek Jho, warga Malaysia yang diburu untuk perannya dalam skandal miliaran dolar di lembaga negara 1MDB.
The Wall Street Journal melaporkan pada Jumat (17/8) bahwa Malaysia yakin Low bersembunyi di China dan meminta ekstradisinya akan menjadi agenda penting selama kunjungan Mahathir ke Beijing.
Meski demikian Reuters tidak dapat memverifikasi laporan itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Lu Kang menyatakan tidak terlalu paham dengan kasus Low. ”Namun secara prinsip, China juga ingin, dengan dasar konsultasi bersama, untuk memulai kerja sama legal normal dengan negara-negara lain,” kata dia.
Li menjelaskan, China berharap memperluas hubungan perdagangan dengan Malaysia akan semakin menyeimbangkan perdagangan dua negara. Menurut Li, Beijing telah meningkatkan impor minyak kelapa sawit dan produk pertanian lain untuk memenuhi kebutuhan konsumen China.
China menjadi pasar ekspor terbesar ketiga Malaysia setelah India dan Uni Eropa. Dia menjelaskan, konsensus telah bercapai selama perundingan dan penandatanganan memorandum of understanding selama kunjungan Mahathir, termasuk pertukaran mata uang bilateral, impor minyak kelapa sawit, karet, dan durian. Berbagai langkah itu mengirim pesan bahwa dua negara akan tetap bersahabat dalam jangka panjang.
Meski demikian, Mahathir, 93, hanya memberikan dukungan bersyarat saat Li bertanya padanya, apakah dia yakin mereka memiliki konsensus untuk mempertahankan perdagangan bebas. ”Saya sepakat dengan Anda bahwa perdagangan bebas harus terus berlanjut tapi tentu saja perdagangan bebas harus menjadi perdagangan adil,” ungkapnya.
”Kami tidak ingin situasi di mana ada versi baru kolonialisme terjadi karena negara-negara miskin tidak mampu berkompetisi dengan negara-negara kaya,” tutur Mahathir. Pusat dari proyek infrastruktur Jalur Sutra Baru di Malaysia adalah East Coast Rail Link (ECRL) senilai USD20 miliar yang telah dihentikan sambil pembahasan tentang biaya terus membengkak.
Mahathir juga menghentikan dua proyek bernilai lebih dari USD2,3 miliar yang diberikan pada China Petroleum Pipeline Bureau karena diduga terkait kasus korupsi 1MDB. Proyek jalur kereta sepanjang 688 km itu pun menjadi simbol pemerintahan Najib yang terlilit skandal korupsi. Najib didakwa dengan pencucian uang dan korupsi di lembaga negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Pernyataan itu diungkapkan Mahathir saat dia berupaya melakukan negosiasi ulang atau kemungkinan pembatalan proyek-proyek China bernilai lebih dari USD20 miliar. Mahathir menjelaskan, setelah bertemu PM China Li Keqiang di Beijing, dia tidak yakin dengan konfrontasi dengan negara manapun dan menekankan keuntungan yang didapat Malaysia dari peningkatan perdagangan, teknologi, dan kewirausahaan China.
”Kami juga berharap China memahami masalah yang sedang dihadapi Malaysia saat ini,” ungkap Mahathir saat konferensi pers bersama Li. Mahathir menambahkan, ”Saya yakin China akan melihat dengan simpati pada masalahmasalah yang harus kami atasi dan mungkin membantu kita menyelesaikan beberapa masalah fiskal internal kita.”
Dia tidak menyebut proyek-proyek China di Malaysia, tapi Mahathir berulang kali berjanji membahas apa yang dia sebut kesepakatan tidak adil dalam berbagai proyek Beijing yang disetujui mantan PM Najib Razak.
Najib mendorong investasi dari China dan salah satu pendukung Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Baru yang dicanangkan Presiden China Xi Jinping. Meski demikian, Mahathir mempertanyakan nilai berbagai kesepakatan itu dan risiko utang yang ditanggung Malaysia pada China. Mahathir tidak menyebut Low Taek Jho, warga Malaysia yang diburu untuk perannya dalam skandal miliaran dolar di lembaga negara 1MDB.
The Wall Street Journal melaporkan pada Jumat (17/8) bahwa Malaysia yakin Low bersembunyi di China dan meminta ekstradisinya akan menjadi agenda penting selama kunjungan Mahathir ke Beijing.
Meski demikian Reuters tidak dapat memverifikasi laporan itu. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Lu Kang menyatakan tidak terlalu paham dengan kasus Low. ”Namun secara prinsip, China juga ingin, dengan dasar konsultasi bersama, untuk memulai kerja sama legal normal dengan negara-negara lain,” kata dia.
Li menjelaskan, China berharap memperluas hubungan perdagangan dengan Malaysia akan semakin menyeimbangkan perdagangan dua negara. Menurut Li, Beijing telah meningkatkan impor minyak kelapa sawit dan produk pertanian lain untuk memenuhi kebutuhan konsumen China.
China menjadi pasar ekspor terbesar ketiga Malaysia setelah India dan Uni Eropa. Dia menjelaskan, konsensus telah bercapai selama perundingan dan penandatanganan memorandum of understanding selama kunjungan Mahathir, termasuk pertukaran mata uang bilateral, impor minyak kelapa sawit, karet, dan durian. Berbagai langkah itu mengirim pesan bahwa dua negara akan tetap bersahabat dalam jangka panjang.
Meski demikian, Mahathir, 93, hanya memberikan dukungan bersyarat saat Li bertanya padanya, apakah dia yakin mereka memiliki konsensus untuk mempertahankan perdagangan bebas. ”Saya sepakat dengan Anda bahwa perdagangan bebas harus terus berlanjut tapi tentu saja perdagangan bebas harus menjadi perdagangan adil,” ungkapnya.
”Kami tidak ingin situasi di mana ada versi baru kolonialisme terjadi karena negara-negara miskin tidak mampu berkompetisi dengan negara-negara kaya,” tutur Mahathir. Pusat dari proyek infrastruktur Jalur Sutra Baru di Malaysia adalah East Coast Rail Link (ECRL) senilai USD20 miliar yang telah dihentikan sambil pembahasan tentang biaya terus membengkak.
Mahathir juga menghentikan dua proyek bernilai lebih dari USD2,3 miliar yang diberikan pada China Petroleum Pipeline Bureau karena diduga terkait kasus korupsi 1MDB. Proyek jalur kereta sepanjang 688 km itu pun menjadi simbol pemerintahan Najib yang terlilit skandal korupsi. Najib didakwa dengan pencucian uang dan korupsi di lembaga negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
(don)