Trump Ancam Cabut Izin Keamanan Pejabat Departemen Kehakiman

Minggu, 19 Agustus 2018 - 05:55 WIB
Trump Ancam Cabut Izin...
Trump Ancam Cabut Izin Keamanan Pejabat Departemen Kehakiman
A A A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan akan kembali mencabut izin keamanan seorang pejabat. Sebelumnya, ia juga telah mencabut keamanan izin keamanan mantan Direktur CIA John Brennan.

Kepada wartawan Trump mengatakan ia kemungkinan akan mencabut izin dari Bruce Ohr. Ohr adalah seorang pejabat Departemen Kehakiman yang terkait dengan berkas pada kampanye Trump dan Rusia yang dikompilasi oleh mantan mata-mata Inggris Christopher Steele.

Trump mengecam lagi di Penasehat Khusus Robert Mueller, yang memimpin penyelidikan kemungkinan kolusi antara kampanyenya pada 2016 dengan Moskow. Tanpa mengutip bukti atau menawarkan bukti, Trump mengatakan bahwa Mueller memiliki konflik kepentingan.

Trump menantang tudingan bahwa dia berusaha membungkam kritik dengan mencabut izin keamanan. Sebaliknya, ia melakukan hal itu daripada menghambat kebebasan berbicara.

“Tidak ada kesunyian. Jika ada, saya memberi mereka suara yang lebih besar,” kata Trump seperti dikutip dari Reuters, Minggu (19/8/2018).

“Banyak orang bahkan tidak tahu siapa (Brennan), dan sekarang dia memiliki suara yang lebih besar. Dan itu tidak masalah bagi saya, karena saya suka mengambil suara seperti itu. Saya tidak pernah menghormatinya," imbuhnya menyinggung tindakan yang dilakukannya terhadap mantan Direktur CIA John Brennan.

Gedung Putih mengatakan sedang mempelajari daftar individu lain untuk pemeriksaan izin keamanan, dan Trump mencantumkan Ohr berada di bagian atas daftar itu.

"Saya pikir Bruce Ohr adalah aib. Saya kira saya akan mengambilnya (izin keamanan) dengan sangat cepat," katanya.

Ohr, yang bekerja di divisi kriminal Departemen Kehakiman, berhubungan dengan Steele, mantan mata-mata Inggris yang menyusun berkas dugaan kemungkinan kolusi antara kubu Trump dan Rusia selama kampanye presiden 2016.

Rusia membantah telah ikut campur dalam pemilihan 2016, tetapi tiga badan intelijen AS melaporkan pada Januari 2017 bahwa Moskow telah campur tangan dan mencoba untuk membantu Trump mengalahkan calon presiden Demokrat Hillary Clinton.

Putin sendiri saat berada di Helsinki mengatakan, sambil berdiri di samping Trump, bahwa dia menginginkan mantan pengusaha New York itu untuk memenangkan kursi di Gedung Putih.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6669 seconds (0.1#10.140)