Jamaah Haji Sakit Jalani Safari Wukuf
A
A
A
MEKKAH - Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi akan melaksanakan safari wukuf terhadap ratusan jamaah sakit dan sedang dirawat, serta yang mengalami disorientasi atau gangguan jiwa.
Berdasarkan data hingga kemarin sore jumlah jamaah yang harus disafariwukufkan mencapai 389 orang. Namun, jumlah tersebut bisa saja berubah mengingat PPIH Arab Saudi memutuskan pukul 07.00 hari ini merupakan batas akhir jumlah jamaah yang perlu disafariwukufkan.
“Kami telah memutuskan pada Senin (20/8) pukul 07.00 merupakan batas akhir penetapan bagi jamaah yang akan disafariwukufkan dan yang akan dibadalhajikan,” ujar Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali di Kantor PPIH Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Sabtu (18/8) malam. Jumlah tersebut bisa saja berubah karena bisa saja ada jamaah yang wafat maupun ada tambahan dari jamaah yang sakit.
Nizar menjelaskan jamaah yang mengalami disorientasi akan disafariwukufkan dengan catatan akan dikawal ketat oleh petugas haji. Jamaah yang mengalami disorientasi tidak dibadalhajikan karena mereka masih memungkinkan dibawa ke Arafah. “Wukuf itu kan esensi dari haji sehingga sebisa mungkin jamaah dihadirkan di Arafah. Selain itu, untuk mengantisipasi pertanyaan dari yang bersangkutan mengapa dia dibadalhajikan. Karenataksedikitjamaah yang begitu tiba di Tanah Air kembali normal,” paparnya.
Persoalan jamaah yang mengalami disorientasi ini sebelumnya terjadi perbedaan pendapat. Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dalam hal ini diwakili Pusat Kesehatan Haji berpendapat jamaah tersebut sebaiknya dibadalhajikan.
“Kemenkes waktu itu minta dibadalhajikan dengan alasan jamaah tersebut bisa membahayakan orang lain. Tapi, dalam rapat kemarin kita sepakati disafariwukufkan dengan catatan dikawal ketat agar tidak membahayakan orang lain,” kata Nizar.
Penetapan jamaah sakit yang akan disafariwukufkan tersebut harus berdasarkan keterangan dokter yang merawat. Jamaah yang bisa disafariwukufkan yakni mereka yang apabila digerakkan tidak membahayakan jiwanya. Selain itu juga mereka yang tidak tergantung dengan alat yang tidak bisa dipindahkan. Sementara bagi jamaah yang mengalami sakit parah dan sangat tergantung dengan alat yang sifatnya tidak bisa dipindahkan ke tempat lain akan dibadalh ajikan.
Jamaah lain yang dibadalhajikan yakni yang wafat atau jamaah gaib. Yang termasuk kategori jamaah gaib yakni yang tidak diketahui keberadaannya ketika dilakukan pendataan terakhir. Pada kesempatan tersebut, Nizar juga mengatakan bahwa untuk kepentingan safari wukuf, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan 10 bus.
Perlakuan jamaah yang terbaring tentu saja berbeda dengan jamaah yang bisa duduk. “Kapasitas busnya pun ber beda, bus untuk jamaah yang bisa duduk akan muat lebih banyak. Tapi, kalau bus yang diisi jamaah yang harus ter baring maksimal 12 jama ah,” kata Nizar.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menyebutkan sejumlah kriteria safari wukuf, yakni kesadaran baik, transportable (bisa dipindah tanpa merusak fungsi organ tubuh), tidak menular, saturasi oksigen di atas 90% (pernapasan baik), dan tak dalam krisis hipertensi.
Menurut Kepala Klinik Kesehatan Haji Mekkah Nirwan Satria, hingga kemarin ada 212 anggota jamaah yang dirawat. Sementara yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Arab Saudi mencapai 177 orang. Sehingga total ada 389 jamaah. “Sedang dievaluasi pasien mana yang ke mungkinan disafariwukufkan,” katanya. Kemenkes menyiagakan sekitar 300 tenaga ahli kesehatan untuk safari wukuf.
Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) menyebutkan hingga kemarin pukul 08.06 waktu setempat jamaah haji yang wafat sebanyak 92 orang. Mereka terdiri atas 88 jamaah haji reguler dan empat orang jamaah haji khusus. Penanggung jawab Pos Kesehatan Haji Indonesia di Arafah dr Teddy Teguh Burhan menjelaskan bahwa petugas medis yang ada di pos kesehatan haji Arafah berjumlah 71 orang.
Dia menjelaskan pos kesehatan di Arafah hanya digunakan bagi jamaah yang masuk dalam kategori triage kuning. Sementara bagi jamaah yang masuk triage merah akan dirujuk ke rumah sakit yang ada di Arab Saudi. Triage adalah sistem untuk mengidentifikasi kesehatan jamaah apakah masuk kategori ringan, sedang, atau berat/parah.
“Apabila ada jamaah yang mengalami gangguan kesehatan, diterima di bagian triage. Apabila triage kuning, pasien langsung dirawat di pos kesehatan Arafah, sementara bagi yang merah akan kami rujuk di rumah sakit yang ada di Arab Saudi,” katanya kemarin. Rumah sakit yang ada di sekitar Arafah antara lain RS Namira, RS Jabbal Rahmah, dan RS East Arafah.
Berdasarkan data hingga kemarin sore jumlah jamaah yang harus disafariwukufkan mencapai 389 orang. Namun, jumlah tersebut bisa saja berubah mengingat PPIH Arab Saudi memutuskan pukul 07.00 hari ini merupakan batas akhir jumlah jamaah yang perlu disafariwukufkan.
“Kami telah memutuskan pada Senin (20/8) pukul 07.00 merupakan batas akhir penetapan bagi jamaah yang akan disafariwukufkan dan yang akan dibadalhajikan,” ujar Dirjen Penyelenggara Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Nizar Ali di Kantor PPIH Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Mekkah, Sabtu (18/8) malam. Jumlah tersebut bisa saja berubah karena bisa saja ada jamaah yang wafat maupun ada tambahan dari jamaah yang sakit.
Nizar menjelaskan jamaah yang mengalami disorientasi akan disafariwukufkan dengan catatan akan dikawal ketat oleh petugas haji. Jamaah yang mengalami disorientasi tidak dibadalhajikan karena mereka masih memungkinkan dibawa ke Arafah. “Wukuf itu kan esensi dari haji sehingga sebisa mungkin jamaah dihadirkan di Arafah. Selain itu, untuk mengantisipasi pertanyaan dari yang bersangkutan mengapa dia dibadalhajikan. Karenataksedikitjamaah yang begitu tiba di Tanah Air kembali normal,” paparnya.
Persoalan jamaah yang mengalami disorientasi ini sebelumnya terjadi perbedaan pendapat. Pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dalam hal ini diwakili Pusat Kesehatan Haji berpendapat jamaah tersebut sebaiknya dibadalhajikan.
“Kemenkes waktu itu minta dibadalhajikan dengan alasan jamaah tersebut bisa membahayakan orang lain. Tapi, dalam rapat kemarin kita sepakati disafariwukufkan dengan catatan dikawal ketat agar tidak membahayakan orang lain,” kata Nizar.
Penetapan jamaah sakit yang akan disafariwukufkan tersebut harus berdasarkan keterangan dokter yang merawat. Jamaah yang bisa disafariwukufkan yakni mereka yang apabila digerakkan tidak membahayakan jiwanya. Selain itu juga mereka yang tidak tergantung dengan alat yang tidak bisa dipindahkan. Sementara bagi jamaah yang mengalami sakit parah dan sangat tergantung dengan alat yang sifatnya tidak bisa dipindahkan ke tempat lain akan dibadalh ajikan.
Jamaah lain yang dibadalhajikan yakni yang wafat atau jamaah gaib. Yang termasuk kategori jamaah gaib yakni yang tidak diketahui keberadaannya ketika dilakukan pendataan terakhir. Pada kesempatan tersebut, Nizar juga mengatakan bahwa untuk kepentingan safari wukuf, PPIH Arab Saudi telah menyiapkan 10 bus.
Perlakuan jamaah yang terbaring tentu saja berbeda dengan jamaah yang bisa duduk. “Kapasitas busnya pun ber beda, bus untuk jamaah yang bisa duduk akan muat lebih banyak. Tapi, kalau bus yang diisi jamaah yang harus ter baring maksimal 12 jama ah,” kata Nizar.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka menyebutkan sejumlah kriteria safari wukuf, yakni kesadaran baik, transportable (bisa dipindah tanpa merusak fungsi organ tubuh), tidak menular, saturasi oksigen di atas 90% (pernapasan baik), dan tak dalam krisis hipertensi.
Menurut Kepala Klinik Kesehatan Haji Mekkah Nirwan Satria, hingga kemarin ada 212 anggota jamaah yang dirawat. Sementara yang dirawat di sejumlah rumah sakit di Arab Saudi mencapai 177 orang. Sehingga total ada 389 jamaah. “Sedang dievaluasi pasien mana yang ke mungkinan disafariwukufkan,” katanya. Kemenkes menyiagakan sekitar 300 tenaga ahli kesehatan untuk safari wukuf.
Data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) menyebutkan hingga kemarin pukul 08.06 waktu setempat jamaah haji yang wafat sebanyak 92 orang. Mereka terdiri atas 88 jamaah haji reguler dan empat orang jamaah haji khusus. Penanggung jawab Pos Kesehatan Haji Indonesia di Arafah dr Teddy Teguh Burhan menjelaskan bahwa petugas medis yang ada di pos kesehatan haji Arafah berjumlah 71 orang.
Dia menjelaskan pos kesehatan di Arafah hanya digunakan bagi jamaah yang masuk dalam kategori triage kuning. Sementara bagi jamaah yang masuk triage merah akan dirujuk ke rumah sakit yang ada di Arab Saudi. Triage adalah sistem untuk mengidentifikasi kesehatan jamaah apakah masuk kategori ringan, sedang, atau berat/parah.
“Apabila ada jamaah yang mengalami gangguan kesehatan, diterima di bagian triage. Apabila triage kuning, pasien langsung dirawat di pos kesehatan Arafah, sementara bagi yang merah akan kami rujuk di rumah sakit yang ada di Arab Saudi,” katanya kemarin. Rumah sakit yang ada di sekitar Arafah antara lain RS Namira, RS Jabbal Rahmah, dan RS East Arafah.
(don)